Chapter 5

313 30 90
                                    

Ho Seok masih belum bisa tidur, meski malam sudah semakin larut dan suara cicadas yang semakin nyaring mengisi hening. Kedua matanya terjaga, memaku tatap pada langit-langit kamar. Walaupun dokter telah memberi obat pereda nyeri, tetap saja sakit di kepalanya tidak mau hilang. Namun, kali ini rasa tak nyaman itu lebih dapat ia toleransi, dibandingkan sebelumnya.

Pikirannya mulai berkelana, membayangkan wajah sedih kakak perempuan satu-satunya, dan juga orang-orang di sekitarnya. Sejujurnya Ho Seok tidak siap menerima konsekuensi seperti itu perihal penyakit yang bersarang di dalam kepalanya.

Di lain hal, Ho Seok menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang juga membutuhkan bantuan. Akan tetapi, sebagian dirinya merasa tidak tega membiarkan orang-orang yang dikasihinya ikut terbebani dengan masalah itu. Ia hanya bisa merutuki dirinya yang mengabaikan tubuhnya sendiri.

"Aku rasa masih ada bagian puzzle yang tidak sesuai." Terdengar suara Nam Joon dari ruang tengah.

"Masalahnya kasus ini dari awal memang tidak rapi, tapi kau pasti bisa melakukan sesuatu, bukan? Kau, kan, tahu kalau kita butuh ini," timpal Ji Min.

"Mudah bagimu mengatakannya. Aku di sini yang pusing, Ji Min-ah." Nam Joon menghela napasnya.

"Bagaimana dengan hubungan dari kasus ini yang nampak jelas hanya dari korban pertama dan keempat. Mereka teman satu sekolah. Dari keterangan saksi mata, korban keempat dan korban pertama adalah teman dekat. Kurasa kita bisa menutupnya dari sana," jelas Nam Joon mengacak rambutnya frustrasi.

Percakapan keduanya terdengar jelas dari dalam kamar. Ho seok memutuskan turun dari tempat tidur dan berjalan menuju dua orang temannya itu. Pikir Ho Seok, membuat dirinya bekerja adalah pilihan yang lebih baik, daripada menghabiskan waktu hanya menatap langit-langit dan berdiam diri di dalam kamar. Presensi Ho Seok yang tiba-tiba muncul mengalihkan atensi Nam Joon dan Ji Min.

"Oh, Hyung. Kau belum tidur?" tanya Ji Min selagi si empunya nama menjatuhkan diri di sisi Nam Joon.

"Aku belum bisa tidur. Aku mendengar diskusi kalian, jadi aku memutuskan untuk bergabung." Ho Seok mengambil satu batang rokok dan menyalakan dengan pemantik. "Kalian membicarakan tentang kasus itu, kan? Semenjak aku menjadi saksi mata, seharusnya kalian melibatkanku." Ho Seok membakar ujung rokoknya. Menghisapnya dalam-dalam, lantas mengeluarkan asap dari celah mulut, menunggu dua temannya merespon.

Ji Min menarik satu sudut bibirnya. "Yah, apa boleh buat. Nam Joon-ah, bagaimana kalau kau beri tahu padanya yang kau dapatkan."

Nam Joon mengubah posisi duduknya, sedikit maju beberapa senti ke arah meja. "Aku sudah menjelaskan sebagian besar kasus utamanya. Jadi, aku akan menjelaskan hasil analisaku. Pertama, ini pembunuhan berantai dengan daftar. Aku menemukan pola yang sama dengan kasus sebelumnya. Kasus Shinjitsu ini menggunakan petunjuk yang jelas dari korban. Diambil dari nama, lebih tepatnya huruf dari suku kata terakhir." Nam Joon mendekatkan lembaran kertas daftar nama-nama korban pada Ho Seok.

"Kim Yoon Suk, diambil huruf S. Kim Jin Ha, diambil huruf H. Lee Sung Im diambil huruf I. Yang terakhir Cha Hyo Na, diambil huruf N. Jika diurutkan, maka akan membentuk alfabet S-H-I-N. Masih kurang lima huruf, J-I-T-S-U. Kuperkirakan, total korban ada sembilan orang." Ho Seok mengamati benda itu dengan seksama seraya menikmati isapan demi isapan tembakau di jarinya.

"Kedua adalah motif pembunuhan. Aku berasumsi bahwa ada makna tersendiri dari kata 'Shinjitsu' ini. Setiap korban saling berhubungan, tapi aku belum bisa menebak lima calon korban selanjutnya. Aku masih kekurangan informasi dari orang-orang yang dekat dengan para korban. Semua ini seolah murni kasus bunuh diri." Nam Joon mematikan rokoknya di atas asbak, sementara Ji Min dan Ho Seok menatap gurat lelah di wajah pemuda bergaris Kim itu.

AUTUMN DAYS [BTS FANFICTION: JHOPE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang