Charter 7 "Arah Menuju Dia"

16 1 0
                                    

"Disetiap permasalahan pasti ada jalan Cukup berusaha dan bersikap jujur"

Sudah hampir dua minggu aku tinggal dikontrakkan ini. Sejak terakhir kali surat Papa sampai padaku, tidak ada lagi kabar darinya. Aku rindu, sungguh rindu.

Uangku sudah mulai menipis.Aku sudah berusaha menghemat. Tapi tetap saja aku harus menggunakannya untuk keperluan sehari-hariku. Selama ini aku sudah berjuang. Pagi hari aku berangkat dengan angkutan umum. Siang harinya, aku memilih untuk berjalan kaki. Jaraknya memang tidak terlalu jauh.

Hari ini, sepulang sekolah, kuputuskan untuk mencari kerja paruh waktu. Mungkin aku bisa bekerja di mini market atau cafe-cafe yang sedang ngetren. Kupikir, aku sedikit berbakat melayani karena dulu, aku sering membantu mama mempersiapkan makanan.Untuk hal-hal lainnya, akan kupelajari

Aku berdiri didepan sebuah mini market. Kulihat tempat ini lumayan ramai.  Akan kucoba untuk melamar kerja disini. Tidak ada salahnya mencoba. Lagipula, aku bisa meyakinkan pemiliknya kalau aku bisa dipercaya.

Kulangkahkan kakiku kedalam mini market ini. Pria paruh baya sedang berdiri dimeja kasir sambil melayani beberapa pelanggan. Kuambil sebuah botol mineral. Alih-alih membayar air mineral ini, aku bisa bertanya kepada bapak ini.

Setelah beberapa orang selesai membayar, kini giliranku untuk memberikan bayaran. Kuberanikan diriku untuk mengeluarkan suara.

"Maaf, pak. Saya sedang butuh pekerjaan. Apa disini ada lowongan pekerjaan?" ucapku sedikit gugup.

"Nak, kau masih muda.  Bukankah kau harusnya sekolah? Malah sibuk mau mencari uang," tanyanya.

"Saya masih sekolah, Pak.  Hanya saja, faktor ekonomi memaksa saya untuk bekerja. Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi," jelasku panjang lebar.

"Aku masih sehat. Dan aku juga masih kuat untuk melayani para pelangganku."

Aku terdiam sejenak. Jawaban itu adalah tolakan secara halus. Aku tidak mungkin memaksanya. "Baiklah, Pak.  Terimakasih atas kebaikan Bapak menjawab pertanyaanku. Aku akan membayar air mineral ini."

Kuberikan sejumlah uang. Kulontarkan senyum untuk menunjukkan rasa hormatku dan kulangkahkan kakiku meninggalkan meja kasir. Sesaat ketika aku akan membuka pintu keluar, suara seseorang mengagetkanku.

"Nak, siapa namamu?" tanyanya.

Kubalikkan tubuhku. Ternyata seorang Bapak dengan setelan jas yang menegurku.

"Beryl, Pak. Nama saya Beryl," jawabku sopan.

Bapak itu menghampiriku. Disejajarkannya posisi berdirinya denganku. "Saya Nandito. Panggil saya Om Dito. Kau tidak perlu takut. Saya tidak akan macam-macam padamu," jelasnya seakan-akan tahu apa yang terbesit dipikiranku. Bayangkan saja, seorang pria mapan menghampiriku. Perawakannya dewasa dan sepertinya berjabatan tinggi.

"Saya sudah punya pembantu dirumah. Supir juga sudah ada.  Tapi melihat kegigihanmu untuk bekerja, saya merasa kau perlu dibantu. Semangatmu tinggi dan saya berharap cara bekerjamu juga seperti itu. Kau hanya perlu membantu pekerjaan pembantu saya. Tentu bukan hal yang sulit," jelasnya lagi kepadaku.

Kupikirkan sejenak. Pekerjaan itu memang tidak sulit. Pelajaranku juga tidak akan terganggu karena Bapak ini pasti tahu aku masih bersekolah.

"Saya pikir, saya bisa melakukannya, Pak. Tapi saya hanya bekerja setelah jam pelajaran sekolah. "

"Tidak masalah. Kau tinggal dengam siapa? "

"Saya tinggal sendiri, Pak.  Saya tinggal disebuah rumah kontrakan disekitar sini. Ya, cukuplah untuk tinggal berteduh."

"Kau bisa tinggal dirumah saya. Disana ada kamar kosong yang bisa kau isi. Pembantu saya sudah pulang jika pukul 19.00. Mungkin kau dapat membantu istri saya jika tiba-tiba ada tamu atau ada hal yang dibutuhkan."

Aku berpikir kembali. Dari mimik wajah Pak Dito, aku yakin dia tidak jahat dan tidak berniat macam-macam. Tinggal dirumahnya juga dapat mengurangi pengeluaran ku. Akhirnya, aku menggangguk mantap memberi jawaban.

Pak Dito mengulas sebuah senyum. Diberikannya sebuah kartu nama lengkap dengan alamat rumahnya. "Kau bisa datang besok sepulang sekolah. Saya akan memberitahu istri saya agar besok dia menerimamu dengan baik dirumah."

"Terimakasih, Pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin," jawabku dengan wajah semringah.

"Saya permisi duluan. Saya harus kembali kekantor. Sampai jumpa," jelasnya. 

Kuanggukkan kepalaku. Pak Dito berjalan meninggalkanku masuk kedalam mobilnya. Kuteguk air mineral yang tadi kubeli dan kulangkahkan kakiku menuju rumahku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Maafkan daku yang selalu lama nge-up cerita ini :"
Tugas sungguh menumpuk guys :"
See you in next chapter :))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] INOUBLIABLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang