Aku melihat sekelilingku. Mulai melirik ke kanan, kemudian kulirik lagi ke kiri dan seterusnya sampai bola mataku hampir keseleo.
Apakah aku bermimpi?
Tidak kok. Malahan saat aku mencubit lenganku itu terasa nyata.
Aku berpikir sejenak dan....
SEKOLAH MACAM APA INI???
Sumpah aku baru sadar di hari ketigaku di sekolah baruku. Aku kira sekolah ini biasa aja, tapi ternyata tidak sama sekali.....
Banyak siswa-siswi yang mengecat rambut, roknya di atas lutut, cowok-cowok ada yang gondrong, dan sekolah ini seakan menjadi tempat fashion show, bukan tempat belajar.
Jangankan murid, guru saja sudah bergaya-gayaan. Aku tidak sengaja melihat jam tangan Pak Hari, guru kimiaku. Dan kamu tau merk jamnya apa?
ROLEX BROOO...
Aku pingin tau gaji guru di sini. Apakah gajinya sama dengan gaji CEO?
Ah... ngapain aku mikirin jam tangannya Pak Hari? Yang menjadi pikiranku selama ini adalah...
Kayaknya aku salah masuk sekolah deh?
"T-Tiara!" Panggil seseorang yang membuvarkan lamunanku.
"Eh eh ada apa?"
"Kamu Tiara,kan?" Aku mengangguk kepadanya. Aku melihat dari atas sampai kebawah. Apakah dia Nerd?
Penampilannya sangat cupu. Kancing sampai ke kerah. Bajunyanya dimasuki ke dalam celana rapi hingga sepatunya mengkilap bak baru dibeli.
"Oh ya tolong bilang ke Lala jam istirahat temui saya di depan studio band." Ucapnya.
Aku mengiyakan, kemudian dia berlari keluar kelasku. Dia kayaknya buru-buru.
"Siapa tu,Ra?" Tanya Annisa yang mengagetkanku. Dan pas saat itu Lala datang menghampiri kami.
"Eh La, tadi ada yang cariin kamu. Katanya pas istirahat kamu ke ruang studio band."
"Siapa namanya?" Ucapnya. Sekarang dia tidak judes kayak kemarin. Mungkin karena si Febby yang suka membuat lelucon. Emang deh kalau Febby dan Denise ada, bikin mood orang naik.
Sial aku lupa nanya dia. Seharusnya aku nanya dia siapa terlebih dahulu.
Oh ya aku baru ingat. Aku gak sengaja liat name tag dia namanya siapa tadi? Wendi?
"W-Wendi?" Ucapku memastikan kalau itu benar.
"Wendi? Wendi si culun itu?"
Aku mengangguk kuat.
"Cie... cie... dicariin pacar lo ternyata."
"Tumben tuh si Wendi nyariin lo?"
"Apa jangan-jangan..."
"Wendi ingin nembak Lala ya?"
Tuh kan benar mereka berdua selalu bikin orang ngakak setiap hari.
"pj-nya dong,la! " Seru mereka.
"Pj pj apaan sih? Udah sana gue mau ketemu sama dia." Jawab Lala dengan coolnya.
Mereka masih terus menggoda walaupun Lala udah pergi menjauh dari kami.
Sementara aku, aku melongo akibat kejadian tadi. Apa aku harus bertanya kepada mereka.
"Mau kemana lo?" Tanya Febby
" Gue mau belajar." Jawab Denise sambil bergegas menuju ke kelas.
"Percuma lo belajar. Ujung-ujungnya lo sibuk dandan." Ucap Febby sedikit teriak.
Ada benar juga sih.
"Ngomong-ngomong aku ingin bertanya. Mereka punya hubungan apasih?"
"Oh si Wendi sama Lala? Gak ada hubungan apa-apa. Tapi semenjak mereka sekelas, namanya sama, apalagi duduk sebangku sampai kenaikan kelas, seisi kelas pada jodoh-jodohin mereka." Jelas Annisa.
"Gue dengar si Wendi naksir sama Lala?" Ujar Febby.
"Hah?! lo serius?"
"Gue dengar git-"
"Woi daripada lo-lo gosip, bantuin gue benerin alis gue." Teriak seseorang yang ternyata Denise.
"Tuh kan apa gue omingin." Gue tersenyum miris, kemudian kami menghampiri Denise yang udah pada teriak-teriak karena alisnya.
📚📚📚
Bel istirahat berbunyi. Aku meragangkan seluruh tubuhku. Akhirnya aku bisa beristirahat dari pelajaran yang bikin otakku muter 7 keliling.
Di saat itulah cowok culun itu alias Wendi menghampiriku lebih tepatnya bangkuku dan Lala.
"A-anu..."
Aku menaikkan alis sebelahku.
"Ada apa, Wendi?" Dia terkejut kalau aku tau namanya. Beberapa kemudian dia menjawab.
"Saya dititipkan sama Bu Anggi tentang eskul. " Aku mengambil kertas yang dikasih dari Wendi.
"Itu dikumpulkan besok. Kamu bisa ngumpulkan lewat saya atau Bu Anggi." Dia berucap terima kasih kepadaku kemudian dia hendak pergi dari kelas.
Saat hendak keluar dia berpapasan dengan Lala and the genk.
"Eh ada si Wendi. Ngapain lo kesini?" Tanya Denise.
Yang ditanya hanya diam sambil menatap Lala,namun Lala memalingkan mukanya.
"Woi dijawab kek." Febby berteriak yang sukses membuat Wendi keluar dari lamunannya.
"Saya baru ngasih surat kusioner tentang eskul ke Tiara. Tadi disuruh oleh Bu Anggi."
"Ya udah sana lo." Usir Febby.
Setelah Wendi keluar kelas, aku bangkit dari bangkuku dan menghampiri mereka.
"Lo dianterin sama siapa?" Tanya Lala yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.
"Aku masih naik kendaraan umum."
"Gue anterin lo." Jawabnya dengan cool lalu berjalan keluar kelas.
Aku melihat ketiga temannya dengan bingung.
"Udah turuti perkataan dia. Masih bersyukur dia mau nganterin lo." Akhirnya aku menyusul Lala.
🍟🍟🍟
"Loh kita mau kemana?" Tanyaku kepada Lala. Kami tiba di sebuah toko buku yang arahnya berlawanan dengan arah rumahku.
"Gue mau beli sesuatu." Ujarnya lalu masuk ke dalam meninggalkanku sendirian.
Tau gitu aku nolak ajakan dia batinku kemudian aku masuk kedalam.
Sambil menunggu Lala mencari sesuatu, aku menuju rak-rak buku novel. Saat aku melihat-lihat ada sebuah buku yqng menarik perhatianku. Aku hendak mengambil namun ada seseorang yang lebih gesit mengambil buku itu.
"Oh lo mau ngambil ini?" Aku tertegun melihat wajah tampan di sebelahku ini.
DIA SIAPAAA???
"Ergghh.. Enggak kok. Kamu ambil aja. Aku nggak niat untuk beli ini." Ucapku, kemudian aku bergegas meninggalkan dia sendirian.
Duh siapa sih dia? Ganteng banget. Kayaknya dia masih sekolahan deh. Eh kok kayaknya seragam dia sama dengan seragam sekolahku jangan-jangan....
Karena aku terus berpikir, aku tidak sengaja menabrak seseorang.
"Aww..." Lala mengelus lengannya akibat serangan tadi.
"A-aduh maaf La.."
"Liat pakai mata." Ujar Lala dingin dan menusuk.
Aku menunduk kepalaku. Malu dan bodoh.
"Ayo." Kata Lala yang membuyarkan suasana yang mencengkam akibat kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Me
Teen FictionTiara, anak pindahan dari Surabaya menemukan kehidupan baru yang tidak dia dapatkan di tempat asalnya