Chapter Thirteen

888 41 7
                                    

Kagami: authorsan, dengaren update cepet (๑•ั็ω•็ั๑)

Me: shut up bakagami!

-------------------------------------------------------------

Aomine's POV

Kami di lemparkan pada ruangan kosong. Midorima membentur tembok, ia meringis kesakitan. Melihatnya saja sudah membuat otakku panas.

"Lepaskan Midorima, you bastard!" bentakku, berharap mereka melepaskan Midorima. "Ia tidak ada hubungannya dengan ini semua!"

"Memang tidak, anakku sayang," Minato mendekat, mengusap kepalaku dengan kasar. "Aku akan menghasilkan uang dari kalian berdua, slave. Yasudah, aku tidak ingin menghabiskan waktu dengan budak semacam kalian. Aku akan mecari pembeli, Jaa~"

Belum sempat aku memprotes, pria brengsek itu menutup pintunya. Aku menghela nafas. Kini aku merasa bersalah, melibatkan Midorima dalam kegilaan orangtuaku.

"Sumimasen." lirihku, membuat pria berambut lumut itu menoleh dengan tatapan terkejut.

"It's okay, nanodayo. Ini bukan salahmu." ia menyunggingkan senyuman. Entah, itu senyuman palsu atau memang senyuman dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Kise, maafkan aku. Aku tidak bisa menyelamatkanmu.

Tapi.. Setidaknya berusaha.

Aku mencoba melepaskan tali yang mengikat kedua tanganku menjadi satu, dan tali yang mengikat kedua ibu jariku mempersulit. Kakiku bergerak-gerak, berharap tali itu lepas dengan sendirinya.

"Hentikan, Aomine." Midorima berucap. "Itu tidak akan berhasil."

Aku menghiraukannya. Aku tidak ingin mendengar bahwa semua ini tidak akan berhasil. Aku harus kabur, aku tidak lemah.

Baru saja aku ingat, jika kuku ibu jariku memang sengaja tidak kupotong. Kubiarkan kuku itu tumbuh memanjang, supaya aku bisa membuka kaleng-kalengan di rumah.

"Sedikit lagi.." gumamku. Kuku ibu jariku berkutat, menusuk tali pengikat kedua ibu jariku, seolah sedang menggergajinya.

"Aomine." panggil pemuda bermata empat itu.

"Urusai, Midorima!"

"Kau tidak akan bi―"

"ARGH!"

Cairan hangat mengalir, membasahi sekujur tanganku. Tali pengikat ibu jariku sudah terlepas dan tanpa sengaja kuku mautku menggores punggung telapak tanganku.

"Aomine!" lumut itu membelalak.

***

Midorima's POV

Stubborn! Sudah berapa kali aku berkata, semua itu tidak akan pernah berhasil-nodayo?! Dan lihat, ia justru menyakiti dirinya sendiri. Sungguh bodoh. Aomine akan selamanya menjadi bodoh. Tidak salah jika nilai-nilainya selalu dibawah rata-rata, hanya beberapa saja nilai tingginya. Dan nilai bagusnya adalah hasil pinjaman roll-pencilku padanya.

Bisa kulihat dari kejauhan, kini jari telunjuk dan ibu jarinya bermain dibelakang sana.

Ia berkomat-kamit, menyemangati dirinya sendiri.

***

Normal POV

Pemuda berambut hijau itu terus mengutuki temannya sendiri didalam hati, sementara pemilik rambut navy itu berusaha melepaskan ikatan pada tangannya.

Peredam suara di sekitar ruangan membuat Midorima tidak bisa berbuat apa-apa. Kini tangannya ikut bermain di belakang, setelah melihat temannya berhasil melepas pengikat kedua ibu jarinya.

I LIVE BY MYSELF [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang