Chapter 2

1.6K 93 0
                                    

Sejak kecil namja kecil bernama Jungkook itu menyendiri, setelah kematian kakeknya.

Sehari sebelum kematian kakek Jungkook...

Terlihat anak kecil yang membawa boneka Sailormoon yang merupakan hadiah dari Ayah dan Ibunya saat dia ulang tahun.

"Kakek.. Jungkook sayang kakek" Jungkook memeluk kakeknya.

"Kakek juga sayang Jungkook.." Jungkook semakin mengeratkan pelukannya pada kakeknya, ia merasa seperti ada sesuatu yang salah di hari ini.

"Kakek, Jungkook rindu kakek. Jungkook juga rindu nenek. Kalau Jungkook pergi lama siapa yang bersama kakek dan nenek?" Jungkook juga memeluk neneknya yang berada di sampingnya.

"Hmm.. Jungkook sayang, kakek punya sesuatu buat Jungkook" Kakek Jungkook mengeluarkan sebuah robot berwarna merah dan kuning yang berhiaskan pita merah.

"Wahh.. apa ini kek? Eh? Ini kan robot ironman. Ini buat Jungkook?" Jungkook memang menyukai film inronman, ia bahkan mempunyai baju ironman kesukaannya.

"Iya Jungkook, ini hadiah dari kakek buat kamu, supaya kalau kamu merindukan kakek atau kesepian kamu bisa bercerita dengan robot Ironman ini" Jungkook memeluk kembali kakeknya, sungguh hanya kakek dan neneknya yang mengerti kesukaan Jungkook dibanding orangtuanya sendiri yang malah memberikan Jungkook boneka Sailormoon.

"Terimakasih banyak kek, kakek nenek Jungkook pulang dulu ya... Jungkook sayang kalian" Jungkook masuk ke dalam mobil yang di dalamnya sudah ada dua orangtuanya yang menjemputnya pulang.

.
.
.

Keesokan harinya...

"Huwaaaaa... hiks.. hiks.. kakeekk.. jangan tinggalkan Jungkook, Jungkook sayang kakeeekk.. Jungkook janji tidak akan nakal lagi keeekk.. kakekk... maafkan Jungkook.. hiks.. hiks.. maafkan Jung.. hiks.. kook.. hiks.." Anak kecil yang merupakan cucu dari kakek yang sekarang berada di depan petinya itu menangis kencang, ia tak rela ditinggal kakeknya yang ia lebih cintai daripada orangtuanya sendiri, sekarang bagi Jungkook tidak ada lagi orang yang berceria saat malam hari, mendongeng dan menasihati Jungkook.

"Jungkook.. ayo sudah jangan menangis, sekarang duduk dulu ya.. mau Eomma ambilkan air putih?" Eomma Jungkook yang pintar memasak itu mengambil satu gelas air putih yang ada di sana.

"Appa... hikss.. Eomma.. aku ingin mati bersama kakeekkk.. huwaaa.. tidak ada yang akan mendengarkan Jungkook hiks.. bercerita dan hiks.. menceritakan dongeng lagiii hiks.. huwaa...." Mendengar itu semua mata orang yang ada di sana tertuju pada mereka.

"Haa?!" Semua orang kaget, bagaimana bisa seorang anak kecil berkata seperti itu?

"Jungkook apa-apaan kamu ini? Kamu itu anak kesayangan Eomma dan Appa tidak boleh bicara seperti itu sayang.." Eomma Jungkook menggendong Jungkook dan menenangkannya di luar.

Jungkook tidak biaa melupakan kakeknya sampai saat ini, namun ia sudah agak mengikhlaskan kakek tercintanya.
Orangtuanya yang sering membiarkan Jungkook di rumah sendiri khawatir akan keamanan anaknya.

Merekapun memutuskan untuk pergi lebih lama karena Jungkook mereka sudah agak dewasa dan mereka tidak bisa selalu mengurusnya, akhirnya mereka membayar dua orang pembantu wanita untuk mengurus anak kesayangannya itu selama mereka pergi.

"Jungkook, Eomma dan Appa akan pergi lagi. Jungkook jangan sedih ya? Eomma dan Appa menyewa pembantu untuk menjagamu juga memberi Jungkook makanan yang sehat. Mungkin Appa dan Eomma akan pulang lebih lama, Jungkook jaga diri yang baik ya? Jangan nakal di rumah" Appa dan Eomma Jungkook memberi anaknya sebuah pelukan dan kecupan di dahi Jungkook kemudian meninggalkan Jungkook sendiri.

"Pembantu? Siapa?" Jungkook menoleh ke semua arah, tetapi tidak ada orang selain dia di rumah.

Teeett.. Teeett.. Toeeett..

Terdengar tiga bunyi bel rumah yang di tekan satu kali oleh seseorang.

"Eh? Siapa ya?" Namja manis yang berumur 17 tahun itu berlari segera membuka pintu rumahnya.

"Permisi, kami adalah pembantu disini. Apakah kamu Jeon Jungkook?" Dua orang wanita berpakaian rapi dengan baju berkerah warna pink juga celana panjang dengan warna yang sama dengan baju yang dipakai mereka.

"Iya, saya Jungkook" Jungkook bingung melihat dua orang di depannya yang ia tidak kenal.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Ayo Seulgi kita masuk" Seorang perempuan disampingnya mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah, tanpa ada rasa sopan pada majikan di depannya.

"Hei, kenapa dia asal masuk saja?" Jungkook mendengus kesal, ia tidak mengenali salah satu dari dua orang itu dan anehnya mereka hanya mengenalkan diri setelah itu masuk dan meninggalkan Jungkook yang berdiri di depan pintu.

Terdengar suara agak keras yang cerewet dari suara seorang perempuan tadi.

"Woaahhh!!! Irene nuna lihatlah rumah ini besaarr sekali, aku tidak sabar segera tidur di kasur yang empuk dan segera mempostingnya di instagram ku. Pasti teman-temanku akan iri pada ku hahaha.." Perempuan bernama Seulgi itu langsung duduk di sofa empuk berwarma cream milik Jungkook.

"Haaahh.. capeknya pakai pakaian pembantu seperti ini, ayo kita ganti dulu Seulgi" Pembantu yang merupakan kakak Seulgi itu menelusuri seluruh kamar, mencari kamar yang luas untuk di tempati.

"Sebentar nuna bukanka.." Panggil majikan kecil yang harusnya dilayani dengan baik oleh kedua pembantu itu.

"Oh iya, tolong ya bawakan ini untukku dan ini juga" Pembantu bernama Irene itu memberikan tas koper pinknya ke Jungkook juga tas koper milik adiknya Seulgi.

"Tapi.."

"Ya ampun irene nunaa... lihat kamar yang ini bagus sekalii.." Seulgi terkejut setelah membuka pintu bertuliskan label nama 'Jeon Jungkook' dengan bahan yang terbuat dari emas asli.

"Tidakk! Jangan masuk ke sana nuna!" Jungkook melepaskan dua koper di tangannya dan berlari menghalangi kedua perempuan itu masuk.

Bruk..

"Kau.. menjatuhkan koperkuu?!!" Mata Irene melotot marah dan tampak kesal melihat koper kesayangannya jatuh begitu saja, padahal alas lantai tempat koper itu jatuh tidak kotor sama sekali.

__________TBC__________
Haloo.. jadi ini di bikin cerita short karena ceritanya pendek, mungkin cuma 20 chapter an atau di bawahnya.

Cinderkook {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang