07. Worst Lunch

148 25 2
                                    

Rainbow Falling - Cha Eun Woo
Can play another song.

Kafetaria rumah sakit mulai ramai diisi oleh karyawan - karyawan rumah sakit. Begitu pun dengan Jihoon, ia berniat mengajak Sohye untuk makan siang bersama.

Jihoon menghampiri Sohye yang tengah memainkan ponselnya.

"Kim Seonsangnim, mau makan siang bersama?" ajak Jihoon.

Sohye tidak menggubris ajakan Jihoon. Ia masih sibuk dengan ponselnya.

"Sohye, kamu dengar saya kan?" ucap Jihoon lebih lantang dari sebelumnya.

Sohye baru menyadari kehadiran Jihoon disini. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap Jihoon sekilas, kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.

Jihoon yang mulai geram dengan Sohye, mengambil paksa ponsel milik Sohye.

"Mau makan siang bareng gak?"

Sohye menggeleng, kemudian tersenyum, "udah ada janji sama Woojin."

"Kalian.... Pacaran?" tanya Jihoon.

Amin, batin Sohye.

"Menuju."

Jihoon menghela nafas, "emang Woojin juga suka sama lo?"

"Gak tau sih." kata Sohye sembari menggaruk tengkuknya.

"Tapi perlakuan dia ke gue akhir - akhir ini nunjukin kalau dia juga suka sama gue." lanjutnya.

"Emang dia ngapain aja?" tanya Jihoon lagi.

"Dia ngajak gue jalan terus, dia gandeng gue, dia care banget pokoknya sama gue." jawab Sohye.

Jihoon hanya menatap Sohye tanpa alasan.

"Udah ah, gue mau jalan sama Woojin."

Sohye mengambil ponselnya yang sedari tadi ada di tangan Jihoon. Ia masukkan ponselnya ke dalam tasnya, kemudian bergegas pergi.

"Kalau ketemu laki - laki baru, sahabatnya dilupain." ujar Jihoon lirih, namun Sohye masih mendengarnya.

---

Sohye berjalan sembari bersenandung ria. Ia bahagia mengingat dirinya tengah dalam perjalanan menuju rumah makan tempat Sohye dan Woojin makan bersama nantinya. Sesederhana itu bahagia Sohye.

Sohye sampai di rumah makan yang sudah ditentukan Woojin sebelumnya. Tentunya dengan senyum manisnya. Matanya menjelajah segala penjuru ruangan, mencari Woojin.

Sampai akhirnya Sohye menemukan Woojin. Ia tidak sendiri, melainkan,





















bersama seorang perempuan.

Senyum Sohye lantas luntur melihatnya. Ia terus saja berpikir positif, semoga saja perempuan itu hanya kakak Woojin atau semacamnya.

"Sohye!" panggil Woojin.

Sohye menghampiri Woojin, "hai! Maaf nunggu lama."

"Gak apa - apa. Duduk, Hye." perintah Woojin. Sohye menurut, ia duduk didepan Woojin, karena sudah ada wanita lain disebelah Woojin.

"Nih, kenalin, fans yang waktu itu ngasih gue puisi."

Perempuan itu menatap Woojin bingung, "kok fans sih?"

"Ya bener kan?"

"Tau ah." perempuan itu tampak kesal dengan Woojin. Ia melipatkan tangannya didada. Entah ia benar - benar marah atau hanya berpura - pura.

"Gak usah marah gitu jelek."

"Iya emang jelek."

Perdebatan antara dua orang itu terus berlangsung, sedangkan Sohye hanya menonton.

"Ya udah iya nih biar ga marah."

"Apa."

"Kenalin, Hye. Namanya Mina, dia pacar gue." ujar Woojin sembari tersenyum, tak lupa tangannya merangkul perempuan yang katanya bernama Mina.

Mata Sohye sukses membulat mendengar perkataan Woojin. Senyum pahit Sohye pun kini luntur. Air matanya sudah menumpuk di pelupuk kantung matanya, harus ia tahan agar tak keluar.

Sohye yang tidak bisa menahan lagi, langsung izin bergegas ke kamar mandi.

"Gue ke kamar mandi bentar."

Belum sampai ia di kamar mandi, air matanya sudah mengalir. Tangannya bergerak menghapus jejak air mata dipipinya.

Ia mencoba mengatur nafasnya. Sohye menatap dirinya dalam pantulan cermin. Keadaannya benar benar jauh dari kata baik. Matanya sudah sangat sembab, dan pipinya pun basah.

Kenapa Woojin jahat banget sama gue?

Kenapa Woojin gak bilang kalau dia udah punya pacar?

Kenapa harus dia, bukan gue?

Kenapa Woojin perhatian sama gue?

Kenapa gue harus kenal seorang Park Woojin, kalau akhirnya kayak gini?

Pertanyaan 'kenapa' lainnya terus terbesit dibenak Kim Sohye.

Setelah menenangkan diri beberapa saat, akhirnya Sohye memutuskan untuk kembali ke Woojin. Ia khawatir Woojin curiga jika ia terlalu lama di kamar mandi, dan mengetahui kebenarannya.

"Eh udah dateng, tuh udah gue pesenin makanan kesukaan lo."

Bahkan dia tau makanan kesukaan gue.

"Makasih." ucap Sohye sembari mencoba tersenyum.

Yang ada dihadapan Sohye saat ini memang makanan kesukaannya, namun tak ada selera sedikit pun bagi Sohye untuk memakannya.

"Sohye lucu ya, pantes Woojin nganggep lo adenya." ucap Mina.

Sohye mendengarnya tentu saja panas.

Oh, cuma adek.

"Ya habis gimana, dari dulu kan aku pengen banget punya adek cewe." ucap Woojin disela suapannya.

"Iya emang, kamu kan dari awal pacaran juga udah bilang gitu."

Yhaaa nyamuk dah gue.

"Masih inget aja sih kamu."

Terlalu lama berada disini tidak baik untuk kelangsungan hidup Sohye. Hatinya bisa hancur berkeping keping jika terus mendengar percakapan pasangan ini.

"Woojin, kayaknya gue gak bisa lama lama disini deh." ujar Sohye bersiap untuk pulang.

"Loh, kenapa? Makanan lo kan belum habis."

"Eumm, tiba tiba gue ngerasa ga enak badan." alibi Sohye. Ia hanya ingin segera terhindar dari situasi ini.

"Lo sakit? Yaudah gue anterin ya."

"Eh jangan, nanti kak Mina gimana?"

"Gue gapapa kok."

"Gak usah deh kak, gue pulang dulu ya, makasih." pamit Sohye dan segera meninggalkan Woojin dan Mina.

Sohye kembali ke rumah sakit menggunakan bis. Tangannya meraih earphone dalam tasnya, dan memakainya.

Ia memutar lagu ballad yang ada di perpustakaan musiknya. Baru saja bait pertama lagu itu dinyanyikan, air matanya sudah terus mengalir.

Kenapa, kisah cinta gue gak pernah bahagia?

~To Be Continued~

Sebenernya gak tau mau pake cast cewek siapa buat pacarnya Woojin. Jadi yaudah Mina aja yang terbesit eheh.

Apple [Woojin × Sohye]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang