09. Kebenaran

147 22 5
                                    

Flashback on.

Jihoon kecil tertawa melihat Sohye kecil jatuh. Baginya, wajah kesakitan Sohye sangat lucu.

"Hoonie jahat, bukannya ditolongin malah diketawain." ucap Sohye kecil dengan nada kesal.

"Jihoon! Bukan Hoonie! Aku gak suka dipanggil Hoonie!" protes Jihoon.

Sohye kecil tertawa, "Jihoon kalau dipanggil bunda Hoonie, aku juga mau panggil kamu Hoonie. Hoonie Hoonie Hoonie."

"Ih, Sohye nyebelin! Aku gak suka sama kamu!"

"Sohye juga gak suka sama Jihoon!"

Waktu berlalu, Jihoon tumbuh dengan baik, begitu pun Sohye. Jihoon yang lebih tua 5 tahun dari Sohye membuatnya lebih dewasa.

Walau terpaut usia lima tahun, tak membuat mereka canggung. Sohye tidak memanggil Jihoon dengan embel - embel 'kak'. Begitupun Jihoon, tidak pernah memanggil Sohye dengan sebutan 'dek'.

Terlalu menjijikan bagi mereka.

Dan Jihoon menemukan suatu fakta baru, jika dirinya mulai tertarik dengan gadis lugu bernama, Kim Sohye.

Jihoon mendengus kesal ketika ia mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Sohye.

"Kenapa lagi, Hye?"

"Jemput gue di sekolah sekarang juga."

Setelahnya, panggilan itu dimatikan sepihak oleh Sohye. Jihoon mendecak, kemudian sedikit terkekeh. Entah, Sohye membuat kesal dan bahagia di waktu yang sama.

Jihoon memasukkan ponselnya ke kantong jaketnya, kemudian melaju dengan motornya, menjemput Sohye.

"Hye, lo kena—"

"Gausah bacot, cepet bawa pergi gue dari sini."

Jihoon terpaksa melajukan motornya, lagi. Walau ia masih tak mengerti apa yang terjadi dengan Sohye.

Jihoon memutuskan untuk membawa Sohye ke kedai es krim, tempat mereka bertukar cerita seperti biasa.

"Kenapa kesini mulu sih," protes Sohye.

"Kalau ke tempat lain belum tentu lo suka, udah sih nurut aja."

Sohye dan Jihoon memasuki kedai es krim itu, dan menghampiri tempat duduk andalan mereka. Di ujung kiri, dekat dengan Jendela.

Mereka memesan es krim seperti biasanya. Sambil menunggu pesanannya tiba, Jihoon mengajak Sohye berbincang.

"Jadi, apa yang mau lo ceritain?" tanya Jihoon mengawali.

"Tiga hari terakhir ini, ada orang yang ngasih gue coklat."

Dahi Jihoon mengernyit, "your secret admirer?"

"Mungkin, atau lebih buruk dari itu."

"Buruk gimana?" tanya Jihoon lagi.

"Tadi, anak kelas sebelah, ngomong kenceng banget di kantin sekolah. Dia bilang kalau dia suka sama gue, dan ngaku ngaku pacar gue. Dia juga bilang kalau selama ini yang ngasih coklat itu dia."

"Dan parahnya lagi, dia sedikit— kurang— tampan," lanjut Sohye yang membuat tawa Jihoon meledak.

Sohye mendelik melihat Jihoon tertawa bahagia diatas penderitaannya.

"Kenapa malah ketawa sih," protes Sohye.

"Sumpah, Hye. Ini lucu banget, gue gak kuat," dan Jihoon melanjutkan tawanya.

"Gue tuh minta lo jemput karena gue pengin dihibur sama lo. Kalau lo malah buat gue tambah kesel, mending gue pulang aja!"

Sohye mengambil tasnya dan bangkit dari duduknya. Hendak keluar meninggalkan Jihoon, namun tangan Jihoon menahan pergerakan Sohye.

Tawa Jihoon merada, "maaf, Hye."

Sohye kembali duduk, namun dengan ekspresi kesalnya. Tentu saja ia kesal dengan Jihoon.

"Ya udah, Hye, biarin aja orang itu melakukan apapun. Mungkin aja dia lagi ada masalah, dan dengan cara itu dia bisa lebih sedikit bahagia," nasihat Jihoon yang menurut Sohye tak membantu.

"Tapi gara gara dia, gue diledekin sekantin tau gak. Jijik banget diakuin jadi pacar dia."

Jihoon tersenyum miring, "kalau jadi pacar gue, gimana?"

Sohye menatap Jihoon dingin.

"Gak lucu, Hoon."

Jihoon meringis dalam hati. Padahal, Jihoon serius.

Flashback off.

Jihoon meneguk sisa sojunya.

"Mungkin pengakuan gue ini buat lo terkejut. Maaf, gue cuma gak tahan memendam semua ini terlalu lama."

Sohye masih terdiam. Terdiam sambil menunduk. Ia speechless.

"Gue cuma ngasih tau perasaan gue yang sebenernya. Bukan minta lo untuk balas perasaan gue."

Sohye masih diam. Sedangkan Jihoon menghela nafasnya kasar.

"Lo pasti risih. Yaudah, kita pulang aja ya."

Sohye mendongak, matanya bertemu dengan mata Jihoon. Jihoon melihat mata Sohye, sedikit berair.

Sial, niat Jihoon melupakan kesedihan wanita kesayangannya, namun yang ada justru menambah kesedihan Sohye.

"I think, you have to know one fact, too,"  Sohye akhirnya bersuara juga.

"What?"

"Some year ago, I like you, too."

~To Be Continued~

Apple [Woojin × Sohye]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang