I Have Another Rio

1.1K 165 33
                                    

"Congratulation ya bro," ucapku menyelamati Rangga.

Rangga mengundang aku dan Rendi makan malam di rumahnya. Syukuran karena kelulusanya dalam ujian akhir sebagai dokter spesialis kejiwaan. Rangga, Rendi, dan aku satu sekolah sejak SD hingga SMA, baru ketika kuliah kami berpisah.

Terlahir dari pasangan orangtua yang sama-sama dokter, Rangga sejak kecil sering ditinggal orangtuanya praktek makanya dia suka ngajak teman-teman main ke rumahnya termasuk aku.

"Gua pamit duluan ya, kasihan istri nungguin di rumah," pamit Rendi.

"Gaya lo lah yang udah punya istri. Salam ya buat Tasya, makasih banyak Ren," balas Rangga sambil menyalaminya.

"Makanya cepetan nikah dong kalian, married life is great bro, lo nyium istri lo aja jadi pahala" ucap Rendi sambil melirik menyudutkanku.

Rangga sebentar lagi menikah, dia sudah melamar pacarnya. Aku, ya beginilah baru niat mau deketin satu perempuan, eh dianya dingin cuek bebek nggak peduli sama sekali. Rendi akhirnya pulang dan kini hanya tinggal Rangga dan aku.

"Tuh dengerin kata Rendi, lo nggak tertarik sama siapa gitu yo?" tanya Rangga.

Aku menggeleng.

"Jangan dingin-dingin amat lah jadi laki. Asal dia perempuan baik-baik sayang sama lo, sama keluarga lo udah cukup kali Rio," Rangga menasehatiku.

"Bukan gua yang dingin."

"Terus? Dianya?"

Aku mengangguk.

"Seriously? Cewek macam apa yang sanggup dingin sama lo Rio?"

"Nggak tahu udah punya calon suami kali dia, makanya bisa dingin cuek begitu."

"Siapa si cerita dong, kurang gercep kali cara lo deketin dia."

"Kurang gercep gimana. Gua uda anterin dia pulang, uda ngajak chat nggak dibales, uda ngirim bunga juga nggak ditanggepin. Ngucapin makasih buat bunga yang gue kirim aja juga nggak" ceritaku kesal.

"What? Who is she man? Gila sampai uda ngirim bunga tetep nggak luluh juga?"

"Yah antara dia nggak peduli atau bunganya nggak sampe juga bisa sih, kurir yang kirim soalnya."

"Dia siapa, gua kenal? Sini lihatin fotonya secantik apa si dia."

"Manis banget Ngga dia," ucapku sambil membayangkan senyum Yuki.

Ponsel Rangga berbunyi, aku kaget melihat foto Yuki muncul di layar ponsel Rangga yang berkedip. Baru dibayangin udah muncul aja_ yah walaupun cuma fotonya. Jantungku berdebar seakan Yuki benar-benar akan berada disini.

"Hallo Yuk." Rangga mengangkat telfon. Mereka kemudian mengobrol panjang. Yuki menyelamati Rangga atas kelulusanya.

"Yuki ujian juga tadi?" tanyaku setelah Rangga menutup telfonya.

"Lo pikir ujian dokter spesialis macem ujian cpns, serentak satu Indonesia?"

"Ya mana gua tahu kan."

"Yuki uda lama ujian, dia uda resmi jadi dokter ortopedi sejak dua bulan lalu."

Dua bulan? Berarti harusnya waktu aku kirim bunga dulu itu bener dong pas Yuki ujian. Hah udah lama banget ternyata aku dicuekin sama Yuki, damn!

"Heh siapa tadi? Buruan gih cerita." Rangga kembali kepo dengan gadis sedingin es batu yang menjatuhkan hatiku.

"Ya itu yang nelfon lo tadi," jawabku menyerah sekaligus berharap pertolongan dari Rangga.

Bigger HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang