Khawatir

4.5K 506 151
                                    


"Kalian ngapain masih di mobil??!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian ngapain masih di mobil??!"

Suara Kevin mengagetkan Anthony. Dia menoleh ke arah Kevin yang berkacak pinggang di depan mobil Jonatan. "Pin, bantuin gue dong!" pintanya.

Kevin mendekat menuju ke arah Anthony. Anthony pikir, Kevin akan membantunya membangunkan Jonatan. Tapi ternyata...

"Ya ampun, Ngiiilll...Ini mekdi-nya kok di tanah seeh?!! La' yo kotor..." Kevin dengan cekatan memasukkan kardus-kardus mekdi yang terjatuh gara-gara Anthony ditarik Jonatan. Setelah mengambil mekdi pesanannya dan teman-teman yang lain, Kevin berbalik hendak kembali ke dalam asrama.

"Lho, Pin! Ini Jojo-nya gimana? Dia nggak mau bangun nih!" Seru Anthony masih dalam posisi separuh tubuhnya di atas posisi Jonatan. Posisi yang seharusnya awkward, tapi bagi Kevin sepertinya biasa saja.

"Lho...Jojo ya urusanmu to Ngil...Urusanku ya cuma sama mekdi," jawab Kevin santai. Tolong dibayangkan wajah tengilnya Kevin dan logatnya yang medok. Seandainya Anthony tidak sedang dalam posisi seperti itu, pasti dia sudah menonjok Kevin.

Setelah itu, Kevin benar-benar pergi meninggalkan Anthony yang mencak-mencak karena ditinggal Kevin.

"Hehehe"

Anthony memandang Jonatan yang sedang tertawa dengan mata tetap terpejam. "Ah elah...Lo udah bangun? Ngajak gelud sia? Lepasin atuh Jo!" Anthony mencoba galak, tapi gagal. Tetap menggemaskan.

Jonatan akhirnya melepaskan pelukannya, tapi dia tetap tidak mau membuka matanya. "Jo...plis. Gue nggak kuat ngegendong lo," pinta Anthony. Lelah.

"Pegangin gue aja deh biar nggak jatuh," kata Jonatan, tetep sambil merem.

Anthony menghela nafasnya. Sabar...sabar... Batinnya. Anthony menarik tangan Jonatan untuk keluar dari mobil. Awalnya dia berniat menggandengnya biasa saja, tapi Jonatan rupanya punya ide lain.

Jonatan memilih untuk memeluk pinggang Anthony dari belakang, dan meletakkan kepalanya di pundak Anthony. Jadi, mereka seperti anak TK main kereta api. Sekali lagi, menggemaskan. Anthony cuma bisa pasrah dan membiarkan Jonatan melakukan apa yang dia mau. Dia berjalan pelan-pelan agar Jonatan tidak menyandung kakinya. Tidak lucu kalau mereka berdua jatuh dalam posisi seperti itu.

Saat akan naik tangga, Anthony berkata, "Jo...ini naik tangga. Ati-ati."

"Hmm..." jawab Jonatan.

Untung saja kamar mereka berada di lantai satu. Coba bayangkan jika mereka harus naik tangga menuju lantai 2 dengan posisi seperti itu. Bisa-bisa mereka menggelinding jatuh.

"Tinggimu..." gumam Jonatan tiba-tiba ketika mereka sampai di depan kamar.

"Kenapa?"

"Tinggimu...pas banget buat dipeluk," lanjut Jonatan, semakin membenamkan wajahnya di pundak Anthony, membuat gerakan Anthony untuk membuka kamar terhenti.

Behind Those SmashesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang