Sepeda 500 ribu

9.1K 819 14
                                        

Hello bebe nice to meet you🖐🏻🖐🏻

Sejauh ini gimana??
Rate Adzlan-Shafa dong
1-10???

Happy reading btw🤏🏻😗

Adzlan berlalu pergi, keluar dari ruangan dan menelpon asisten pribadinya untuk mengambil beberapa pasang baju santai miliknya serta membawakan makanan hangat.

Kakinya melangkah untuk kembali ke ruangan tempat Shafa di periksa tadi, mengintip pada celah kecil yang berada di tengah pintu. "Bolehin gua masuk ke dunia lo bep, pegang janji gua, gua bakal buat lo lupa caranya nangis." ujarnya mengumam.

****

Shafa pulang dari rumah sakit di hari minggu malam, dengan kedaannya sudah jauh membaik dari yang terakhir kali ia rasa. "Kamu istirahat lagi ya fa," titah Ayahnya sembari mengecup kening Shafa.

Selesai mandi dan memanjakan diri, Shafa duduk di balkon kamar sembari menatap hamparan langit gelap yang dipenuhi dengan bintang. Bibirnya mengatup dengan rapat, namun matanya seolah olah berteriak.

Kring kring

Suara lonceng bel sepeda membuyarkan lamunan Shafa, di tambah dengan suara nyaring Adzlan yang menyapanya. "Bep! Turun bep!" Shafa menautkan alisnya, melihat Adzlan sudah berada di halaman depan rumanya dengan mengendarai sepeda yang keranjangnya di penuhi dengan berbagai jenis jajanan.

"Lo ngapain Adzlan?" dengan suara lirih Shafa menyahut, tidak memiliki banyak tenaga untuk berteriak. "Turun dulu bep, sebentar." jawab Adzlan, dan dengan rasa penasarannya Shafa turun melalui tangga kecil yang menempel di dinding yang berada tepat di samping pembatas balkonnya.

Shafa terkejut melihat keranjang sepeda yang di penuhi dengan berbagai makanan ringan. Beberapa jenis susu kotak dengan beragam rasa, yougurt, dan juga minuman bervitamin. Ada banyak pack coklat dan berbagai macam snack ringan. Serta bertumpuk kinderjoy yang tersusun rapi di dasar keranjang.

"Ini apaan? Jualan lo?"

Adzlan tersenyum lebar, menepuk beberapa kali tumpukan makanan itu dengan bangga. "Dikarnakan, gua nggak tau, snack kesukaan lo apa, jadi gua borong semuanya." Shafa mati matian menahan senyum, ditambah ritme jantungnya yang berdetak jauh lebih keras dari pada saat saat dimana Adzlan merawatnya kemarin.

Dengan enggan namun mau, Shafa mulai mengobrak abrik isi keranjang yang isinya jauh lebih beragam dari apa yang terlihat dari luar. Ia terkekeh kecil sembari menggumam pelan. "Orang stress!" katanya.

Masih dengan wajah bersinar dan senyum kecil di bibirnya Shafa kembali menatap Adzlan. "Lo jualan?" Adzlan oleng, memegangi dadanya dan sepeda yang ia duduki mulai terombang ambing. "Eh! Kenapa lo?" Shafa memegangi stang sepeda dengan kedua tangannya, mencegah semua makanan ini tercecer kejalan. Adzlan tergeletak dengan pandangan yang mengabur. "Cantik banget ketawanya bangsat," lirihnya sebelum gemetar satu badan, tangannya menekan dada kirinya yang berkerja empat kali lipat lebih cepat.

Tak jauh berbeda dengan keadaan Adzlan, Shafa pun menahan diri mati matian untuk terlihat biasa saja. Padahal semburat merah di pipinya sudah mewakilli seluruh rasa di hatinya. Namun berpegang teguh pada gengsi dan harga dirinya Shafa lebih memilih menendang pelan kaki Adzlan dan memakinya.

"Apaan sih lo!"

Adzlan terkekeh dan dengan tubuh yang kelihatannya masih lemah, laki laki itu bangkit, berjalan masuk kea rah rumah. Namun jelas Shafa tahan, "Heh! Mau kemana lo?" dengan tangan terangkat Adzlan menjawab.

"Mau ketemu Om Adi," ucapnya tak jelas.

"Mau ngapain ketemu bokap gua?"

"Mau nanya bep, boleh nggak nikahin lo sekarang."

"Stres!" keduanya tertawa, menghiasi malam sunyi yang penuh dengan bintang. Tiba tiba suara ricuh terdengar dari sekumpulan warga yang sedang mencari sesuatu. Adzlan terdiam, mendengarkan dengan seksama apa yang mereka cari sebetulnya. Sepeda.

"Cari kesana pak,"

"Sepeda nya warna kuning pak, itu sepeda anak saya."

"Cari pak, kesebelah selatan belum."

Adzlan pias, berpindah posisi ke belakang tubuh Shafa dan dengan segera menyembunyikan tubuhnya. "Lo kenapa lagi sih!" jujur saja, Shafa lelah. "Umpetin gua bep umpetin! Lo harus percaya sama gua, lo harus percaya sama gua." Shafa tak mengerti apa yang Adzlan maksud.

Apalagi setelah itu, krumunan warga itu ramai ramai menunjuk rumahnya, mereka berjalan cepat menghampiri Shafa yang terdiam bingung dan sedikit takut.

"Itu sepeda rara pak," tangis anak kecil terdengar, sembari menunjuk sepeda yang tadi Adzlan bawa. Shafa langsung memutar kepalanya menghadap Adzlan dengan cepat. "Lo nyolong sepeda Adzlan?" Amuk Shafa.

______________________________
... bersambeeeng ...

Adzlan Raflangkasa

Shafana Azalea

Nexr ga nichhhh?????

Head Over Heels | New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang