"Three... Two.... One...."
"Kyaaaaaaaaaaa" Buket bunga terlempar diikuti teriakan para single yang mencoba mendapatkannya, tak disangka ternyata buket bunga itu mendarat di tanganku.
"Ciyeeee Yuki, cepet nyusul ya Yuk" seru Tasya si pengantin wanita dari atas pelaminan. Aku tersenyum sambil mengangkat buket bunga, Amin ucapku dalam hati.
Menghadiri resepsi pernikahan di usiaku yang sekarang kadang memang sedikit menyebalkan, tapi ritual lempar buket tetap selalu terasa manis dan istimewa. Untunglah Mas Rio juga diundang karena Rendi si mempelai prianya ternyata rekanan bisnis Mas Rio, jadi tidak terlalu banyak orang yang bertanya kok sendirian yuk? Pacarnya mana yuk? Kamu kapan yuk?
***
"Ayo ikutan Rio, kali aja lo bisa dapet jodoh beneran kan disini" ajak Rangga sambil menyeret lenganku.
"iya, iya" jawabku mengikutinya. Iya kali lu bisa ketemu jodoh cuma gara-gara bisa ngerebut bunga.
Bunga di lempar dan mendarat di tangan seorang gadis. Iyalah pasti perempuan yang dapat, mana ada cowok yang mau dorong-dorongan desek-desekan cuma buat ambil bunga, ya kecuali si Rangga tadi.
"Ciyeee Yuki, cepet nyusul ya Yuk" teriak Tasya, istri Rendi sahabatku dari atas pelaminan kepada si gadis peraih buket. Si gadis tersipu malu dan menghampiri pria yang kemudian merangkulnya. Iri rasanya melihat pasangan itu.
"Rio! heh nglihatin siapa sih lo?" Tanya rangga menyadarkanku sambil melihat kearah mana aku melihat. "Lo pengen dapet buket bunga apa cewek yang megang buket bunganya?"
"Apa sih konyol lu. Nggak asing aja gitu kaya kenal wajahnya, tapi nggak inget siapa" pikirku coba mengingat.
"Siapa? itu yag dapat buket, itu si Yuki" jawab Rangga.
"Loh lo kenal?"
"Dia yang bikin gua cuma jadi terbaik ke dua waktu kelulusan."
"Oh temen kuliah? Dokter juga berarti?"
"Iya, ayo gua kenalin" ajak Rangga
"Gila lo ada pacarnya tuh"
"Itu bukan pacarnya, itu kakaknya" jawab Rangga yakin sambil berlalu. Aku tak berani menyusulnya.
Benar saja Rangga terlihat sangat akrab dengan Yuki dan pria yang dia bilang adalah kakaknya. Mereka bertiga melihat ke arahku dan si kakak mengangkat gelas minumnya sambil tersenyum, aku balas mengangkat gelas sambil mengangguk.
Aku baru akan beranjak menghampiri mereka saat ternyata Rangga dan Yuki berjalan ke arahku, meninggalkan si kakak yang kemudian merangkul perempuan lain yang tengah menggendong anak kecil. Ah itu pasti istri dan anaknya, bener ternyata si Rangga.
"So Yuki, ini Rio."
"Yo ini Yuki yang bikin gua cuma bisa jadi terbaik kedua waktu lulus." Rangga memperkenalkan kami.
"Apaan sih Rangga" jawab Yuki sambil menjabat tanganku. "Yuki"
"Rio" jawabku "Lonya aja kali yang emang kalah pinter, SMA juga lo nomor dua terus abis gua."
"Idih ini kuli bangunan satu ya malah buka kartu, untung ganteng lo."
Kami bertiga kemudian ngobrol lama, Rangga dan Yuki sih lebih tepatnya. Aku hanya mendengarkan, gimana mau nimpalin mereka ngobrolin penyakit sama pasien mana aku ngerti kan.
"Iya nih aku ikut praktek dr. Aryo. Besok pagi pertama kali aku pimpin operasi cranium. Fraktur cranial sampai ke nasal ngga, beruntung banget korbanya masih hidup. Doain ya" cerita Yuki sambil menolehku benar-benar minta didoakan.
"You can do that" jawabku yang memang tak mengerti apa yang mereka obrolkan.
Tiba-tiba kakak Yuki istri dan anaknya menghampiri kami. "Yuk, Sal mulai ngantuk nih, kita pulang sekarang nggak apa-apa? Atau kamu pulang bareng Rangga sama..."
"Saya Rio" ucapku sambil menjabat tanganya.
"Saya juga Rio, Rio Dewanto. Jangan bilang kalau nama belakang kita juga sama ya"
"Saya Rio Haryanto" jawabku
"Aku ikut pulang aja mas" jawab Yuki.
Yuki dan keluarganya kemudian berpamitan pulang.
"Nggak nyangka ya cewek kaya Yuki mau ambil spesialis orthopedi. Kirain paling cm mau jadi dokter kecantikan" gumamku.
"Lah lo paham obrolan kita tadi ternyata yo?" jawab Rangga heran
"Sedikit" Aku hanya paham dengan kata fraktur yang diucapkan Yuki tadi, fraktur berarti patah, jadi pasti Yuki dokter orthopedi_ bedah tulang.
"Kalian tu mirip tau"
"Mirip apanya?"
"Mirip, sama-sama suka mempersulit hidup kalian sendiri. Uda tinggal enak nerusin perusahaan keluarga eh malah pilih jalan lain. Bapak lo punya TV, eh lo malah pilih jadi arsitek. Itu si Yuki punya bapak bos property malah susah-susah jadi dokter. Sama kan, jodoh kali kalian."
"Hahaha kebetulan aja kali ngga. Pulang yuk, uda kebanyakan makan nih gue." Jadi Yuki seberapa jauhkah kita mirip? Rasanya aku ingin mengenalmu lebih jauh.
***
Note:
Tulisan pertamaku yang terinspirasi dari artis, bahkan juga pertama kalinya aku jadi shiper. Bodoh amat lah Rio sama Yuki beneran pacaran apa gak? But they give me a lot of inspirations_ dan gak cuma ke aku aja si, ada banyak banget cerita Rio dan Yuki di wattpad.
Ada dua sudut pandang di tulisanku, sudut pandang Rio dan Yuki. Jadi jangan bingung ya. Thank you so much for read my story, I am waiting your vote, and comments. Insyaallah update seminggu sekali tiap Senin.. aminnnn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bigger Hands
ФанфикYou do not need a smaller crown You need a man with bigger hands Aku meyakininya sejak dia meninggalkanku. Aku tak akan pernah lagi menurunkan kapasitasku sebagai perempuan. He who will stay with me have to has more in everything than me. Karakter...