Chapter Nine

1K 43 2
                                    

a/n: kyaaaaa readers readers tercintah maaf baru apdet lama banget ini *ditimpuk sandal* abisnya gitu lah, libur lebaran prnya segunung -_- enjoooy~~

Normal POV

"Ryouta, katakan." emperor berambut merah darah itu memaksanya. Pemuda berambut pirang itu justru membuang muka, menyimpan wajahnya yang memerah karena ketakutan. Ia sungguh tidak ingin terjadi apa-apa pada mereka, biar saja ia yang merasakannya sendiri.

Setelah dilanda keheningan yang cukup awkward Kise ahkirnya angkat bicara. "Akashicchi, yang lain sudah menunggu di gym."

"Kau menyukai Daiki, kan?" tanya Akashi, ia menjauh dari keberadaan blonde yang terbaring lemah pada kasur di ruang kesehatan Teiko. "Bagaimana jika kita melakukan perjanjian, Ryouta? Jika kau tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, maka aku akan melarang Daiki pergi kesini."

"Akashicchi!" blonde itu berteriak.

"Ng?" mendengar teriakan itu, emperor itu bisa menebak jika blonde itu akan menangis. Jadi, ia memposisikan wajahnya menatap ke luar jendela.

"Kumohon, jangan paksa aku untuk bercerita tentang yang sesungguhnya." ia menangis. "Ya, aku cinta Daiki tapi tolong jangan paksa aku-ssu!"

Tanpa mendengar protes pemuda berambut pirang itu, Akashi pergi meninggalkannya.

Kamarnya menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin menerpa dedaunan di pohon. Suara keributan di kelas-kelas sebelahnya.

Kise menyandarkan kepalanya di atas bantal, kembali memikirkan apa yang Aomine gumamkan tadi sebelum pergi.

"Kise, i love you."

Ia terkekeh seperti orang gila, mengusap dahinya kasar saking pusingnya menghadapi kejadian yang telah menimpanya. Tubuhnya masih sakit, penuh memar. Ia tidak dapat bergerak banyak. Pikirannya juga sakit.

"Aominecchi, kau membuatku gila."

Dalam beberapa menit saja Kise tertidur, mengistirahatkan pikirannya yang sedang kacau. Dan ia terbangun tiga jam kemudian.

Sepi.

Tidak ada siapapun di sampingnya.

Bahkan Aomine tidak datang untuk mengunjunginya.

Pemuda berkulit seputih susu itu hanya termenung. Ia memandangi sekeliling kamarnya yang tampak suram.

"Mungkin semua murid sudah pulang. Tapi kenapa tidak ada yang mengantarkanku pulang?" gumamnya.

Suara pintu ruang kesehatan dibuka. Blonde itu mendapati pria berambut sewarna lumut mendekatinya.

"Kau sudah sembuh, nanodayo?" tanyanya.

"Oh, Midorimacchi.. Ya, aku merasa lebih baik."

"Aku akan menggantikan Aomine, mengantarmu pulang, nanodayo."

"Eh? Ada apa dengan Aominecchi?"

"Karena Aka―" pria itu berhenti sejenak. "Sudahlah, kita pulang sekarang."

Kise hanya bengong mendengar perkataan Midorima yang tidak jelas itu. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang Aomine lebih detail lagi.

Midorima membantunya turun dari ranjang, lalu memberinya sedikit bantuan saat berdiri.

"Apa perlu aku menggendongmu, nanodayo?"

"Ahahahaha, aku bisa jalan sendiri, kok, Midorimacchi~" jawab Kise sambil menepuk-nepuk punggung Midorima pelan.

I LIVE BY MYSELF [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang