Dua siswa misterius tadi berkumpul lagi di sabtu siang ini.
Tidak hanya mereka berdua, ada seorang pria berkacamata dan pria memakai jas kulit warna hitam.
"Kenapa tidak di foodcourt kemarin aja? Di sana enak-enak loh." Kata pria berjaket kulit.
"Mereka udah tau posisi kita yang biasanya."
"Hah serius?"
"Tapi untungnya mereka tidak tau identitas gue."
"Terus..." Mereka bertiga menoleh kepada seorang siswa yang tinggi.
"Kenapa gue kayak teroris sih? Pakai topi, masker."
"Cari aman bro. Daripada identitas kalian terbongkar. Lagian di sini juga banyak anak Pelita itu sering nongkromg disini." Jelas Pria berkacamata.
"Baiklah...." Pria berkacamata itu memulai sesi rapatnya.
"Gue udah mengidentifikasikan siapa guru yang memperjual-belikan narkoba kepada muridnya. "
Pria kacamata itu memutar tablet ke arah anak buahnya.
"Ini kan wali kelas gue?"
"Yap. Kemungkinan juga dia berhubungan dengan Pak Sandi, kepala Sekolah Pelita. "
"Pak, kami menemukan bukti lagi." Ucap pria kurus sambil menyerahkan video kepada atasannya.
Di video tersebut Pak Sandi sedang melakukan transaksi jual beli kepada wali kelas pria kurus tersebut.
"Ini bisa menjadi barang bukti yang kuat. Kerja bagus, Wira."
Pria kurus bernama Wira mengangguk tersenyum.
"Mas Jae, gue menemukan sesuatu." Kata pria tinggi.
"Gue tidak sengaja menemukan brankas di belakang raung kegiatan."
"Ruang kegiatan? Setau gue di dibelakang ruang itu tembok semua."
Pria tinggi itu menggeleng.
"Lo tau tirai warna hijau samping proyektor."
Wira mengangguk.
"Kalau lo buka tirai hijau itu, ada tembok warna hitam. Nah itu brankasnya."
"Oh ya gue ingat. Waktu itu Calvin gak sengaja buka tirai itu, terus wali kelas gue sampai marah-marah katanya gak boleh buka-buka sembarangan."
"Hmmm.... Wali kelas lo ikut dalam korupsi pembangunan sekolah baru, kan."
"Bisa jadi."
"Ok cukup sudah rapat, kita. Besok kita ke sini lagi. Oh ya Johnny."
"Ya mas."
Jae terdiam sejenak.
"Gak jadi. Gue lupa mau ngomong apa."
"Hei kalian mau pesan apa." Pria berjaket kulit hitam itu akhirnya buka suara.
"Gue panas 2, Dit."
"Kalau gue Big Mac aja deh. Gue gak pingin makan nasi."
"Mas Jae apa?"
"Gue aja yang bayar. Lo pesan apa, Dito."
"Sama kayak Mas Wira."
Setelah Jae pergi, Dito berbincang dengan kedua temannya.
"Gimana progres lo Wir. Masih nge-stuck gitu doang."
Wira menghela nafas.
"Gak taulah. Si Lala and the genk malah nyariin gue lagi."
"Hah kok bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Me
Teen FictionTiara, anak pindahan dari Surabaya menemukan kehidupan baru yang tidak dia dapatkan di tempat asalnya