4. Take Rights

262 21 1
                                        

Candice’s POV

“I’m so sorry for hitting your balls with bananas..” kataku mencoba menahan tawa melihat Harry yang sudah memakai sport shorts dan kaus putih, dan tergeletak lemas diatas sofa. “I’m sorry, Harry.” Timpalku lagi karena aku yakin Harry bisa mendengar tawa yang kutahan dengan susah payah.

Harry memicingkan matanya dan aku benar-benar berhenti tertawa. Dia bisa terlihat begitu seram. “do you think its funny?! Hitting my fucking balls with a banana?! Cmon! That’s my favorite fruit!” teriak Harry mengangkat kedua tangannya keatas dengan tidak percaya.

Harry mungkin adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa terlihat begitu menyeramkan lalu berubah menjadi cowo konyol hanya dalam sekejap. “I really am sorry, Harry.” Kataku sambil duduk dikarpet merah depan sofa yang diduduki Harry. “I didn’t mean it though, you shouldn’t have walk naked to the kitchen!” kataku membela diri. “I don’t want to see your naked body.” Kataku lagi sambil mengangkat bahu.

“Hey! Lot of girls would pay just to see me naked and you get it free!” kata Harry sambil duduk tegap dan menunduk untuk melihatku dibawahnya.

Aku tertawa pelan, “you know you’re way too much confident.” Kataku sambil berdiri dan berjalan menuju dapur. I didn’t have my cereal because of him.

Aku mendengar Harry mendengus lalu dia menyalakan tv dan menonton suatu kartun. Aku menumpahkan susu dalam mangkuk lalu cerealnya. Sebenarnya ada satu hal yang ingin kutanyakan pada Harry. Seingatku, aku tidak tidur di kamar tapi di sofa. Wajahku seketika mengerut saat membayangkan Harry menggendongku ke kamar. Mana mungkin dia melakukannya kan? I’d assume its just me walking in my sleep.

Setelah aku mengembalikan kotak susu ke dalam kulkas, iphoneku bergetar dan aku melihat kalau Monica, teman dekatku di highschool, baru saja mengirim pesan. Aku memang benci highschool tapi aku punya suatu kelompok yang besertakan 5 orang termasuk aku, dan Monica baru saja bilang kalau kita harus mencari gaun untuk Prom Night nanti. Aku menghela nafas dan membalas kalau aku akan ikut dan bertemu mereka langsung di toko baju paling imut di penjuru kota, Camile’s Pink, walaupun sebenarnya aku tidak akan membeli satupun gaun disana. Ohya, aku juga akan pergi melihat Dad sebelum pergi ke Camile’s Pink. Sekarang masih sekitar jam 10 sementara aku akan pergi sekitar jam 12, jadi aku masih punya waktu untuk menghabiskan cerealku.

Aku berjalan pelan ke ruang tengah supaya tidak menumpahkan susu yang penuh di dalam mangkok. Aku duduk di sebelah Harry yang menyenderkan tubuhnya ke sofa. Satu suap. Dua suap. Belum sampe tiga suap Harry berbicara dengan suara keras,

“You can’t sit here.” Kata Harry menegakan tubuhnya, menatapku.

Aku menyuapkan suapan ketigaku dan melihat Harry dengan bingung. “what?” tanyaku.

“You heard me, cmon.” Kata Harry sambil mendorongku dengan malas.

“Yes, I heard you but why should I go? Because I don’t wear pink?” tanyaku sambil tertawa mengejek dan menyuapkan cereal lagi ke dalam mulut.

“How if your cereal dirt my couch?” kata Harry dengan alasan yang jelas-jelas terdengar konyol. Aku diam dan tidak bergerak membuat Harry mendorongku lebih keras.

“What the fuck Harry?! Stop being a lil bitch I swear!” kataku mencoba memegang mangkok dengan tangan kiri dan menahan dorongan Harry dengan tangan kanan.

Harry tetap mendorong dengan tenaga wanitanya dan its happen, mangkok yang ku pegang jatuh ke pangkuanku dengan posisi mangkok yang terbalik. And.. MY FUCKING PHONE IS RIGHT THERE. THE BOWL IS RIGHT ABOVE MY PHONE. Aku langsung berteriak histeris. Dengan rusuh, aku memegang mangkok dan iphoneku yang sudah basah karena susu lalu berdiri dan melihat kalau susunya sedikit kena sofa tapi semuanya jatuh ke karpet merah depan sofa itu. Harry menggerang dan menatapku marah, aku tidak terlalu peduli dengan amarah Harry saat ini karena iphoneku jauh lebih penting daripada sofa dan karpet bodohnya itu.

Sweet EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang