"Kehadiranmu disini
Membuatku lupa akan dunia
Membawaku pergi sesaat
Dari segala beban dipundak"Beryl POV
"Whoaaaa!!" teriakku saat tangannya menggenggam pergelangan tanganku begitu erat. Tubuhku seakan-akan jatuh saat tangannya menarikku. Ternyata dia sedang berusaha untuk duduk.
Diacaknya rambut hitamnya, "Kenapa loe ribut banget? Dan ngapain loe disini?"
"A... Ak.... Aku... Eh gue cuma liat-liat. Emangnya salah. Ruangan inikan ga cuma punya loe," jawabku.
Dia berusaha berdiri lalu berjalan melewatiku. Dia bahkan tidak menjawabku. Saat dia sudah didepan pintu dan akan membukanya, dia berkata kepadaku,
"Ruangan ini udah jadi milik gue sejak gue sekolah disini. Jadi, jangan coba coba untuk masuk kesini lagi." Dia pergi dengan santainya walaupun aku berteriak, "RANDYYY!!" kearahnya.
~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah kupastikan tasku terletak aman disana. Saat aku keluar dari ruangan, siswa siswi sudah berlalu lalang disekolah. Mereka berjalan tanpa memperhatikan ruangan ini sedikit pun. Mereka bahkan mengabaikanku yang baru saja keluar dari ruangan usang ini.
Kulangkahkan kakiku menuju kelas 11-1. Aku harus segera menemui Puspita. Aku harus memastikan kontrakan ini benar-benar kosong dan dalam keadaan baik.
"Pita, gue mesti mastiin lagi satu hal," kataku setelah tiba didalam kelas.
"Apaan lagi, lil?"
"Loe yakin, kan, kontrakannya aman, kan?"
"Hmmm.."
"Serius, Pita! Lo jangan main-main," rengekku kepada Pita yang menampilkan wajah acuh tak acuh. Sepertinya Pita sudah malas dengan hal ini. Sejak semalam, aku terus menanyakan hal ini kepadanya via WA.
"Denger,ya. Gue udah mastiin semuanya aman dan beres. Loe tinggal bawa perlengkapan lo and tadaaaa semuanya beres. Cukup ya, Lil. Lo jangan bahas ini mulu," jawabnya panjang agar aku tidak membahasnya lagi.
"Oke.. Oke.. Sekarang gue mau nanya. Waktu kelas 10, lo sekelaskan sama Randy?"
"Iya, emang kenapa?"
"Dia rada gila,ya??"
Pita tertawa lebar dengan mengibas-ngibaskan tangannya. "Yang ada lo yang gila, nanya gue tentang Randy. Manusia manapun tau kalo Randy itu misterius, Elil".
Sesaat ketika aku akan menanyakan kemisteriusan Randy, bel berbunyi menandakan pelajaran akan dimulai. Aku kembali ke mejaku dengan wajah penasaran dan mempersiapkan pelajaran.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah delapan jam yang melelahkan, pelajaran akhirnya selesai. Bel itu sungguh menjadi bunyi yang indah pada saat-saat seperti ini. Semua siswa heboh merapikan buku, menggendong tasnya, dan berjalan keluar kelas.
Pita menghampiriku dan berkata, "Lil, gue duluan ya, ada urusan nihh"
Aku hanya mengangguk dan kembali merapikan barang-barangku.
Aku harus menunggu sampai sekolah benar-benar kosong. Seperti tadi pagi, aku harus menyusup ke ruang musik itu dan mengambil tas pakaianku. Sabar Beryl, kau hanya perlu menunggu tigapuluh menit, setelah itu, kau segera pergi dan menyiapkan kontrakanmu, batinku.
Menunggu selama tigapuluh menit ternyata serasa sehari penuh jika kau hanya duduk diam memperhatikan detik jam. Dan itulah yang kurasakan. Aku tidak akan berlama-lama lagi. Sekolah sudah sunyi. Segera kuambil tasku lalu beranjak menuju ruangan itu.
Sengaja kuperlambat jalanku untuk menjaga-jaga siapatahu ada orang lain disekitar sini. Namun, tiba-tiba langkahku terhenti, aku berbicara pada diriku sendiri, "Apa yang perlu gua takutin? Gue ga nyuri dan cuma pengen ngambil tas gue. Tenang aja, tampilin perilaku yang b aja".
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Koridor sekolah terasa sunyi. Tidak ada satupun orang yang melintasi ruangan ini. Udara segar melingkupiku. Tidak ada alasan untukku merasakan hawa panas seperti biasanya saat sekolah begitu ramai.
Saat jarakku sudah sepuluh meter lagi, aku memandang seseorang yang sedang berdiri didepan pintu ruang musik. Dia melirik kekanan dan kekiri. Dia tidak menyadari kehadiranku. Aku mendekat beberapa langkah. Aku mengenali lelaki ini. Dia, lelaki yang tadi pagi mengagetkanku.Dia melangkahkan kakinya kedalam ruangan. Sesaat setelah itu, aku menyusulnya dengan langkah perlahan-lahan. Aku penasaran sedang apa dia disana. Namun, lebih penting lagi, aku harus segera mengambil tasku.
Jarakku tinggal lima langkah lagi dari pintu ruang musik. Sayup-sayup kudengar denting piano dari dalam ruangan. Alunan piano itu begitu merdu. Seorang biang kerok, Randy, ternyata lihai menekan tuts-tuts piano.
Aku menikmatinya. Kuputuskan untuk tidak mengganggunya dan duduk dikursi panjang diseberang ruangan. Senyumku tersungging keatas. Seketika itu, aku lupa segala bebanku. Aku lupa tentang kerinduanku.
~~~~~~~~~~~
Sorry for typo guyss
Tetap diikuti yaa :))
Mungkin cerita seperti ini sudah mainstream, tapi kuharap kalian menyukainya ^_^
~Yemilea
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] INOUBLIABLE
Teen FictionMencintaimu adalah bahagia dan sedih; Bahagia karena memilikimu dalam kalbu; Sedih karena kita harus berpisah. Perpisahan yang kupilih, adalah sebuah perpisahan yang menyakitkan. Kebahagiaan segera lenyap dari hidupku. Dan aku, menolak untuk melupak...