bagian 3 percayalah

816 73 2
                                    

"kamu jangan berpikir yang nggak-nggak ya" kataku menyela perkataan Rendy

"Justru aku ga mau Nerima telepon ini karena lagi sama kamu" kelasku

Seraya menyentuh tangan kiri Rendy di atas meja, lantas ku genggam tangannya itu agar dia merasa tenang.

"Ohh jadi kalau ga ada aku, kamu mau Nerima telepon dari orang itu agar kamu bisa bebas bicara apa aja dengannya gitu? Aku ngerti sekarang. Kamu..."

"Jangan salah paham sayang" aku kembali memotong perkataan Rendy.

Sepertinya aku jadi serba salah karena Rendy ga ngerti maksud ku.

Ponsel ku berhenti berdering. Aku pun menghembuskan napas lega. Kiranya Iqbaal ga nelpon lagi dan Rendy ga melanjutkan kekesalan dan kecurigaan kepadaku.

Akan tetapi, ternyata aku salah. Rendy masih saja menampakan wajahnya yang kesal.

"Makanya kamu angkat telepon dari orang itu"ucap Rendy. Dia menghembuskan napas nya

"Percayalah padaku"kataku sambil mempererat genggaman tanganku

Aku terus memandanginya lekat-lekat

"Kalau kamu ga mau di curigai jangan membuat ku curiga"

Rendy menarik tangan kirinya, dan aku ga kuasa untuk tetap menggenggamnya.

Aku menghembuskan napas panjang. Rendy memang cemburuan.
Meskipun begitu aku tetap menyayanginya.

"Kamu jangan salah paham sayang"kataku

Harus berusaha terus memenangkan Rendy agar ga salah duga.

"Tuh,dia telepon lagi!"ucap Rendy jengkel sambil menunjuk ponselku yang kembali berdering

Aku ga memperdulikan ponsel itu.

"Kenapa, gamau di angkat saat sedang bersamaku?" Ucap Rendy

"Tapi.." ucapan ku terpotong

"Angkat" ucap Rendy singkat

Aku mengembuskan napas keras melalui mulut. Aku diam aja sambil ngeliat ponsel ku yang bergerak di atas meja karena bergetar. Sementara itu aku udah enggan ngeliat atau nyentuh lauk Pauk di meja makan. Shittt Iqbaal mulai mengganggu hubunganku dengan Rendy.

"Ayo, angkat" kata Rendy lagi dengan suara lebih keras

"Aku gamau" cetusku

"Kalau gamau biar aku aja yang angkat" ucap Rendy seraya meraih ponselku

Spontan tanganku bergerak cepat meraih ponsel kuitu, khawatir Rendy malah mengutarakan ketidaksenangannya terhadap orang yang menganggu kami. Kemudian, dengan terpaksa aku mengangkat panggilan telepon itu.

"Iya.. iya, aku angkat" ucapku panik lalu, menekan tombol hijau

"Haii (namakamu)" ucap Iqbaal tampak senang sekali

"Kamu lagi ngapain? Kok baru di angkat sih?" Tanyanya

"Gue lagi makan"jawabku ketus

Aku melihat Rendy yang wajahnya menunjukkan ketidaksukaan dan tampak terganggu. Sebenarnya aku begitu.

"Aku ga gangguin kamu kan?

Astaga Iqbaal! Apa yang dia tanyakan? Tentu aja dia menggangguku. Pertama, aku ga langsung Nerima panggilan teleponnya dan aku yakin seka dia sadar hal itu sebab dia bertanya kenapa aku baru angkat sekarang. Kedua, aku sedang makan harusnya dia paham kalau aku gamau di ganggu.
Dia pura-pura ga ngerti, ga mau peduli, atau mau kembali?

"(Nam..), kamu"

"Gue makan dulu ya baal" ucapku memotong perkataan Iqbaal sekaligus meminta pengertiannya.

Sementara itu, ku lihat Rendy melipat kedua lengannya di depan dada sambil memandang ku dengan tatapan kemarahan.

"Yaudah kalau gitu, nanti aku telepon lagi ya" ujar Iqbaal

Entah apa yang ingin dia bicarakan sampai-sampai ingin menelepon ku lagi. Padahal, nada bicara ku udah nunjukin kalau aku gamau di ganggu olehnya.

"Iya" sahutku cepat agar percakapan itu lekas tuntas

Aku pun meletakkan ponsel di atas meja.

"Sayang, ayo kita makan dulu" ajakku lalu tersenyum ke arah Rendy

Aku berusaha agar Rendy ga marah lagi sebab aku masih mendapati wajahnya yang kesal kepadaku meski sambungan telepon sudah ku tutup.

"Iqbaal bicara apa?" Tanya Rendy

Aku menelan ludah. Ah, rupanya Rendy memang harus di beri tau secara detail.

"Dia hanya nanya aku lagi ngapain" terangku lalu tersenyum

"Lalu?"

"Ya kamu dengar sendiri tadikan" ucapku

"Dia tau kan kalau kamu udah punya pacar?" Tanya Rendy dengan tatapan menyelidik

Mungkin dia mengira aku bermain di belakangnya atau iqbaal ga tau kalau aku udah bersama Rendy.

"Sayang waktu itu aku kan udah cerita. Bahkan, dunia tau kalau kita pacaran" terang ku lagi, di sudahi dengan senyuman

Rendy tersenyum mendengar ucapan ku. Akhirnya, aku berhasil membuat ekspresi Rendy lebih enak di Pandang.

"Tapi awas aja kalau kamu berani bermain di belakang ku" ancam Rendy dengan wajah serius

"Iya ga kok percaya padaku" sahutku

Aku akan terus berusaha menjadi kekasih yang baik untuknya. Aku gamau kehilangan cinta untuk kedua kalinya. Aku akan membatasi perasaanku terhadap Iqbaal dan meneguhkan cintaku kepada Rendy sampai mati.









Bersambung...

Kamu [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang