Chapter 10

10.4K 871 99
                                    

Typo bertebaran.

Mksh buat yg udh comment. Mf gk bisa bls stu2 😍😘😄😃😊

Sbgai perminy mf,  part ini lebih panjang 😊

"Aduhhh kok Kula nggak sadar-sadar." Naruto bergerak gelisah di sebelah ranjang UKS yang di tempati Sakura. Lima belas menit berlalu namun yang di tunggu-tunggu tidak kunjung sadar.

Disebelah Naruto, Kiba menelan ludah susah payah. "Apa kita kabur saja ya?" Menoleh pada  pintu UKS yang tertutup rapat. Takut-takut wajah sangar Sasori dan Karin muncul dari sana. "Sasori senpai marah seperti apa iya?" Kembali menatap Sakura. Tempat nyawa mereka bergantung.

Perkataan  Kiba semakin membuat tubuh Naruto bergetar. Wajah menyeramkan Karin bermain di otaknya "Yang jelas tidak semenyeramkan Karin senpai."

Refleks keduanya mengusap tengkuk. Entah kenapa aura UKS  membuat mereka merinding. Baru hari ini mereka mengharapkan tidak ada jam istirahat.

"Minggu depan habis kita di tangan  Kabuto Sensei."

Gumaman Kiba semakin membuat Naruto kesulitan menelan ludah. "Kau yang mengajak bolos." Naruto mulai meratapi nasibnya minggu depan di tangan guru killer  setelah Orochimaru.

"Ini demi nyawa kita." Kiba membela diri. "Kalau kita yang pertama tau Kula siuman, kita bisa minta tolong supaya Sasori senpai dan Karin senpai tidak mengamuk. Kula kan sangat polos. Kita manfaat kan sedikit."  Sebenarnya Kiba juga tidak ingin memanfaatkan Sakura tetapi tidak ada cara lain. Hanya Sakura harapan mereka.

Diam-diam Naruto menyetujui  rencana Kiba.  "Ada hikmahnya juga Kabuto sensei di jam kedua."

"Apa?" Kiba menoleh tidak mengerti.

"Setidaknya ruangan ini jadi sepi. Mereka tidak berani bolos." Naruto meringis tidak bisa tertawa.  Masih terekam jelas wajah  Ino dan Tenten saat mengomeli mereka. Beruntung Neji memberitahu kalau jam olahraga sudah selesai. Mungkin telinga mereka sudah tuli mendadak gara-gara suara cempreng Ino.

Dalam hati  Kiba membenarkan. Berdo'a semoga Sakura sadar sebelum jam istirahat pertama. Bahkan mereka rela membolos demi ini. Masa Kami-Sama tidak terharu dengan pengorbanan mereka.

"Aduhhh kemana sih yang piket. Kasih apa gitu agar Kula bangun." Terlalu  khawatir membuat  kesabaran  Naruto  semakin menipis.

"Kan tadi dia bilang mau ke toilet." Kiba menjawab kesal. Menoel-noel lengan Sakura berharap penolongnya membuka mata.

"Sebentar lagi jam istirahat." Naruto melirik jam dinding. "Perasaanku kok nggak enak ya."  Kakinya bergerak  gelisah.

"Tidak enak  karena kita mau disuguhkan  wajah mengerikan Karin senpai." Kiba menyerah menoel-noel lengan Sakura. Tidak ada kemajuan. Memilih menyandarkan tubuhnya di dinding UKS.

Naruto merasa keringat di tubuhnya semakin banyak. Bahkan mereka masih menggunakan seragam olahraga. "Bukan mereka tapi yang  lebih berbahaya." Meralat jawaban Kiba. Bayangan sosok gelap dengan aura mencekam berputar-putar di kepala Naruto.

Sempat sempatnya sahabat kuning nya ini menambah  ketegangan mereka dengan pikiran  anehnya. "Sejak kapan kau jadi peramal. " Disela rasa gelisah Kiba menyahut asal.

Tidak terima firasatnya diremehkan,  Naruto berkata yakin. "Lihat saja nanti. "

"Do'amu buruk sekali." Delikan Kiba menyorot Naruto.

Baru-baru  Naruto meralat. "Semoga tidak benar." Mengusap keringat di dahinya. "Kula bangun dong." Menatap Sakura penuh harap.  Kiba mengamini dalam hati.

Sakula Blush On (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang