3

112 8 0
                                    

3 Hari sudah peserta didik yang sekarang menjabat kelas X SMK Dharma Wisata ini menjalani MOS dan ini adalah hari terakhir MOS.

Mereka menunggu pengumuman selanjutnya untuk memulai proses belajar mengajar.

"Woi, kalo kita berenam ga sekelas gimana ?" Tanya Dilla memecahkan keheningan. Saat ini mereka sedang berada di kantin, dan selama di kantin mereka tidak mengeluarkan suara.

"Ya ga gimana-gimana lah, emang kalo kita berenam ga sekelas, lo mati ?" Jawab Alifia ketus.

"Mulut lo monyet, omongan doa, Lo doain gue mati?" Jawab Dilla kesal. Agatha hanya mendengarkan mereka yang sangat berisik, bahkan ada beberapa yang melihat ke arah tempat yang mereka duduki.

"Makanya gausah alay" balas Alifia enteng.

"Ah tai Lo" jawab Dilla lagi dan lagi kesal. Karena ucapan Dilla, yang memerhatikan mereka semakin banyak, bahkan ada yang mencibir.

"Gatau malu banget sih mereka, berisik bikin ganggu" ucap seorang perempuan yang di dengar oleh Agatha.

"Tau, bikin kuping gue budek, mana suara mereka semua cempreng" ucap teman dari si perempuan ini. Agatha marah, dia hendak menghampiri mereka, tapi di tahan karena dia masih ingin mendengar apa saja yang mereka katakan.

"Sampe Agatha denger Lo ngatain dia suara cempreng abis Lo nat" kata temannya satu lagi. 

"Kaga takut gue Ama cewe begituan doang, paling dia cuma cari muka sama anak sekolah ini."

Perkataan nya barusan membuat Agatha sangat marah. Agatha yang menggertakkan gigi nya menunjukkan  bahwa dia marah, membuat kelima temannya menjadi kebingungan. Mereka takut melihat aura Agatha yang seperti monster. 

"Lo,Lo kenapa tha, jangan gitu dong takut gue liat nya, Lo bener-bener kaya laki kalo marah" ucap Tasya menenangkan Agatha, Tasya yang mengelus lengan Agatha langsung di tepis kasar oleh Agatha.  Tasya terkejut, dia tidak berani. Bahkan bukan hanya Tasya yang takut, Dilla, Alifia, Monica, lalita pun yang tadinya bercanda menjadi takut.

"Ga bisa gue diemin, dia omongin kita" ucap Agatha dingin , sembari menunjuk ke gerombolan perempuan itu, lalu berdiri.

"Gue ikut, Lo mau labrak mereka kan? Gue ikut. Lo pada ikut?" Tanya Alifia. Alifia pun sebenarnya menyadari kalau mereka di perbincangkan, namun Alifia mengganggap nya angin.

"Ikut lah gue, anjay aja kaga ikut, yang begini nih demen gue, berantem. Kita liat nyali dia gede apa kaga." Jawab Lalita.

"Gue ikut"

"Gue juga"

"Gue juga lah"

Ucap Tasya, Monica dan Dilla susul-menyusul. Agatha menganggukkan kepala nya. Agatha jalan paling depan disusul Tasya, Alifia, Lalita, Dilla, dan Monica.
Setibanya di meja yang di duduki gerombolan perempuan itu, Agatha hanya diam dan melihat nama mereka semua. Ternyata yang menghina nya adalah Natasha. Agatha tersenyum miring melihat wajah Natasha seperti orang ketakutan, tapi ia menyembunyikan ekspresi nya. Aura Agatha dan teman-temannya sangat menakutkan, tajam, dan dengan tatapan dingin.

"Luciana, Natasha, Lexi, dan Selviana." Ucap Agatha dingin.

"Kenapa Lo nyebutin nama kita-kita pada ? Mau minta tanda tangan?" Tanya Natasha dengan nada mengejek. Agatha dan teman-temannya hanya diam. Sebenarnya Alifia heran kenapa Agatha hanya diam, ia ingin sekali menampar wajah Natasha namun diurungkan karena dia menghargai Agatha. Biarin Agatha yang mulai aksi nya duluan, baru gue, batin Alifia. 

"Bisu kali Nat, apa tuli?" Jawab lexi.

"Buta kali Lex" jawab luciana. Gerombolan Natasha menertawakan gerombolan Agatha.

 AGATHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang