Hai, apa kabar? Aku tahu, sudah lama kita tidak bersua. Maaf tiba-tiba datang kembali. Aku hanya merindukanmu. Sedikit. Bagaimana kabar orangtuamu? Sudah cukup lama aku tidak mendengarnya. Mama dan papaku terkadang masih suka menanyakanmu. Mereka rindu, katanya. Tapi mereka mau mengerti tentang hubungan kita, walau terkadang masih suka melontarkan pertanyaan tentangmu, yang membuat hatiku mau tak mau jadi merindukanmu juga. Bagaimana kabar kakakmu? Entah kenapa aku juga rindu dengan mereka. Rindu diganggu saat sedang telponan, rindu ditanyakan kabar juga olehnya. Bagaimana kabar pamanmu? Apakah dia sudah membaik? Semoga sudah membaik. Aku jadi teringat saat kau menangis dipelukanku ketika mendengar kabar tentang pamanmu. Kabar yang sangat menohok hati itu.
Maaf tiba-tiba datang kembali. Aku bukan ingin meminta untuk bersama lagi atau menyesal karena pernah mengucapkan kata berpisah. Aku hanya rindu. Tak ada salahnya bukan jika aku sedikit merindukanmu? Bagaimanapun, kamulah yang dulu pernah mengisi hari-hariku. Kamu lah yang dulu mendukung dan menyemangatiku. Aku bukan menyesal, hanya saja sedikit sulit untuk melupakan seseorang yang dulu begitu berharga. Aku hanya belum terbiasa menjalani hari tanpamu. Semoga kamu mengerti dan tidak memendam benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuntai Kata
Teen FictionTentang aku yang memikirkanmu. Tentang kata yang tak terucap. Tentang teriak yang tak terdengar. Sejuntai kata tentang perasaan seorang manusia lemah, yang meronta agar pikirannya dibebaskan.