KP 56 - Nona, Cinta dan Batu Nisan

8 1 0
                                    

Jam tiga pagi.
Di ruang isolasi, lagi.
Diiringi gaungan elegi.
Terpikir keresahan berbagai segi.

Bukan perihal kamu dan aku yang tak homogen. Padahal kita sama-sama menghirup satu oksigen.
Banyak hal harus di filtrasi bukan sebatas bentuk kontruksi.
Otak selalu senang menerawang, kalau-kalau menyendiri dalam ruang.

Semburat karmin merah terukir tipis dalam setiap lengkung senyum.
Banyak momentum yang tidak bisa disuarakan walau terpaksa harus berdentum.
Jika menurutmu kita sedang beradu teori Archimedes maka bagiku tidak perlu ajang sorot merchandise.

Kalau-kalau bicara cinta, apa yang bisa diungkap kata?
Kalau-kalau bicara cinta, apa yang bisa diungkap mata?
Kalau-kalau bicara cinta, apa yang bisa diungkap nyata?

Cinta untuk kata, baginya sorbitol manis bukan sekadar energi tuk merayu.
Cinta untuk mata, baginya karena dasar fakta dan data.
Cinta untuk nyata, baginya saat karat sudah berkorosi memberi reaksi kala sendu, saat suka dan duka beradu.

Aku bukan ahli cinta yang sesungguhnya, aku hanya ingin mendapatkan cinta tanpa perlu terseret dalam jalan orbital.

Tidak perlu berkumandang kau bersaksi, kalau-kalau kau bisa memberi aksi.
Tidak perlu berkumandang kau berjanji, kalau-kalau kau bisa memberi bukti.

Jika cinta hanya sebatas pesona. Bagaimana menurut Nona?
Jika cinta hanya sebatas hasil reaksi percobaan. Bagaimana pula menurut Nona?

Bagi Nona, cinta bukan sekadar investasi dua hati yang memadu kasih.
Bagi Nona, cinta bukan sekadar rekonsiliasi hatimu dan hatinya.
Bagi Nona, cinta bukan sekadar konsolidasi kesepakatan untuk mencapai suatu perjajian.
Bagi Nona, cinta bukan sekadar neraca saldo yang harus ada debit dan kredit.
Dan bagi Nona, cinta bukan sekadar jual-beli yang harus ada laba dan rugi.

Cinta diartikan luas, tidak terbatas pangkat dan derajat.
Cinta diartikan luas, tidak sebatas jengkal dan dalam ruang melingkar.
Cinta diartikan luas, walau terselimut kaffan dan terjebak dipenahanan.

Ini cinta bagiku dan bukan bagimu.
Tak harus ada politisasi kehidupan terutama perihal cinta yang bisa saja berselingkuh.
Karena Tuhan sudah begitu baik pada hamba-Nya yang selalu berandai-andai dalam sujud, tak peduli bagaimana hasil wujud. Begitu banyak belukar yang menusuk dalam pusaran bahkan sampai tak berbentuk.

Bagiku cintaku; terukir dalam batu nisan, untuk para insan penuh cinta seperti Nona.

Kumpulan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang