Chapter Sixteen

828 38 0
                                    

WARNING! Mengandung unsur berdarah-darah yang menyeramkan :> bagi phobia darah, silahkan mengundurkan diri.

-

Ia memanggil namaku. Bukan dirinya. Didalam tubuhku, ada yang memanggil. Namun rasanya seperti Kise. Siapa lagi yang akan menyelipkan 'cchi' pada orang yang ia hormati selain Kise? Aku yakin, yang memanggilku adalah Kise.

------------------------------------------------------------------------

BRAK!

Sekarang, entah apa yang terjadi dan darimana kekuatan yang kudapat untuk melawan orang ini, pengikut Hanako. Apa yang membuatku bangkit? Yang kutahu, pastinya yang memanggil namaku tadi.

"Apa?!"

Gadis itu membelalak.

Dalam sedetik aku sudah menghabisi dua orang itu, yang kini mereka tergeletak di lantai, tak bertenaga. Pathetic. Menyedihkan. Melihat kedua pengikutnya sudah tak berguna, Haizaki ambil alih. Great, singkirkan tubuhmu yang hina itu dari Kise dan tataplah aku.

"Kedua anjingmu sangat tidak berguna!" gertakku dengan kasar. Rasanya bukan seperti diriku. Memang aku terlahir dalam kehidupan yang keras, yang pastinya akan membentuk kepribadianku menjadi 'kasar'. Tapi tidak untuk kali ini.

"Hei, hei, Aomine Daiki. Kau boleh memenangkan permainan bodoh itu, tapi tidak untuk yang ini!"

Tanpa kuduga, ia bermain dengan pisau. Ia mengeluarkannya dari saku jaket hitamnya.

"Wanna play?" tanyanya, mengeluarkan seringai sekejam setan. Aku yang bertangan kosong, tanpa senjata, rasanya memang unfair. Aku menghindari serangan Haizaki, serangan brutal dan liar. Bahkan melebihi kedua pengikutnya.

Punggungku merasakan sengatan tajam yang membuatku mengerang kesakitan. Oh, ya, aku hampir lupa ada gadis itu disana, bermain dengan batangan kayu yang entah darimana asalnya.

Karena mendapat pukulan dari Hanako, aku menjadi tidak seimbang. Dan dengan mudah Haizaki mengayunkan pisaunya, menyayat-nyayat tubuhku dengan kasar.

"Selamat bertemu di neraka." Haizaki mengangkat pisaunya dan mendorongnya, menuju pada dadaku.

SPLURT!

Darah bermuncratan, menghiasi tembok itu membentuk noda yang mengerikan. Pisau itu tepat di depan dadaku, berjarak satu sentimeter. Aku menahan pisau itu dengan kedua tanganku yang menyebabkan darah mengalir deras.

"AOMINECCHI!" pemuda berambut pirang itu menjerit, meronta-ronta.

Ia melihat setiap tetesan darah yang membasahi kedua tanganku. Kini wajahnya dipenuhi air mata, pupil matanya mengobarkan amarah.

Kuambil alih pisau itu secara paksa dari Haizaki dan kutebaskan pada wajahnya, yang kini wajahnya sobek. Mengeluarkan darah segar dari pipi, menembus bibirnya.

NORMAL POV

Pemuda berambut pirang itu marah besar. Pupilnya mengobarkan amarah, ketika melihat pemuda berkulit gelap itu menahan pisau, yang mengakibatkan tangan pemuda itu berdarah banyak.

Aomine menebaskan pisaunya pada wajah Haizaki yang menimbulkan bekas tebasan, menembus pipi dan bibirnya. Pria itu menjerit kesakitan. Jeritan dan lolongan panjang yang memekakan telinga.

Hanako yang melihatnya terkesiap. Tubuhnya gemetar melihat adik tirinya kini jatuh tersungkur, memegangi wajahnya dengan penuh kesakitan.

Kini Aomine mengangkat pisaunya tinggi-tinggi, bersiap untuk menusuk Haizaki lebih dalam lagi.

I LIVE BY MYSELF [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang