AUTUMN DAYS [BTS FANFICTION: JHOPE]

Chapter 9

Hoseok berjalan menyusuri lorong pendek hotel. Saat derapnya sampai di depan lift, ada seorang wanita menghentikan langkahnya. Ia menelusuri wajah si gadis berparas cantik itu: rambut hitam lurus melewati bahu, riasan yang sepadan dengan lipstik merah, serta senyum menawan yang menggantung di belahan bibirnya. Lantas bergulir memandangi sweater hitam, celana jeans, dan sepatu ankle boots berwarna senada. Wanita itu terlihat sangat anggun.

"Lama tidak bertemu, Hoseok sayang."

Mendengar sapaan itu, senyum Hoseok berubah miring. Ia kemudian menggapai pinggang si wanita dan mencium lehernya.

"Hm ... merindukanku?" bisik Hoseok yang masih menempatkan wajahnya di leher putih itu.

Kepalanya mengangguk kecil. "Karena kau berbeda dari kebanyakan orang. Aku menyukainya, sangat." Wanita itu semakin mendekatkan tubuhnya, meskipun jarak di antara mereka sudah terhapus.

"Kau membawa berita terbaru?"

"As your request, Mr. Jung," jawabnya dengan nada seduktif berniat menggoda, tetapi Hoseok malah melepaskan pelukannya.

"Sebaiknya kau perlihatkan dulu kepadaku hasil kerjamu. Baru aku akan memberimu hadiah."

"Baiklah." Ekspresi kecewa mendadak muncul di wajah cantik itu. "Menjadi sekretarismu benar-benar melelahkan. Kenapa ya, aku mau bekerja dengan pria banyak permintaan sepertimu?"

Ia pun berjalan tak acuh melewati Hoseok, menuju sebuah pintu kamar di ujung lorong. Hoseok mengikutinya dari belakang.

"Naomi-ya, aku ini manusia. Kau pernah bilang bukan, manusia adalah makhluk yang merepotkan."

Wanita itu berbalik sebelum memegang gagang pintu. "Kau benar-benar mengingatnya, ya? Aku tidak menyangka." Ia pun membukakan pintu setelahnya dan mempersilakan Hoseok masuk lebih dulu.

Hoseok menurutinya, lantas membawa langkahnya semakin masuk ke dalam kamar. Tak sampai sepuluh detik, ia lantas disuguhi pemandangan yang membuatnya sedikit terkejut. Ada empat orang pria bertubuh tegap dengan otot-otot tangannya yang menyembul keluar berdiri mengelilingi sebuah kursi yang diduduki seseorang. Dari kejauhan, terlihat orang itu dalam keadaan diikat, wajahnya dihiasi luka dan memar. Hoseok yang penasaran, berjalan mendekat dengan hati-hati. Kedua matanya membeliak bersamaan dengan langkahnya yang tiba-tiba berhenti.

"Hasil rapat sudah turun. Mereka akan membeli sahammu dengan syarat, salah satu Park bersaudara harus mati. Kemudian keputusan dari Lockheed Martin juga sudah turun. Mereka sudah menyiapkan perjanjian tertulisnya. Kau bisa menandatanganinya besok. Dan seperti permintaanmu, Park Chanyeol sudah ditangani Jungkook dan ACRC," ucap Naomi yang berdiri di belakang Hoseok. "Dia Park Jimin, agen dari kepolisian yang kau minta."

Tak kalah terkejutnya, Jimin menatap lelaki yang berdiri di hadapannya.

"Hyung," panggilnya lirih, sementara senyum lebar mendadak terpeta di wajah Hoseok. Di sudut terdalam hatinya, Jimin masih berharap yang melakukan hal ini kepadanya adalah orang lain meskipun kenyataan tidak dapat diubah.

"Bagaimana bisa?"

Senyum Hoseok semakin lebar, ia lantas berdiri di sisi kiri Jimin. "Kau tidak menduganya, 'kan?" Kekehnya menyembul keluar, berasumsi betapa lucu kalimat yang ia lontarkan.

"Kau pasti bukan Hoseok. Ini pasti karena efek pukulan. Ya, benar." Jimin mulai meracau, sementara Hoseok menepuk-nepuk pundaknya. Ia melangkah menjauh dan menduduki kursi yang berjarak beberapa langkah dari tempat Jimin berada.

"Ckck, kau hanya tidak bisa menerima kenyataan sejak awal."

Hoseok menyilangkan kaki membuat posisi duduknya senyaman mungkin. "Baiklah, kita mulai dari mana, ya? Ah, sepertinya kau baru tahu aku otak bisnis narkoba di Taebaek, ya? Sayang sekali, seandainya kau tahu lebih awal─" Hoseok menjeda beberapa detik dan menggerakkan kepalanya naik-turun, menunjuk kondisi Jimin sekarang. "Tidak akan jadi seperti ini."