Bab. 8||Terungkap?

5K 361 47
                                    

Suasana sangat menegangkan di aula istana, Namun Miao Muyun masih nampak tenang. Hal itu membuat Xiao Yucao sedikit gelisah dan khawatir, karna bagaimanapun dia harus menyingkirkan Miao Muyun secepatnya.

"Mungkinkah bukan?", Xiao Yucao bergerak maju, sedikit tersenyum sinis kearah Miao Muyun. Lalu kembali berkata, "Ratu Miao, bukankah kau sangat mencintai Yang Mulia? Dengan kondisimu yang sekarang, kau tentu iri dengan Permaisuri yang sangat dicintai oleh Yang Mulia bukan? Itu sebabnya kau merencakan untuk mencelakai Permaisuri dan anak Yang Mulia!",

Ji Wenyuan sedikit terkejut, memang ada kemungkinan itu.

"Oh? Apakah nona Xiao mempunyai bukti.?", Miao Muyun membalas Xiao Yucao dengan pertanyaan.

Mendengar itu, Xiao Yucao mengepalkan tangan dibalik lengan bajunya. Lalu membalas : "Tentu, bukankah semua orang juga tau dengan jelas bagaimana Ratu Miao masuk ke istana? Dengan mengunakan kekuasaan ayahnya, mencoba merebut posisi Permaisuri!!!",

Miao Muyun terkekeh, dia menemukan bahwa Xiao Yucao adalah seorang pelakon yang sangat handal. Ingin sekali dia memberikan sebuah penghargaan baginya, sebagai apresiasi atas kehebatannya dalam bersandiwara.

"Itu bukanlah sebuah bukti, Nona Xiao.", Tutur Miao Muyun lembut, memperlihatkan senyumnya yang menawan.

Ji Wenyuan yang sejak tadi memperhatikan sedikit terpesona dan tanpa sadar menelan saliva sembari menahan hasratnya, ada keinginan untuk menarik Miao Muyun ke dalam pelukannya dan membawanya keatas ranjang mewahnya. Menghabiskan malam bersama saling mengucapkan nama satu sama lain, dan saling menghangatkan.

"Yang Mulia, saya baru saja dibingkai. Saya ingin meminta Yang Mulia memberikan saya kesempatan mencari bukti untuk membuktikan ketidak bersalahan saya...",

Ji Wenyuan terdiam sejenak, dia juga tidak sepenuhnya mempercayai jika Miao Muyun yang telah melakukannya. Untuk itu dia dengan tegas menganggukkan kepalanya lalu memberikan kesempatan kepada Miao Muyun untuk membuktikan ketidak bersalahannya, lagipula dia tidak rela jika sampai harus kehilangan Miao Muyun hanya karna masalah ini.

"Baik, Aku akan memberikanmu waktu untuk membuktikan ketidak bersalahanmu. Ku harap kau tidak hanya mencoba mengulur waktu, Ratu Miao. Aku baru saja kehilangan anakku, dan Permaisuri kemungkinan tidak akan dapat mengandung lagi untuk waktu yang dekat. Kekaisaran membutuhkan seorang pewaris...",

Melihat tingkat keseriusan Ji Wenyuan, Miao Muyun sudah menduga bahwa pria dihadapannya adalah pria yang tidak dapat mengambil keputusan secara lama ataupun berskala lama. Pria plin-plan seperti Ji Wenyuan, kenapa dia bisa pernah jatuh cinta kepadanya di masa lalu?

"Tentu, Yang Mulia. Saya mengunakan nyawa saya sebagai taruhannya, jika saya tidak menemukan pelakunya maka saya akan menyerahkan diri saya untuk Yang Mulia adili..", Miao Muyun menatap lurus ke depan, meski begitu dia tidak menatap ke arah Ji Wenyuan. 

Hal ini sedikit menjengkelkan bagi Ji Wenyuan karna merasa di abaikan dan di remehkan oleh Miao Muyun, atau mungkinkah perempuan itu marah kepadanya?

Dia dilema, disatu sisi dia kehilangan keturunannya juga kemungkinan bahwa Xiao Yuyao tidak akan bisa mengandung lagi membuatnya sedih dan gelisah. Tapi bukan masalah apakah permaisurinya itu dapat kembali mengandung atau tidak lagipula dia bisa membiarkan orang lain melahirkan untuknya, dan dia menginginkan Miao Muyun sebagai kandidatnya.

"Sebelum itu, Saya ingin semua orang keluar dari ruangan aula. Saya akan menginterogasi semua yang berada di dekat Permaisuri kala itu...", Tutur Miao Muyun tenang.

Mendengar perintahnya, semua orang saling menoleh satu sama lainnya. Sebagian gugup, sebagian lagi tenang.

Setelah semua orang keluar dari dalam aula, Miao Muyun dengan tenang melangkah keluar dari dalam aula dan dengan perlahan menatap sekelompok orang di depannya. Sebuah senyum aneh terukir dibibirnya kala dia menemukan orang yang akan dia interogasi pertama kali, kemudian dia memulai dengan berkata : "Pertama, aku ingin menginterogasi Yang Mulia...",

Ji Wenyuan mengernyit, namun mengikuti kemauan Miao Muyun dan melangkah masuk kedalam aula. Bersamaan, pintu aula tertutup rapat dengan di jaga oleh prajurit.

"Apa yang ingin kau lakukan, Muyun...",

Miao Muyun berhenti, berbalik lalu tersenyum menawan. Berjalan mendekati Ji Wenyuan dan menatap Ji Wenyuan dengan mendongakkan kepalanya, berkata : "Yang Mulia begitu mencintai Permaisuri hm, begitu tidak sabaran...",

Ji Wenyuan menaikkan alisnya sebelah, heran.

"Kau cemburu...?",

Miao Muyun tertawa sinis, "Cemburu? Tidak, untuk apa?",

"Jadi kau tidak cemburu..?", Ji Wenyuan bertanya.

Miao Muyun kembali tersenyum, meremehkan.

"Yang Mulia, sejujurnya saya tidak mengerti. Kenapa saya bisa jatuh cinta kepada anda di masa lalu, rasanya saya sangat menyesalinya karna telah mencintai diri anda begitu dalam...",

Ji Wenyuan merasa tersinggung mendengar ucapan Miao Muyun, berpikir apa salahnya mencintai dirinya?

"Kau cukup berani untuk mengatakan hal seperti itu, Miao Muyun. Kau---", Ji Wenyuan dengan cepat dan tanpa di duga menarik tubuh Miao Muyun kearahnya, memeluk pinggang rampingnya dengan erat dan penuh tekanan. "Tidak takut aku akan menghukummu hm...",

Miao Muyun tertawa kecil, "Tentu saja saya takut, sangat takut Yang Mulia. Sayangnya saya sangat menginginkannya, dihukum oleh anda. Sejujurnya, saya muak untuk bertingkah seakan saya masih sangat mencintai anda...",

Ji Wenyuan mengertak, menahan kekesalannya.

"Cukup, Miao Muyun. Jangan membuat kesabaranku habis, aku tidak akan membiarkanmu bebas dariku. Jika Yuyao tidak bisa melahirkan seorang keturunan untukku, kau---jelas harus  menggantikannya...",

Miao Muyun tidak terganggu dengan godaan dan ancaman Ji Wenyuan sama sekali, dia justru merasa bahwa keputusannya untuk menjauhi Ji Wenyuan adalah hal yang benar dan harus segera dilaksanakan. Jika bisa, dia ingin melakukannya sekarang juga. Sayangnya, menjauhi seseorang yang penuh dengan kekuasaan seperti Ji Wenyuan---mungkin akan sulit.

"Dimana Yang Mulia ketika Permaisuri dan saya berada di tepi danau...?", Tanya Miao Muyun langsung pada tujuannya.

Ji Wenyuan mengernyit, "Tentu saja di tempat ketika kita berdua meletakkan lentera keatas permukaan danau, kau meninggalkanku duluan. Taukah betapa kecewanya diriku dengan tingkahmu, Muyun...?",

Miao Muyun memutar bola matanya dengan malas, malas berdebat dan berbicara dengan Ji Wenyuan yang sedikit kehilangan akal sehatnya sejak beberapa waktu terakhir ini setelah kejadian dia menolak diri Ji Wenyuan sebelumnya.

"Yang Mulia tentu tidak melihat secara langsung bahwa saya yang mendorong permaisuri ke dalam kolam bukan...?",

Ji Wenyuan kembali menarik tubuh Miao Muyun mendekat, bahkan menyudutkannya ke dinding dan mengunci pergerakan perempuan itu sepenuhnya.

"Haruskah aku memberitahumu yang sebenarnya, Miao Muyun...?",

Tbc.

😂 Salam kedamaian.












Miao Muyun : The abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang