13. The Surprise

62 6 1
                                        


Sooooooooooo whats upp? After all this months and year, I decided to post part 13. Why? BECAUSE IT'S SLUMBERSKY A.K.A EECHA A.K.A MY LONG-LIFE-FRIEND OF HIGHSCHOOL'S BIRTHDAY! YEAY *huge sounds of fireworks*. Happy birthday, kindass (since you're not that bad to be a badass) hope you like the story though! I'm sorry it took me so long because I haven't finished it yesterday. And I hope you'd understand if there's too many typo and all. Happy birthday buddy, line me when you see it :)

AND FOR OTHER READERS (if u all still exist tho) i hope you like the story and please vote!!! leave comment!! I'll finish Sweet Escape since I personally love the story so much <3

••• 

Sudah lewat beberapa hari semenjak aku tahu bahwa penelepon misteri Harry adalah Kendall. Tapi hal ini malah menimbulkan banyak pertanyaan lainnya. Seperti, apa yang dilakukan Kendall sampai Harry terlihat sangat bingung? Atau, apakah Kendall juga penelepon Harry saat kami terakhir minum champagne? Karena semenjak telepon itu, Harry jadi terlihat lebih murung dan gusar. Dia lebih sering memainkan handphonenya, kalau aku tanyapun, jawabannya sering ngawur.

"What are you cooking for dinner?" suara Harry mengagetkanku dari lamunan. Dia tertawa sedikit, "Did I scare you that much?"

I rolled my eyes. "I cook chicken and mashed potatos. Is that okay?" tanyaku sambil memutar badan dan menaruh ayam goreng di meja makan.

"Yeah, of course." Kata Harry sambil duduk di salah satu kursi makan.

Aku mengambil dua piring dan memberi satu pada Harry yang memandang layar hpnya. Dia menekan bibirnya hingga jadi garis tipis dan dahinya mengerut karena berpikir keras. Saat aku masih memperhatikannya, Harry tiba-tiba mengadahkan kepala dan melihatku tajam.

"Do you have any plans tomorrow?" katanya.

Aku masih agak kaget saat menjawab, "Uh, no, why?" tanyaku. Harry melihat kearahku namun pikirannya seperti berputar-putar entah dimana. "Is there anything I can do for you?" Tanyaku lagi.

Harry menggelengkan kepalanya sedikit, "Um, no. It's fine." Katanya. What's fine? Ugh. He's just making me more confused.

"You serious?" tanyaku sekali lagi. Memang apa sih masalahnya? Sebegitu pentingkah sampai aku tak boleh tahu?

"It's just..." Harry berhenti sebentar. Aku melihatnya dengan tak sabar. "One of my friends will visit here." Lanjutnya ragu.

"Who? Is it one of your bandmates?" tanyaku semangat. Tapi Harry tidak bersemangat sama sekali.

"No, you don't know her." Jawabnya pelan. Her? Who? Otakku berputar sangat cepat mencoba menemukan jawaban. "lets eat." Katanya lalu memakan kentang.

Aku ingin bertanya lagi tapi percakapan kami sudah mati karena aku terlalu lama berpikir. Seketika aku teringat percakapan Harry dan Louis waktu itu.. apakah mungkin Kendall?

•••

Aku terbangun saat sinar matahari melewati jendela kamarku. Akhirnya hari ini matahari berhasil menembus awan tebal yang gelap. Aku duduk dan melihat jam disebelah kasur, 11 siang. WHAT? Bagaimana bisa aku bangun sesiang ini? Padahal kemarin malam.. Well, ya kemarin malam aku begadang untuk baca Fifty tapi aku tak sangka akan bangun sesiang ini. Aku menggosok gigiku dan mencuci muka lalu segera turun ke bawah. Rumah terasa terlalu hening dan benar saja, di bawah tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.

"Harry?" Aku memanggil hanya untuk mendapat keheningan. Aku berjalan pelan ke dapur dan melihat note kecil yang ditempel di pintu kulkas.

"I have to pick up a friend from airport. See you at lunch. H."

Sweet EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang