Hallo geyyssssss
“Gapapa ya LDR dulu? Kan demi pendidikan aku,” Shafa mengangguk berat walau air mata sudah menumpuk diklopak matanya. “Aku janji gak akan lupa ngabarin kamu, aku juga janji bakal jaga hati ini buat kamu, aku janji gak akan ngecewain kamu.”
Shafa mengangguk lagi, kali ini mereka saling berpelukan, menyalurkan jejak jejak untuk menghapus kerinduan. “Aku janji sama kamu, tiap satu smester aku bakal pulang untuk ketemu kamu.”
Shafa mengangguk dengan senyum ikhlas. “Aku percaya kamu Ga, selalu.”
Tepat 3 tahun yang lalu, di bandara yang sama, semua janji itu terucap. Tapi sayangnya, tak ada stupun dari janji itu yang mampu dibuktikan, hingga sekarang.
Namun sayangnya, disini Shafa tetap memegang janjinya, untuk selalu percaya. “Lo ini tolol? Idiot? Apa bloon sih Fa?” walaupun dengan mulut yang menyerocos marah, Vanny dengan telaten menaruh kain kompres di dahinya.
“Ini pesan udah 2 tahun yang lalu Fa, si Anjing itu gak mungkin dateng. Jangan kan dateng, buat ngabarin lo aja dia gak mau! Dia udah gak nganggap lo Shafa! Kenapa sih? Masih aja lo lakuin kelakuan tolol lo itu! Nungguin orang yang jelas jelas udah ngilang gitu aja!” Layla ikut memarahinya, walaupun dengan air mata yang bercucuran deras.
“Gue sayang sama lo Fa, hampir tiap tahun lo ngelakuin hal gak guna kayak gini? Mau sampe kapan lo mertahanin janji dongo lo itu? Mau sampe kapan gue tanya?”
Shafa termenung, ia tidak mau merespon apa apa. Tidak tahu juga harus merespon seperti apa. Betul apa yang Layla katakan, setiap tahun ia memang melakukan hal bodoh ini berulang kali. Shafa tau semua itu percuma, Shafa sadar semua hal yang ia lakukan akan berakhir sia-sia.
Memang lelah dan menyakitkan. Namun di sisi lain Shafa pun tidak tahu cara menyudahi semua ini. Ia terlalu dalam mencinta dan masih di tenggelamkan oleh rasa percaya.
Selesai mandi dan menenangkan diri, Shafa duduk di balkon kamar, memandangi langit dan mendengarkan sunyinya malam. “Ga … udah ya, aku nyerah.” lirih terdengar gumaman itu dari bibir Shafa.
Mungkin benar apa yang Vanny dan Layla katakan, mau sampai kapan ia mempercayai laki laki yang mungkin kini sudah melupakannya, mau sampai separah apa ia menyakiti diri sendiri dengan rasa percaya? Mau sejauh apa ia terjebak dalam luka yang sama?
Yeah … mungkin ini saat nya masa lalu itu di tutup, mungkin ini saatnya Shafa memindahkan semua kenangan indah itu kedalam memori kelam, dan memang ini saatnya untuk Shafa membuka halaman baru untuk kisah yang lebih indah.
Kring kring
“BEP!” buyar lamunan Shafa, karna suara lonceng sepeda dan teriakan nyaring Adzlan. Ia menautkan alis melihat laki laki itu ada di depan rumahnya, mengendarai sepeda dengan keranjang depan yang penuh dengan barang barang.
Dan mungkin, Adzlan adalah kunci segalanya.
“Lo ngapain Adzlan?” tak ada tenaga Shafa berteriak. “Turun dulu bep, bentar.” dan pada akhirnya, karna rasa penasaran juga, Shafa tetap turun dari kamar melalui tangga kecil yang berada di ujung balkonnya.
Shafa membolakan mata melihat keranjang sepeda itu penuh dengan makanan, Ada beberapa jenis susu, yogurt, dan juga minuman kaleng, ada 3 pack coklat dan berbagai macam chiki, ada juga bertumpuk tumpuk kinderjoy yang tersusun acak.
“Lo ngapain dah?” kaget Shafa.
Adzlan tersenyum lebar. Menepuk beberapa kali tumpukan makanan itu dengan bangga. “Di karnakan gue gak tahu lo demennya apan, jadi gue borong semua ini.”
Shafa mati matian menahan senyum. Jantungnya berdetak jauh lebih keras dari pada saat Adzlan merawatnya tadi, sebelum kembali kerumah.
Dengan enggan namun mau, Shafa mulai mengobrak abrik isi keranjang ini. Ia terkekeh kecil “Orang stress!” gumam Shafa pelan.
Saat melihat di dalam tumpukan chiki juga terdapat beberapa makanan jadi, ada siomay, telor gulung dan otak otak didalam box plastik kecil.
Masih dengan tawa kecil yang menghiasi wajahnya, Shafa bertanya. “Lo jualan?”
“Ih gusti ... “ Adzlan oleng, sepeda yang ia duduki bahkan mulai terombang ambing, banyak makanan yang bertaburan ke jalan.
“Eh! Eh! Eh! Kenapa lo!”
Shafa langsung memegang stang sepeda dengan kedua tangannya, mencegah semua makan ini tercecer kejalan dengan sia sia. berakhir Adzlan tergeletak di jalan dengan mata berkunang kunang.
“Cantik banget ketawanya Bangsat!” lirih Adzlan sebelum tremor satu badan. Adzlan terbaring di jalan sambil memegangi dada kirinya yang bekerja 4 kali lipat lebih cepat.
Detak jantung Shafa pun sama, bekerja lebih cepat dari biasanya. Bahkan semburat merah di pipinya tak dapat lagi Shafa tahan.
Namun tetap saja, berpegang teguh pada gengsinya. Shafa malah menendang pelan kaki Adzlan. “Apansi lo!” makinya.
Adzlan terkekeh, dengan tubuh yang kelihatannya masih lemah, laki laki itu bangkit. Berjalan masuk ke dalam rumah. “Heh! Mau kemana lo!” dengan tangan terangkat Adzlan menjawab.
“Mau ketemu tante Shera,” Jawabnya tidak jelas.
“Mau ngapain ketemu nyokap gue?”
“Gue mau nanya bep, boleh gak nikahin lo sekarang!”
“Stress!"
______________________________
... bersambeeeng ...Adzlan Raflangkasa
•
Shafana AzaleaLayla Almira Raskara
Vanny Saputri
Ayana Alicia
Ralland Arvin Maldrick
Alvaro Orlando
Galeaqila Wdyatmaja
Thealisha Clark
Daniella Jeslyn
Tiara Arska
Naufarya Alphatana
Rayyan YazidNexr ga nichhhh?????
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels | END
Teen FictionIni kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 10 ipa 1 "Inget bep! Lo tuh milik gue, gak akan ada yang bisa apalagi boleh milikin lo, selain gue. orang lo terlahir dari tulang rusuk gue." Adzlan Raflangkasa. Cowok selengan dengan paras tampan, senyu...