21. Harry Styles

3K 151 49
                                    


Harry POV

Gue duduk di bangku teras depan rumah Nadine, dan nunggu Nadine keluar karna dipanggil Ropik.
"Ngapain kamu kesini?"

Rambutnya acak-acakan, matanya bengkak, dia make celana piyama warna biru dengan tanktop putih.
"Nad kamu nangis?"

"Ngapain kamu kesini?"
Ok gue rasa harus gue jelasin sekarang.

"Nadine Dara, saya mau jelasin kesalah pahaman kamu mengenai sikap saya ke kamu. Saya anggap kamu nggak lebih dari kakak ke adik nya, sama kaya ropik ke kamu, saya minta maaf, saya tau kamu suka sama saya,saya tau kamu suka saya semenjak kamu nangis didepan saya waktu kamu sakit disekolah, tapi maaf saya nggak bisa sayang sama kamu lebih dari kakak, saya juga udah dijodohin ayah saya dan lulus dari UI saya nggak mungkin ngajar jadi guru, tapi lanjutin perusahaan ayah saya, tapi saya sayang sama kamu nadine, saya sayang banget sama kamu"

Gue liat nadine air matanya meluncur dipipinya, tapi begitu gue mau ngehapus jarak dan juga ngehapus air mata itu. Nadine justru nepis tangan gue kasar "terus kenapa kamu bersikap manis ke saya seolah-olah saya ini cewek kamu? Kamu terbangin saya tinggi terus kamu seenak jidad kamu jatohin saya berkali-kali, kamu sadar kamu salah dimana saat pertama kali kejadian ini terjadi, tapi kamu nggak nanggepin itu seakan itu bukan pelajaran buat kamu untuk jaga hati saya,padahal kamu bilang kamu tau saya suka sama kamu pas kamu ngeliat saya pertama kali nangis didepan kamu waktu saya sakit disekolah"

"Nadine please saya mohon jangan egois"

"Egois? Siapa yang egois disini, kamu kah yang dateng ke saya dengan cara manis dan ngasih kenyataan yang pahit abis itu ninggalin saya begitu kamu puas, bagi saya disini kamu yang egois, kamu cuma mikirin perasaan kamu, bukan perasaan saya juga"

Tangannya menunjuk dada gue dan gue cuma bisa menunduk, ok gue akui perkataan Nadine bener, dan gue ngaku gie egois, gue nggak mikirin perasaan dia yang udah gue mainin.
"Kalo kamu udah nggak ada urusan pintu pagar rumah saya terbuka lebar ngasih kamu jalan untuk pergi dari sini" ujar nya dan langsung masuk kerumahnya lalu menutup pintu dengan kasar.

Gue berjalan keluar dari pekarangan rumah nadine, dan memasuki mobil gue. Rasa nya dada gue mulai sesek disini, perkataan Nadine tadi, tapi mau gimana lagi, gue nggak bisa gitu aja batalin tunangan gue sama tessa, gue nggak tega sama tessa, tessa Cinta sama gue dan gue balas Budi akan cinta nya tapi gue enggak bisa bales perasaan Nadine dan selain itu tessa juga anak dari rekan bisnis bokap gue, tessa punya penyakit kanker payudara stadium lanjut, gue juga sayang ke tessa tapi nggak sebesar rasa sayang gue ke Nadine.

Gue melajukan mobil gie kerumah sakit, tessa disana dia lagi kemo dan gue harus nemenin dia, karna ayah tessa sibuk kerja dan nyokap tessa pergi ninggalin tessa sejak tessa kecil. Gue memasuki ruang terapi tessa dan disambut dengan senyum tessa dan gue membalasnya dengan senyum gue semanis mungkin.

"Kamu udah ketemu Nadine" iya tessa tau semua nya, karna cuma ke tessa lah gue cerita soal Nadine. Gue mengangguk dan duduk dikursi samping ranjang tessa dan menggenggam tangan tessa dan membungkusnya dengan kedua tangan gue lalu mencium tangannya.

"Kamu sayang kan sama Nadine, kok pilihnya aku yang penyakitan padahal kita dijodohin doank?" gue langsung memeluknya dan menyembunyikan wajahnya didada gue begitu dokter menyuntikan sesuatu yang nggak gue ngerti dan itu selalu dilakukan saat kemo tessa.

"Aku sayang sama kamu"

"Aku juga sayang sama kamu, harry"

***

Ini dah lima bulan semenjak  kejadian gue kerumah Nadine, dan sekarang gue lagi berdiri didepan kaca ditemenin Gemma yang make baju dress selutut warna putih, sedangkan gue jas putih lengkap dengan pantofel putih nya. "Adek gue ganteng ya"

Gue tersenyum atas pujian Gemma yang sekarang perutnya udah hamil anak ke dua.

***

Nadine POV

Gue menghadiri pernikahan harry yang dilaksanain di hotel bareng sama ashton tapi pernikahan nya belum mulai, dan ashton udah berbaur dengan beberapa cowok yang dia kenal sedangkan gue? Kaya anak ilang.

"Kakak namanya, Nadine ya" ada seorang anak kecil cewek, make flower crown dan dress putih.
"Iya nama aku nadine, kenapa ya"

"Kakak sini deh" dia narik tangan gue dan memasuki satu kamar hotel disini, gue ngeliat ada cewek make gaun pengantin cantik, lagi minum obat begitu gw dateng. "Kak tessa, ini kak nadine"

"Owh ok makasih ya, luna"

"Iya sama-sama, dah kakak"

Itu tessa? Badannya jauh lebih kurus dari terakhir gue liat dulu
"Hai nadine kan? Aku tessa"

Dia berjalan menghampiri gue "aku cuma minta, kalo aku udah nggak ada kamu mau ya gantiin posisi aku bagi harry"

Gue menggeleng tak percaya akan perkataan tessa "tes gue nggak bisa, lu yang harry sayang bukan gue"

"Please, aku mohon Nadine"

***

Gue duduk bersimpuh disamping ashton dan melihat punggung harry dari belakang, kami semua lagi nunggu tessa dateng ketempat resepsi. Cukup lama. "Tadi lu dari mana?" tanya ashton

"Hah? Gue dari kamar mandi"

Tessa dateng, sumpah dia cantik, tapi rambutnya pendek dia tersenyum ke-gue dan gue membalas lembut senyuman nya. Tapi belum juga dia akan duduk, tessa jatoh dan nggak sadar kan diri, harry langsung lari ke arah tessa dan mencoba menyadarkan.
"Tessa bangun, bangun tessa ini aku harry"

Harry langsung mengangkat badan tessa dan teriak ke ashton untuk membantu harry bawa tessa kerumah sakit dan gue juga langsung ditarik ashton buat ikut.
Sesampainya dirumah sakit, tessa langsung dilarikan ke UGD. Gue liat baju harry yang putih udah kena noda darah yang tadi keluar dari hidung tessa. Harry keliatan khawatir banget mungkin dia bener-bener sayang sama tessa.

Dokter tiba-tiba nggak lama keluar dan langsung gue, ashton dan harry mendekati dokter itu. "Kami mohon maaf, Nona Tessa Gwen sudah kembali kepada yang maha kuasa pada pukul 9 lewat lima belas menit"

Harry hampir terjatuh tapi gue dan ashton menahan nya, sehingga sekarang gue lagi meluk harry, dan harry bales meluk gue.
"Dia pergi nad" harry menyembunyikan wajahnya dileher gue. Tangan gue mengelus punggung Harry agar dia tenang.

"Nadine saya sayang banget sama dia"

Iri itu yang gue rasain, tessa bisa disayang harry tanpa ada status adik atau pun kakak. Tanpa sadar mulut gue mengucapkan sesuatu yang seharusnya nggak keluar dari mulut gue. Tepat ditelinga harry. Dan seharusnya nggak gue ucapkan disituasi kaya gini.

"Saya sayang dan cinta sama kamu harry, banget lebih dari adik ke kakaknya"

The End

Guru PPL •harryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang