Penghujung tahun semakin dekat. Hanya sekitar dua minggu lagi sebelum kembang api menghiasi kota-kota di seluruh dunia. Orang-orang berlomba menyusun new year's resolution, berharap bisa menutup tahun dengan indah dan memulai tahun baru dengan hal yang jauh lebih baik.
Hera menuliskan New Year's Resolution di buku catatan yang memang selalu dibawanya ke mana pun.
1. Ketemu Mas Jombang (jangan mau kalah dari netizen-netizen lain yang sering nge-post foto bareng Rian Ardianto di Instagram)
2. Liburan ke Jepang (dia sudah menabung sejak awal tahun ini dan mudah-mudahan cukup untuk berangkat pertengahan tahun depan)
3. Berhenti mencoba beragam skin care Korea atau Barat (yang paling cocok di kulitnya skin care lokal yang banyak dijual di Alpa)
4. Belajar bawa motor (mumpung Fero menawarkan kursus bawa motor gratisan)
5. Menuntaskan perselisihannya dengan...
Hera mencoret-coret poin ke lima dengan kasar hingga merobek kertas tersebut. Hatinya sesak hingga yang dilakukannya sekarang adalah menggulung kertas yang robek itu menjadi bentuk bola dan memasukkannya ke dalam tempat sampah.
Ada apa dengan dirinya? Bukannya dia sendiri yang menginginkan perpisahan ini?
Dia yang tidak mau mendengarkan penjelasan Ganda. Dia yang merasa hidup Sarah akan jauh lebih sempurna jika kedua orang tuanya rujuk. Dia yang yakin seratus persen hanya butuh waktu dua minggu untuk melupakan saudara kembar bosnya.
Masih terekam dengan jelas wajah Ganda di luar pagar rumahnya, menggoyang-goyangkan engsel pagar agar Hera mau membuka pagar tersebut. Hera mengintip di balik jendela.
Pagi itu memang tidak ada orang di rumahnya. Kedua orang tuanya pergi ke rumah salah satu tante mereka. Hera menolak ikut dengan alasan kurang enak badan.
Hera memang kekanak-kanakan. Dia bersikeras untuk menutup telinga walaupun tentu saja dia tidak bisa melawan kedua indra penglihatannya untuk menatap Ganda yang saat itu terlihat sangat tampan dengan sweater hijau army.
Frustrasi karena pagar rumah itu tak kunjung dibuka, Ganda mengirimkan sebuah pesan ke ponsel Hera.
From : Om Ganda
Fine. Two times goodbye from two different women. I was not supposed to fall in love with u from the first place. Mungkin memang aku yg harus memperbaiki diri dulu. Abis aku kepedean sih. Kukira kamu memang yg terakhir. Benar kata orang-orang. Do not celebrate too early. Aku pamit ya. Tadi Sarah jg titip salam buat kamu. Dia nyariin Kaka Hera nya haha.Setelah Hera membaca pesan tersebut dengan berlinang air mata, hatinya seakan ditikam saat melihat Ganda yang sudah masuk kembali ke dalam mobil bosnya.
"Morning, apple of my eye," wajah Gerald sudah muncul di hadapannya sambil memamerkan senyum manis.
Hera membalas dengan senyum tipis, "morning, Mr. Gerald. Ada yang bisa dibantu?"
Gerald menggeleng lalu memberikan secangkir kopi untuknya. "Untuk cewek paling cantik di kantor ini."
Hera mendengus. "Pagi-pagi udah ngegombal. Balik ke ruangan deh, Mister. Ganggu konsentrasi saya aja."
"Jangan galak-galak. Kata nenek saya ntar jodohnya jauh."
"Bodo amat," jawab Hera malas.
Gerald tergelak. Dia memang suka sekali menggoda PA yang satu ini. Perubahan air mukanya terlalu menarik untuk dilewatkan.
"Gandi mana?" tanya Gerald kemudian.
"OTW. Tadi nganterin si kembar dulu. Pada telat bangun katanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Barrier
Short Story"Setiap kali Bapak merasa dunia nggak berpihak pada Bapak, ingat putri cantik Bapak. Dia butuh ayah yang tegar, bukan yang cengeng dan cuma bisa protes pada takdir. Dan, Bapak harus ingat satu hal. Hanya karena Bu Kenny tidak mencintai Bapak lagi da...