05. Janji Woojin

194 26 5
                                    

Sesuai dengan ajakan Woojin tempo hari, ia akan pergi bersama Woojin. Sohye menunggu Woojin di lobby rumah sakit. Woojin sudah janji akan menjemput Sohye disitu.

"Hye? Belum pulang?" mobil Jihoon terparkir di depan lobby. Sedangkan si pemiliknya menghampiri Sohye.

"Belum, kan mau pergi sama Woojin." jawab Sohye.

"Janjian sama Woojin jam berapa?"

"Harusnya sih, Woojin udah disini dari setengah jam yang lalu." jawab Sohye dengan senyum lebarnya. Berusaha menutupi kekesalannya karena lama menunggu.

Jihoon menghela nafas, "Kok mau sih, nunggu lama. Batalin aja."

Sohye menggeleng cepat, "Gak boleh gitu Jihoon. Mungkin dijalan macet."

Tak lama, mobil Woojin datang. Woojin segera keluar dan menghampiri Sohye dan Jihoon.

"Maaf ya lama, tadi gue ada urusan sebentar." ucap Woojin.

Sohye tersenyum, "Gwenchana. Yuk berangkat, nanti terlalu malem."

---

Di mobil, Woojin mencoba mengajak ngobol Sohye.

"Lo deket banget ya sama Jihoon? Kayaknya, setiap gue ketemu Lo, pasti ada Jihoon." tanya Woojin ditengah keheningan.

Sohye melirik Woojin sekilas, "Gue sama Jihoon emang udah sahabatan lima belas tahun, sih."

"Dan, lo gaada perasaan ke Jihoon gitu? You know what I mean, right?" tanya Woojin lagi.

"Suka gitu sama Jihoon? Enggaklah. Ada cowok lain yang gue suka."

Dan itu lo, Woojin batin Sohye.

"Wah, siapa? Penasaran gue." Woojin menegakkan tubuhnya. Seperti bersiap ke topik pembicaraan yang lebih serius.

Sohye tertawa, "Nanti ada saatnya gue kasih tau ke lo."

"Oke."

---

Disinilah mereka. Di salah satu restaurant yang ada di mall yang mereka datangi. Sekadar makan malam dengan menu sup khas Korea.

"Jadi, lo beneran sutradara?" inilah tujuan Sohye sebenarnya. Menanyakan tentang profesi Woojin.

"Yap. Kenapa emangnya? Salah gue jadi sutradara?" Woojin mengernyitkan dahinya.

Sohye menggeleng cepat, "Waktu SMA, sebenernya gue suka bahasa. Tapi karena suatu alasan, gue milih kedokteran. Padahal kalo gue lanjut di bahasa, kita bisa kerjasama. Gue nulis cerita, lo buat film nya. Tapi, takdir berkata lain."

"It's okay. Kalau lo mau nulis cerita, lo bisa kasih ke gue aja. Kali aja bisa gue buatin film." kata Woojin disela sela suapannya.

"Oh, tidak terima kasih. Gue udah cukup sibuk pelatihan." jawab Sohye, yang justru dibalas tawaan renyah oleh Woojin.

Sohye bingung melihat tingkah Woojin. Dia tidak merasa ada sesuatu yang lucu.

"Kenapa ketawa sih?"

Woojin akhirnya menyudahi tertawanya. Kemudian menjawab Sohye, "Lucu." katanya singkat. Kemudian, ia kembali melakukan hal itu lagi, namun lebih ringan. Hanya tersenyum.

Apple [Woojin × Sohye]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang