Chapter 2 "Malam Gelap"

66 15 1
                                    

"Hatimu mungkin kuat
Kau bisa saja berdiri
Tapi, tetaplah menangis
Saat kau sudah tidak kuat lagi"

Beryl POV

Sesampainya dirumah,  aku merebahkan tubuhku keatas kasur.  Hari ini aku sangat lelah. Aku memutuskan untuk membersihkan diriku.

Sehabis mandi, aku menggunakan pakaian kasual kaos oblong dengan jeans pendek selutut. Heran sekali,  daritadi papa dan mama gak kelihatan di rumah, batinku.

Akupun beranjak kedapur, mengambil makanan, dan duduk diruang makan.  Daritadi pagi aku belum makan sama sekali. Kebetulan, menu hari ini makanan kesukaanku, ikan asam manis. Aku selalu suka masakan mama. Mama memang menyerahkan pekerjaan rumah kepada bibi. Tapi untuk urusan makanan,  mama selalu menyelesaikan nya sendiri. 

Saat aku sedang sibuk dengan makananku, aku melihat secarik kertas diatas meja. Aku penasaran dan memutuskan untuk melihatnya.  Ternyata, itu adalah sebuah surat dan aku mengenal jelas tulisan itu.

Untuk Beryl
Maafkan Papa harus memberitahumu melalui surat ini.  Papa sedang buru-buru dan takut mengganggu sekolahmu.

Keadaan kita sedang sulit, nak. Papa dan Mama sedang dalam perjalanan untuk mencari solusi atas semua kekacauan perusahaan. Papa tidak bermaksud mengangetkanmu, sayang.

Maafkan Papa sekali lagi, kamu harus pergi dari rumah kita. Berusahalah untuk mencari kontrakan untuk saat ini. Kita sangat terdesak saat ini. Besok, kamu harus sudah pindah. Malam ini, jangan buka pintu untuk siapapun juga.

Kamu bisa mengambil uang yang sudah Papa siapkan dilaci kamar. Gunakan sebaik-baiknya. Papa akan menjelaskan semuanya saat Papa kembali padamu.

Papa

Air mataku jatuh. Aku tidak mengerti apa yang terjadi hari ini. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada perusahaan Papa.

Aku takut.  Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu tanpa bantuan orang lain. Aku juga tidak tahu harus berbuat apa malam ini.

Beryl harus kuat. Aku segera menyelesaikan makanku dan segera masuk kamar.  Disaat-saat seperti ini, aku hanya bisa meminta bantuan kepada sahabatku, Puspita. Dengan cepat aku mengambil handphoneku dan mencari list contact, Puspita.

"Halo.." terdengar suara dari sana.

"Pita, aku takut. Aku butuh bantuanmu," jawabku dengan suara bergetar.

"Elil, lo kenapa? Cerita sama gue. Lo butuh apa? Jangan nangis ga jelas gitu. Apa karna Randy? Tadi lo diapain sama dia selama dihukum? Dia ngelukain lo? Cerita dong," seru Pita dengan nada cemas dan mendesak.

Aku tidak bisa menahan air mataku lagi."Bukan, bukan, Pita. Gue cuma gatau harus kemana."

"Kemana apanya? Lo kan punya rumah. Atau lo mau piknik gitu, tapi bingung mau kemana? Lah,kenapa mesti nangis. Gampang kali."

"Lo tau kontrakan kosong, gak? Jangan yang mahal. Gue harus pergi dari sini sekarang."

"Kok tiba-tiba? Loe berantem sama oom? Atau ngambek sama tante? Segitunya banget sampe mau kabur dari rumah."

"Gue ga punya waktu buat ngejelasinnya. Lo tinggal jawab aja. Ada?"

"Setauku gue sih, ada. Ga terlalu besar sih. Tapi muat lah buat lo sendiri. Furniturenya juga udah lengkap.  Kontrakan pembantu gue dulu. Pembantu gue kan udh tinggal disini.

"Oke, gue ambil tempatnya. Kirim alamatnya dan besok gue langsung pindah," kututup panggilan itu dan kutarik napas panjang.

Setidaknya aku sudah mendapatkan tempat.  Aku harus segera mempersiapkan semua kebutuhanku malam ini. Tidak boleh ada yang ketinggalan karena aku akan sulit untuk masuk kerumah ini beberapa hari kedepan. Tak lupa aku memasukkan foto keluarga kami.

"Saatnya tidur, Beryl. Perjuanganmu akan segera dimulai. Jangan menangis," nasihatku pada diriku sendiri. Harapanku, besok akan lebih baik dari hari ini. Dan jika bisa, jadikan saja hari ini hanya sebagai sebuah mimpi.

~~~~~~~~~~


Maaf jika ceritanya sedikit ngawur dan part ini lumayan pendek yaaa >_<
Tetap ikuti ceritanya terus, guyssss
Semoga kalian suka
Jangan lupa vote and coment :))
~Yemilea

[1] INOUBLIABLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang