Chapter Fourteen

973 41 1
                                    

a/n: a little bit AkaKuro dan MidoTaka :3 gomen gomen jika di chapter ini lebih dominan menceritakan AkaKuro :(

-------------------------------------------------------------

Pemuda berambut navy itu tidak menghiraukan Midorima lagi yang tengah mengutuki dirinya karena ia memperkencang tali pengikat tangan Midorima.

"Oha Asa bilang, Cancer hari ini beruntung nanodayo. Aku masih punya masa depan." suara Midorima bergeming, membuat Aomine sedikit terganggu. Ia masih fokus, mencari jalan keluar selain dari pintu keramat itu. Tapi mustahil baginya, karena hanya ada satu ventilasi disana, yang lebih tinggi satu meter dari Aomine.

Ia melompat dalam kemustahilan untuk meraih gagang ventilasi itu. Ia terus melompat, memanjat, merasa menjadi spiderman yang gagal. Sesekali ia meringis kesakitan karena terjatuh, terpental dari tembok.

"Kise! Kise!" ia memanggil nama orang yang ia sayangi. "Kau bastard Aomine."

Berulangkali Midorima menghardik Aomine agar menurunkan suaranya.

"Shin-chan." pemuda berkulit gelap itu memandangi Midorima dengan tatapan innocent, karena ia merasa terganggu dengan suara Midorima.

"APA?!" jeritnya.

"Shin-chan, ya. Hmm. Bisa kau cerita, siapa itu Takao?" ia melanjutkan sesi melompat-lompatnya.

"Oh, dia teman baikku. Teman semasa kecil, memangnya kenapa?" ujar Midorima dengan aksen tsundere.

"Kenapa dia memanggilmu Shin-chan?"

"Entahlah, katanya Shintarou-chan terlalu panjang. Dan yang bisa memanggilku Shin-chan hanyalah Takao. Begitulah, Takao sering marah jika ada yang memanggilku Shin-chan selain dia dan okasan, atau nenek." pria berkamata itu mulai mendongeng. "Dia memang bawel, tapi baik sekali. Bukan karena aku menyukainya-nanodayo! Kami bahkan berencana untuk pergi ke sekolah yang sama nantinya."

"Tsun-tsun." respon Aomine singkat, dan ahkirnya setelah ribuan lompatan, ia berhasil meraih gagang ventilasi.

"Aomine?"

Pria itu fokus, mengangkat tubuhnya keatas, berusaha memecah kaca jendelanya dengan salah satu tangannya yang bebas.

"Ayolah." ketika tenaganya mulai habis, dengan sangat terpaksa ia melepas gagang ventilasi itu dengan geraman kekecewaan.

Merasa tenaganya sudah terkuras, Aomine menyandarkan tubuhnya pada tembok. Membayangkan apa yang terjadi pada Kise.

Ia mulai menyerapi perkataan Midorima. Seberapa dekat Midorima dengan Takao sampai mereka berencana untuk pergi ke sekolah yang sama.

"Bagaimana dengan Kise?" tanya Midorima setelah merasa awkward.

"Kise?"

Time Skip - different location and time.

Emperor itu merasa bangga akan para butler-butler, polisi, detektif, dan mata-mata pribadinya yang bekerja dengan baik.

Berulangkali ia mengucapkan 'good boy' kepada pelayan-pelayannya. Memang sepertinya terdengar seperti pujian untuk seekor anjng, tapi pelayan-pelayan itu merasa senang mendapat pujian dari tuan mudanya.

Pemuda berambut sewarna darah itu telah menuju lokasi dimana kedua temannya diculik. Dengan kecepatan tinggi, bersama kedua temannya yang lain, si wajah datar dan si titan ungu.

Mereka sampai pada gerbang neraka, gerbang bangunan lusuh, yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga. Dulunya, tempat ini adalah theater yang terkena percikan api dan terbakar, menjadi bangunan tua yang tak berguna.

I LIVE BY MYSELF [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang