Alana sadness

4 1 0
                                    

Happy reading:)

Setelah papahnya memeluk alana, papahnya langsung mengajak alana untuk duduk di meja makan bergabung dengan mamahnya yang, sekarang sedang menatapnya dengan pandangan benci.

"Kamu mau makan apa sayang" tanya papahnya, dengan tersenyum lembut.

"Terserah papah aja" jawab alana balas tersenyum, dengan mata yang masih mengarah ke arah mamahnya.

"Mamah...

Pangil alana spontan dengan nada yang sangat lirih. Mamahnya tetap tidak menyaut.

Suasana ruang makan ini terasa semakin menegangkan setelah alana memanggil mamahnya.

Alana tau, mamahnya tidak akan merespons panggilannya, karena alana sudah di benci saat kejadian naas yang telah menimpa keluarganya. Seharusnya alana menyadari akan hal itu, tetapi rasa untuk merasakan kasih sayang yang alana rasakan membuatnya mengabaikan kemungkinan untuk mamahnya kembali melukai perasaannya.

"Mamah alana kangen" saat mengatakan itu dada alana menjadi sesak, sudah berapa tahun alana dan mamahnya tidak berbincang bincang hangat? sambil minum lemon tea hangat buatan mamahnya.

"Jangan panggil saya dengan sebutan seperti itu, karena anak saya cuma satu dan itu bukan kamu" mamanya berucap dengan nada dingin sarat akan kebencian.

"Maaf mah" alana berkata lirih, tidak kuat untuk mendengar perkataan yang keluar dari mulut mamahnya.

"Mah xandra kan baru pulang" kata papahnya mencoba untuk menenangkan.

"Saya tidak peduli, toh saya ga pernah mengharapkan anak pembawa sial ini pulang" ucap mamahnya dengan sadis, tanpa memperdulikan hati alana yang tercabik cabik mendengarnya.

"Mamah cukup" bentak papahnya yang mendengar perkataan kasar yang keluar dari mulut istrinya.

"Kamu bentak saya karena anak pembawa sial itu?!" Tanya mamahnya dengan wajah tidak percaya ke arah papahnya.

Alana yang mendengar perdebatan kedua orang tua nya langsung bangkit dari duduknya "xandra pulang" ucapnya setelah itu keluar dari ruang makan keluarga nya.

Pikirannya kacau balau sekarang, mamahnya orang yang paling ia cintai, berubah menjadi orang yang begitu membencinya.

Alana berusaha untuk tidak menangis, karena bukan ia yang tersakiti disini sebenernya, melainkan mamah dan papahnya.

Seharusnya papahnya juga ikut membencinya, bukan membelanya seperti itu yang menyebabkan mereka bertengkar.

Alana berniat untuk langsung pulang, ia langsung teringat, saat dateng kesini ia bersama dengan sahabatnya.

Papahnya yang berusaha untuk mengejar alana, akhirnya berhasil menggapai anaknya itu. "Xandra sayang, maklumi mamahmu ya sayang" ketika berkata seperti itu raut muka papahnya, menjadi sendu.

"Pah xandra gapapa ko" katanya berusaha untuk menenangkan papahnya dengan tersenyum paksa.

"Maaf in papah sayang ini semua ga bakal terjadi kalau papah, lebih memperhatikan kamu dan alena dulu, papah bukan ayah yang baik buat kalian" kata papahnya dengan muka dipenuhi rasa bersalah.

"Pah pleasee, ini bukan salah papah" setetes air mata yang sedari tadi membendung di pelupuk mata alana akhirnya tumpah juga. Alana selalu kuat untuk tidak menangis ketika semua orang menyakitinya. Tapi tidak untuk sekarang.

"Sudah, ga seharusnya kita melow kaya gini kan? Kamu besok juga harus sekolah, kamu kesini bareng adeen kan?" Kata papahnya yang selalu berhasil bikin suasana menjadi hangat kembali.

Everything For HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang