Mereka berkumpul lagi di tempat markas mereka.
"Kamu tidak perlu mencari siapa aku. Tenang, aku bukan orang jahat. Aku hanya ingin menyampaikan perasaanku saja. Please jangan cari aku. Aku tidak akan ganggu kamu lagi. " Ucap Annisa sambil membaca isi surat itu.
Lala mengacak-ngacak frustasi.
"Apa sebaiknya kita tidak mencari dia?"
Mereka berlima berdiam.
"Arrgggghhhh...... Udalah paling dia main-mainan doang. Gak usah dipikirin." Ucap Lala menyerah.
"Kalau bu ketua bilang gitu, misi kita tutup aja."
Mereka berlima mengangguk sepakat untuk menutup kasus ini.
"Eh ada tulisan lagi." Ucap Annisa yang gak sengaja menemukan tulisan dari pengkagum rahasia Lala.
"Dia tulis 'tolong kalau ada sesuatu yang janggal tentang sekolahmu, lapor kepada polisi' maksudnya apa?"
Lala mengambil kertas itu dari tangan Annisa dan membaca dengan sangat teliti.
"Sekolah kita emang kenapa? Ada sesuatu?' tanya Denise.
Mereka bertiga mengangkat bahu bersamaan.
" Oh kalian di sini rupanya."
"Woy woy lo harusnya ketuk dulu dong pintunya. Jangan asal buka aja."
"Sewot amat si, Feb. Gue mau ngasih sesuatu buat kalian."
"Apaan itu, Vin?"
"Udah ikut aja."
Kelima gadis itu terpana dengan sebuah puding yang sangat sangat enak.
"Lo yang buat?"
Wendi mengangguk sambil tersenyum.
"Ini sebagai permintaan maaf atas kemarin."
"Boleh gue ambil?"
"Boleh aja."
Mereka berlima mengambil puding buatan Wendi dan mencicipinya.
"Enak!!"
"Wend, ternyata selama ini lo gak ikut bareng kita gara-gara buat ini? Thank you banget loh. "
"Wend mending lo jual puding buatan elo deh. Dijamin laku keras."
"Baru pertama kali gue menemukan puding selezat ini."
Wendi tersenyum puas atas respon positif dari kelima gadis cantik ini.
"Wend, besok buatin lagi dong. 4 biji."
"La, lo benar-benar lapar atau gimana dah?"
"Oh tentu, la. Mau rasa apa?"
"Whatever. Nih duitnya. "
Lala mengeluarkan uang berwarna biru kepada Wendi.
"Tidak usah, La. Saya ikhlas kok. "
"Kalau gitu gue juga mau ya."
Lala menginjak kaki Febby hingga meringis kesakitan.
"Lo bagi 2 aja sama gue."
"Bilang aja lo gak mau repotin Wendi, kan?" Tanya Calvin masih sibuk dengan makan puding buatan Wendi.
"Loh kok Calvin dapat 3. Gue juga mau."
"Hei ingat. Diet diet, Feb." Ucap Denise menesehati temannya.
"Oh ya ngomong-ngomong Annisa mana?" Tanya Tiara sambil celingak-celinguk.
"Katanya dia mau ke toilet." Jawab Calvin sambil makan.
Di sisi lain, Annisa baru keluar dari toilet perempuan.
Beberapa langkah Annisa ditabrak seseorang. Untungnya dia tidak jatuh.
"Hei kalau jalan liat-liat dong."
Cowok itu menatap Annisa dengan tatapan pembunuh.
Annisa yang awalnya kesal dan marah langsung ciut dan berlari ke kelas Calvin.
Annisa tiba di kelas sepupunya sambil ngos-ngosan.
"Sa, ada apa? Lo kayak habis dikejar hantu."
"Emang."
"Hah?"
"Tadi gue ditabrak sama anak cowok. Gue marah dong kalau jalan itu liat pakai mata, eh dibalasnya kayak mau ngebunuh gue." Ucapnya sambil merinding.
"Dasar cowok jaman sekarang. Sok-sok an galak, eh malah takut sama kecoa." Ujar Lala.
"Gue gimana?" Tanya Calvin tiba-tiba.
"Lo mah salah satu dari mereka."
"Kalau saya?"
"Si Wendi mah gak neko-neko, baik sama semua orang gak kayak lo."
"Ih lo pilih kasih."
"Permisi." Ucap seseorang yang membuat ketujuh remaja menoleh.
"Gue mau ketemu Wendi. Orangnya ada?"
Mereka saling tatap-tatapan.
"Eh itu cowok yang gue ditabrakin."
"Serius?"
Annisa mengangguk.
"Ada perlu apa nyari dia?" Tanya Calvin serius, takut ada terjadi sesuatu terhadap temannya.
"Tenang..... Gue cuman ngomong biasa doang. Ini penting banget."
Wendi bangkit berdiri.
"Wend kalau dia apa-apain lo, lo lari sekuat tenaga terus lapor ke kita." Ucap Lala sedikit khawatir.
Wendi mengangguk dan menghampiri cowok tersebut. Beberapa detik mereka berdua pergi dari kelas.
"Dia siapa? Serem banget mukanya." Tanya Tiara buka suara.
"Johnny Handoko, kelas 11 IPS 1. gue dapat dari berbagi info, sebelum pindah ke sini, dia pernah ada masalah sama sekolah lamanya hingga dia terpaksa pindah kesini."
"Gue juga dengar kalau dia pernah ikut tawuran sampai salah satu anak sekolah lain hampir meninggal, makanya salah satu alasan di dipindahkan kesini."
"Lo tau banget tentang dia."
"Hehehe.... Gue kan Miss Gossip, semua yang berurusan dengan gossip di sekolah, gue ratunya." Jawab Denise berbangga diri.
"Tapi kenapa dia bisa lolos di sekolah ini? Gak mudah banget loh masuk di sini."
"Biasa orang dalam." Ucap Calvin tiba-tiba.
"Atau tidak karena uang. Uang adalah segalanya."
Johnny Handoko
(Johnny NCT 127)
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Me
JugendliteraturTiara, anak pindahan dari Surabaya menemukan kehidupan baru yang tidak dia dapatkan di tempat asalnya