Chapter Four.

1.3K 55 4
                                    

"Hahh―"

Oh, tidak. Aku melakukannya.

***

Side Story

"Aku harus nembuat Aomine menjadi milikku, right?" ucap Aika. Jantungnya berdegup tak tentu. "Bagaimana kita memulainya, Ishida?"

Pemuda bernama Ishida itu tengah berpikir, memikirkan hal licik yang akan ia lakukan.

Semua ini hanyalah sandiwara. Aika sudah tahu, jika ia diduakan, bahkan ditigakan oleh Aomine. Ia berselingkuh dengan Ishida dengan maksud membuat Aomine cemburu tapi gagal total.

"Bagaimana jika kita mengajaknya ke suatu tempat dan ki―"

"Tidak semudah itu, Amano. Aomine terlalu stubborn dan tingkat ke tsundereannya tidak kalah dengan Midorima." tegur Ishida.

"Lalu apa?! Sebutkan ide gilamu, Ishida! Aku tidak mau tahu! Aku membayarmu untuk semua ini, ingat? Jadi pastikan hasilnya memuaskan." bentak Aika tampak stress.

Sekali lagi Ishida memijat keningnya.

"Trik ini mungkin tidak akan berhasil. Tapi setidaknya membuat Aomine luluh sedikit," Ishida tertawa licik. "Berpura-puralah kau sedang ku culik, dan Amano menelfon Aomine untuk menolongmu. Simple, bukan? Itu baru langkah pertama."

Mereka sudah berada di lapangan disaat malam hari. Setelah mencari lokasi yang pas, mungkin pasar kembang api adalah ide yang bagus.

"Oke, Amano kau telfon Aomine, kalau dia berangkat kesini, baru aku akan berangkat pergi membawa Aika."

"Ha'i. Berikan aku nomor Aomine,"

Setelah bertukar nomor hp, Amano segera menelfon Aomine, tepat pada saat itu pukul 10 malam.

Tuuuut. Suara nada sambung. Wajah mereka diliputi cemas.

"Kenapa?" tanya Aika agak kasar.

"Ia merejectnya, akan kutelfon ulang."

Aomine mereject panggilan itu.

"Aomine tidak akan mengangkat nomor yang tidak ia ketahui pada jam malam seperti ini." tukas Aika. "Cobalah sekali lagi."

"Apa-apaan sih? Kau tidak tahu ini jam berapa?" bentak Aomine kasar.

"Aomine, kau belum tidur?" tanya Amano gugup.

"Hei, jangan gugup, bersikaplah seolah kau sedang cemas Amano! Kenapa malah menanyakan sudah tidur atau belum yaampun!" bisik Ishida gemas.

Amano cengar-cengir, memberi isyarat meminta maaf.

"Kenapa?"

"Aku butuh bantuanmu dengarkan aku dulu!"

"Ha?"

"Ishida! Ia akan memperkosa Aika!"

Ishida mengacungkan jempol, salut atas akting Amano yang hebat. Amano tersenyum. Sementara Aika tampak cemas.

"Bagaimana kau tahu jika dia akan memperkosanya?"

"Aika diculik! Tadi aku berjalan dengannya dan Ishida menodongkan pistol ke arahku dan membopong Aika bersama temannya!"

"Bukan urusanku."

"Brengsek.." lirih Aika sambil mengepalkan tangannya.

"Kumohon! Kau tidak ingin melihat temanmu, maksudku mantanmu ini diperkosa dan hamil?!"

Aika menggeleng melihat Amano gugup.

"Sudah kubilang, kau bisa menelfon teman-temanmu yang lain, aku sibuk."

I LIVE BY MYSELF [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang