Bab. 4||Ji Wenyuan [Pov]

4.9K 410 34
                                    

[Agak pendek karna ini hanya Pov dan kilas balik cerita menurut ingatan Ji Wenyuan]

Aku adalah Kaisar Kekaisaran Qi, Ji Wenyuan nama asliku, orang-orang memanggilku, Kaisar Yuan. Terlahir dari Permaisuri membawaku naik ke atas tahta, menjadi pemimpin dan Kaisar termuda di dalam sejarah kekaisaran Qi, memiliki seorang Permaisuri yang sangat-sangat ku cintai, Xiao Yuyao, kami adalah sahabat sejak kecil, ayahnya merupakan perdana menteri bagi kekaisaran Qi, kami menikah sejak hari dimana aku naik tahta dan menjadi Kaisar, namun hingga sekarang kami belum dikarunia anak seorangpun.

Dan disini semua menjadi kacau, klan Gui wang, mencoba untuk mencari masalah dengan kekaisaran Qi, mereka meragukan kemampuanku dalam memerintah, dan berencana untuk menyerang kekaisaran Qi, dan entah harus ku katakan sebagai keberuntungan atau kesialan bahwa putri ketua klan Gui Wang terpikat padaku, memanfaatkan kekuasaan ayahnya untuk menjadi ratu bagi kekaisaran Qi, awalnya, Aku berpikir bahwa itu baik-baik saja jika menjadikan Miao Muyun sebagai selir, namun Ratu---posisi itu terlalu bagus untuknya.

Hari pertama dia memasukki ruang lingkup istana, dia dihina, diremehkan, namun dia bersikap tenang dan santai, aku tidak tau apa yang ada dipikirannya saat itu, namun yang pasti aku tidak peduli sama sekali.

Malam pertama,

Bagi seorang perempuan yang baru menikah, malam pertama adalah momen yang sangat dinantikan dan tentu harus indah, namun aku sekali lagi dengan ketidak pedulianku, aku membiarkannya sendirian di kamar pengantin dan memilih untuk menemui Permaisuriku, Xiao Yuyao. Tidak menyangka, paginya aku mendapatkan kabar bahwa Miao Muyun dengan berani membuka tudung kepalanya, dan tidur dengan nyenyak semalaman.

Apa aku marah?

Tidak, apa peduliku?

Seperti biasa, sarapan bersama diadakan, aku telah bersiap bersama Yuyao disampingku, ada juga kedua saudari istriku yang sejujurnya menyebalkan dan sangat menganggu bagiku, namun ah sudahlah, mereka adalah adik iparku, aku harus menjaga mereka juga, agar Yuyao tidak sedih dan marah padaku, dan disana, aku melirik dingin kearah Miao Muyun, sejujurnya, dia sangat cantik, namun hatiku sudah dipenuhi Yuyao, mau berapa banyak Miao Muyun di dunia ini, dia tidak akan peduli.

Xiao Yucao dan Xiao Yuxin terlihat sinis menatap Miao Muyun, dan berikutnya, keduanya mempermalukan Miao Muyun dengan memperdebatkan tentang sebuah kursi, hingga akhirnya tiba-tiba saja Miao Muyun tersandung, dan aku tau karna apa, selanjutnya yang terjadi bahkan lebih menarik, sedikit.

Ji Wenxuan, pria yang satu tahun lebih muda dariku itu adalah adik tiriku, terlahir dari seorang selir yang dicintai mendiang ayahandaku, aku tidak membencinya, sosoknya mengingatkanku pada sosok ayahanda yang dingin dan pendiam, tapi sepasang matanya akan selalu membedakannya dengan ayahanda, mata hijau itu.

Dan lihatlah, ratuku.

Hm, apa aku baru saja menyebutnya ratuku?

Lupakan, sebaiknya kita berfokus pada tatapan Miao Muyun, terpesonakah?

Kedua adik iparku menegur dan mencemo'oh Miao Muyun yang terlihat kagum dan terpesona oleh ketampanan Ji Wenxuan, dan kedua adik iparku malah membandingkanmu dengan Ji Wenxuan.

Ah, tentu saja istriku yang rendah hati akan melerai dan membela Miao Muyun.

Nah...

Lihat, perempuan ini lagi-lagi mencoba untuk menatap Ji Wenxuan, yang entah kenapa menimbulkan sebuah rasa geli dan tidak suka di dalam pikiran dan hati.

Aku kali ini yang menegurnya, aneh bukan?

Selesai sarapan, aku memutuskan untuk pergi, Yuyao dan kedua saudarinya akan pergi ke taman belakang untuk bersantai dan meminum teh, aku sempat mendengar Yuyao mengajak Miao Muyun, tapi perempuan itu menolak dengan alasan memiliki urusan, membuatku berpikir, urusan macam apa yang dimiliki perempuan sepertinya, mungkinkah dia ingin merencakan sesuatu?

Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya, kulihat dia berbincang dengan Xiu'er, pelayan pribadinya itu.

Lalu langkah mereka berdua akhirnya kembali bergerak namun menuju kearah yang sangat-sangat kuyakini bukanlah arah untuk menuju ke kediaman milik Miao Muyun.

Mereka ke kediaman selir Ru?

Untuk apa mereka kemari?

Oh, ya, aku baru ingat, selir Ru adalah orang dari klan Gui Wang tidak heran istriku---tunggu, ada apa denganku sebenarnya?

Ah sudahlah, lupakan, dengarkan apa yang akan mereka bicarakan saja dari kejauhan.

Dan ternyata Miao Muyun hanya ingin berbincang dengan Selir Ru saja, lalu muncul Ji Wenxuan, pria itu terlihat sama seperti biasanya, dingin dan pendiam.

Tapi---kenapa, kenapa aku merasa tatapan Ji Wenxuan sangat aneh kearah Miao Muyun.

Oh, mereka akan kembali.

Aku harus bersembunyi, di istanaku sendiri!

Melihat Miao Muyun yang telah beranjak, aku tidak langsung memutuskan untuk pergi, namun tanpa di duga aku mendengar percakapan selir Ru dan Ji Wenxuan, adikku.

Apa itu benar?

Ji Wenxuan memiliki perasaan pada Miao Muyun?

Oh, bukankah aku harus senang?

Tapi kenapa---disini (Dada kiri), tiba-tiba sakit?

Sialan!

Aku pergi, tidak ingin berlama-lama ditempat itu, tapi langkahku mengarah ke sebuah jalan pintas, yang berhubungan dengan lorong antara kediaman Miao Muyun dan aula utama.

Aku dapat mendengar pembicaraan Miao Muyun dan Xiu'er, dan tidak di duga kakiku tidak mau melangkah dari tempatku berdiri.

Apa yang kulakukan?!

Aku tidak mengerti apa yang salah dengan otak dan tubuhku, aku mencoba memprovokasi Miao Muyun?

Dan penolakannya membuatku sangat jengkel!

Bukankah ini yang dia mau?

Lalu kenapa---akh sial!

Kenapa aku terus memikirkan Miao Muyun?

Sepanjang hari ini, pikiranku tidak karuan, dimulai dari rapat pagi dimana aku melamun, ketika pejabat menyampaikan pendapatnya, aku tidak mendengarkan sama sekali apapun itu, atau bahkan panggilan kasim Yao yang terabaikan olehku, sialnya, setiap melihat beberapa sudut ruangan pandanganku seakan kabur sejenak sebelum akhirnya kembali normal dengan bayangan sosok Miao Muyun berdiri seraya tersenyum padaku.

Mungkin sebaiknya aku berendam nanti malam.

Menunggu kasim Yao menyiapkan air panas untukku berendam, aku duduk di tepian ranjang dengan tegap, penuh wibawa meski lelah seharian terus menekanku untuk segera terlelap.

Hingga bodohnya, aku melihat Yuyao sebagai Miao Muyun, tanpa sadar aku melangkah cepat kearahnya, membawanya kedalam pelukan dan membawanya ke atas ranjang kami, membuka semua pakaiannya, aku tidak peduli lagi dengan panggilan Yuyao yang mencoba menyadarkanku.

Celakanya,

Aku tanpa sadar menyebut nama Miao Muyun pada saat aku hendak mencapai puncak kenikmatan bersama Yuyao.

Ku harap dia tidak mendengarnya.

Ya, semoga...

Tbc.





Miao Muyun : The abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang