SORRY FOR THE LATE FUCKING UPDATE T___T I'M TOO BUSY WITH STUFFS. HERE GOEES, ENJOY MUAH :*
Kise's POV
Sebenarnya aku masih belum sembuh total. Aku berbohong pada Aominecchi. Memarku sebenarnya masih sakit, tapi aku berusaha menyembunyikan semua ini. Aku mengenal Aominecchi cukup lama, kita tinggal bersama dalam satu rumah. Satu hal, Aominecchi pendendam yang langsung mengayunkan tinjunya tanpa berpikir. Dan aku tidak mau ia terjerat dalam perkelahian yang membuatnya tidak bisa bergabung dalam tim basket Teiko lagi.
Kuraup wajahku dengan air dingin pada cermin di kamar mandiku. Aku demam, selain itu wajahku pucat. Setiap kali Aominecchi mendekat, aku berusaha untuk menjauhinya. Aku tidak ingin membuatnya mencemaskan aku yang menyedihkan ini.
Kugosok wajahku keras-keras dengan handuk kering demi memerahkan wajahku, agar wajahku tidak terlalu pucat. Namun, tidak ada hasil.
Merasa handuk kering tidak berhasil pada wajah pucatku, aku mulai membuka tutup obat salep dan mengolesnya asal-asalan.
"Kise." panggilnya dengan malas, suaranya berat seperti biasanya. Suara yang kukagumi selama ini. "Sudah berapa lama kau didalam kamar mandi, haa."
Sedaritadi aku berdiam diri di depan cermin kamar mandi, berusaha membuat tampilanku tampak baik-baik saja. Tapi, bodoh sekali. Baka! Aku terlalu bodoh!
Dengan mudah Aominecchi membuka pintu kamar mandi, memperhatikanku dengan wajah shocknya. Aku berusaha menutupi salep dan peralatan lain yang kugunakan selama di kamar mandi dengan kedua tangan besarku.
Aku lupa mengunci pintu kamar mandinya.
***
Aomine's POV
Tidak perlu bertanya lagi, yang kutahu ia sekarang menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya.
"Ah, Aominecchi.. Tidak baik membuka pintu kamar mandi sembarangan ketika ada orang lain didalamnya." Kise berkomat-kamit pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.
Aku tidak merespon perkataannya. Lagipula, ia tidak mengunci pintu kamar mandinya.
"Oh, Aominecchi, bisa tunggu sebentar? Aku belum selesai mandi-ssu." ujarnya, melontarkan senyuman dibalik wajah pucatnya.
Tanpa menjawab permintaan bodohnya, aku berjalan mendekat, mendapati dirinya semakin menyembunyikan benda itu dengan wajah ketakutan.
"Kise, perlihatkan." titahku singkat. Pemuda berambut pirang itu awalnya sedikit ragu dan memilih untuk mengabaikan perintahku, namun pada ahkirnya ia menurut dan memperlihatkan benda yang ia sembunyikan.
Sebuah handuk yang masih kering, salep anti-memar yang terbuka tutupnya, lipstick dan obat demam.
Oh, ya, mungkin lipstick, handuk dan salep anti-memar masih bisa kubilang normal. Handuk mungkin untuk mandi, salep untuk bekas memarnya, lipstick? Lipstick entahlah, mungkin dia ingin kembali pada pekerjaannya sebagai model dan yang paling tidak kupercaya adalah obat demam.
"Kise? Untuk apa segala peralatan ini? Kukira kau akan mandi dengan sabun."
"Ahahaha, Aominecchi, aku tidak sengaja menemukan obat demam ini di rak kamar mandi. Dan ya, lipstick.. Aku juga menemu―"
"Kise, kaubilang memarmu sudah tidak apa-apa, tapi coba lihat. Mereka masih biru kehitaman."
"A-Aominecchi.."
Aku sengaja memotong pembicaraannya. Aku tidak ingin mendengar alasan bodohnya untuk menutupi kesakitannya. Kenapa, sih, bocah ini tidak mau bercerita denganku?! Ia tidak tahu jika aku adalah seorang gentleman.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LIVE BY MYSELF [Aomine Daiki]
FanficWARNING 15+! Genre YAOI, Man x Man. This story contains too many kata-kata kasar dan lumayan vulgar yang seharusnya ga dibaca sama anak-anak dibawah umur apalagi ditirukan nyahaha :3 Bijaklah dalam membaca. Dont like dont read. Kuroko no Basuke © Fu...