Chapter Ten

942 41 6
                                    

Kise, pemuda berambut pirang dan beekulit seputih susu itu mulai bercerita atas perintah Akashi, emperor kaya raya, anak bangsawan yang memiliki mata heterokrom. Meskipun Kise tidak ingin semua orang mengetahui apa yang terjadi dan keadaannya, ia terpaksa.

Mereka berbincang-bincang di atap Teiko, tempat dimana Aomine sering membolos.

"Hmm, Haizaki?"

"Nnn." Kise menundukan kepalanya, memandangi sepatunya. "Ia melakukan itu, yah, katanya ia tidak suka jika aku merebut posisinya."

Pria keturunan bangsawan itu memijat keningnya, beralih menatap blonde itu dengan tatapan datar.

"Maaf, Ryouta. Membuat keadaanmu menjadi buruk, bahkan kau tidak bisa mengikuti sesi pemotretan dan bahkan wajahmu penuh dengan jera―"

"Ahahaha~ Tidak masalah Akashicchi, dan tentang jerawat memang belakangan ini aku tidak merawat wajahku. Saat itu Aominecchi menjauhiku dan aku berhenti merawat wajahku."

Blonde itu meraba wajahnya yang memang kotor, berminyak, penuh jerawat yang bermunculan. Ia menghela nafas, sedikit kecewa dengan perubahan wajahnya.

"Ryouta, kenapa kau menyembunyikan hal sepele macam itu?" tanya emperor itu, ia berdiri membelakangi Kise. Berjalan, mendekat ke arah tangga.

Kise tampak berpikir. Ia merubah posisi duduknya menjadi lebih nyaman. "Karena, jika Haizaki tahu kalau aku menyebarkan perbuatannya, ia akan melukai anggota Kiseki no Sedai yang lainnya."

Pemuda pemilik mata heterokrom itu tertawa lebar, namun rasanya tawa itu adalah tawa paksaan, setengah meledek. Ia mengelus rambutnya sendiri, mulai menuruni tangga atap.

"Kau pikir Kiseki no Sedai selemah itukah, Ryouta?"

"Eh?"

Blonde itu hanya terdiam, seraya memandangi kapten basket Teiko yang menuruni atap.

Kiseki no Sedai tidak lemah. gumamnya, hanya dirinya yang mendengar.

Tidak ingin memakan banyak waktu diatas atap, Kise ikut menuruni tangga meninggalkan atap itu. Atap itu tidak sendirian.

Atap itu tidak sendirian.

***

Hari ini mungkin hari besar Aomine. Ia bebas dari kurungan dan kekangan 'tuan muda' Akashi, yang berusaha memisahkannya dengan Kise.

Ia mengembalikan baju pinjaman Akashi, dan kembali mengenakan seragam sekolah Teiko yang terahkir ia pakai seminggu yang lalu.

Bayangannya sudah terpenuhi wajah Kise. Ia bertanya-tanya mengenai keadaan Kise, dan perubahan yang terjadi pada Kise.

Ia berpamitan pada senseinya yang ternyata fujoshi akut, pecinta yaoi. Ia berterimakasih pada sensei nya yang sudah menuntunnya walau hanya seminggu. Tak lupa ia berpamitan pada pelayan-pelayan kiriman Akashi, yang merawatnya, mengiriminya makan pagi-siang-malam itu.

"Arigatougozaimasu." Aomine menunduk, memberi hormat pada supir limonya, diikuti Akashi dibelakangnya. Mereka berada didepan gedung sekolah Teiko.

"Dengaren kau sopan." protes pemuda berambut merah darah itu dengan wajah datarnya, mirip seperti wajah Kuroko.

"Iya, 'tuan muda'." jawabnya dengan nada menyindir. Akashi hanya mencibir mendengarnya.

"Eh, tunggu!"

Dari kejauhan, ganguro berkulit gelap dan eksotis ini melihat orang yang selama ini ia rindukan.

Slow motion.

Ia berlari sekencang-kencangnya, menuju ke pemilik rambut pirang itu.

"Kise! Kise!!" jeritnya senang.

I LIVE BY MYSELF [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang