Part 3 Lili Putih

1.2K 190 33
                                    

Ngapain sih Yuki pake minta Rio ngabarin kamu segala. Aku menggerutu sendiri dalam hati. Aku masih terus berlari karena yakin Mas Vino pasti sudah menungguku di ruang tamu.

Pintu rumah tidak terkunci dan tak ada seorangpun di ruang tamu. Mungkin Mas Vino sudah tidur. Aku langsung masuk ke kamar dan mandi. Dari yang diceritakan Rio rumahnya berjarak sekitar 30 menit dari rumahku, jadi setelah mandi yang aku perkirakan sekitar 30 menit aku langsung mengecek ponsel.

Ada satu pesan dikirim 15 menit yang lalu, cepat sekali Rio sampai rumah.

Aku udah sampe. Uda tidur?

See Yuki, apa akibat perbuatanmu.

Aku tak tahu harus membalas apa. Aku ingin membalasnya, tapi aku tak akan memulai sesuatu yang ujungnya akan berakhir sia-sia. Tak ada yang salah dengan Rio. Dia pria yang baik, bahkan dia memaksa mengantarku pulang karena merasa harus meminta maaf atas perkataanya yang menyinggungku. Tapi kalau Rio adalah arsitek dan karyawanya Mas Ryan, nggak akan ada kisah akhir bahagia. Jadi akan lebih baik jika ceritaku dengan Rio tidak pernah dimulai. Lebih baik aku tidak membalasnya, toh dia akan mengira aku sudah tidur.

Rio juga keheranan melihat rumahku tadi, jadi kalau dia memang hanya seorang arsitek seharusnya dia tak punya keberanian mendekatiku lagi.

So sorry Rio

***

Aku terbangun karena Jessy yang tiba-tiba memelukku. Jessy is my first niece. She is a good actress. Dia pandai menari dan tampil di depan umum sama seperti mamanya_ Kak Marsha. Untungnya Jessy tidak menuruni kegalakan papanya_ Mas Vino. Kami berdua turun ke ruang makan disana sudah ada Mas Vino dan Kak Marsha.

Aku sudah bersiap menjawab segala pertanyaan interogasi dari Mas Vino, tapi ternyata tidak ada pertanyaan semacam itu. Kami membicarakan hal-hal menyenangkan dan aku bercerita mengenai persiapan ujian akhir spesialisku.

"Dua minggu lagi mas, temenin ya." Aku tak pernah bisa bersikap tidak manja di depan kakak-kakakku.

"Iya nanti ditemenin, kamu konsentrasi belajar yang bener. Jangan kebanyakan jalan sama cowok dulu."

Aku kaget mendengar jawaban Mas Vino. Apa Mas Vino melihat Rio? Tapi tak ada siapapun saat aku pulang semalam kan. Hah memang tak ada hal yang bisa aku sembunyikan dari mereka_ Mas Vino, Mas Ryan, Mas Rio berikut istrin-istrinya.

"Cuma temen kok mas, kebetulan keluarganya ada yang lagi dirawat. Terus dia nawarin pulang bareng, pesenya Mas Vino kan nggak boleh nyetir sendiri semalem." Aku merasa harus memberi penjelasan sebelum ditanya.

"Baguslah kalau gitu. Ngomong-ngomong mobil temenmu bagus yuk, kerja apa dia?"

Nah kan galaknya mulai muncul.

"Arsitek mas."

"Arsitek, siapa? Mas kenal mungkin."

Mas Vino adalah presiden direktur di perusahaan property peninggalan ayah sejak tiga tahun lalu, jadi jelas dia punya banyak kenalan arsitek.

"Namanya Rio, kayaknya si dia karyawanya Mas Ryan mas. Aku nggak ada apa-apa kok sama dia. Kenalnya juga belum lama. Mas Vino nggak usah khawatir deh, aku nggak bakal deket sama cowok yang nggak sesuai kriteria Mas Vino."

"Nah itu yang penting. Nggak usah kasih harapan sama pria yang nggak layak buat kamu."

"You are our princess Yuki, except a prince he will be rejected," Kak Marsha menambahi.

"Tante temenin Jessy berenang yuk," ajak Jessy sambil menarik tanganku.

"Oke"

***

Bigger HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang