Beryl POV
"Maaf..maaf.." ucapnya kepadaku sambil repot membantuku.
"Emmm, tidak apa apa," jawabku.
"Hei! Aku mengenalmu. Maksudku, aku pernah melihatmu," katanya kepadaku menampakkan wajah antusias.
"Mungkin kamu salah orang. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya."
"Tidak, aku yakin mengenalmu. Kau siswi SMA Dwiwarna, kan? Aku juga bersekolah disana. Kemarin aku melihatmu didepan ruang musik yang lama."
Ahh, aku baru ingat ruang musik dekat dengan ruang kelas 12. Dia pasti salah satu dari senior kami.
"Maaf, kak. Tadi aku tidak mengenali kakak. Kakak pasti salah satu senior SMA Dwiwarna," ucapku.
"Tidak masalah. Dwiwarna sungguh luas. Wajar jika banyak yang tidak saling mengenal. Oh iya, perkenalkan, aku Joseph Nicholas. Panggil aku Joseph."
"Mmm, namaku Beryl, kak. Beryl Kartika Putri," jawabku sedikit canggung.
Kak joseph termasuk lelaki yang ganteng. Dia juga ramah dan sopan. Kupikir, semua siswa Dwiwarna sudah terkontaminasi bahasa gaul dan sikap kekotaan. Ternyata, masih ada siswa seperti Kak Joseph.
Pembawaannya tenang. Tatapannya sendu menampilkan sikap lembutnya. Tapi jangan pikir lelaki didepanku ini kemayuan. Dia tetap maco dengan cara berpakaian dan perawakannya. Suaranya juga tegas dan bulat.
"Senang bertemu denganku. Kuharap kita dapat berteman baik," senyum tersungging diwajahnya.
"Kuharap juga begitu, kak," ucapku, "Aku pulang duluan, kak"
Kuanggukkan kepalaku sekali untuk memberi salam, lalu kulangkahkan kakiku. Saat aku sudah berdiri diluar pekarangan rumah makan, aku melihatnya masuk kedalam rumah makan itu. Dengan ramah disapanya seluruh karyawan disana.
Kulanjutkan langkah kakiku. Perjalanan kerumahku sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Ingat, Beryl harus menghemat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Beberapa meter dari rumah kontrakan, aku melihat sebuah mobil terparkir didepannya. Aku tidak mengenali mobil ini. Kuyakinkan diriku untuk melangkah kembali.
"Selamat sore, Nona Beryl. Saya membawa informasi untuk anda," kata seseorang berjas hitam kepadaku sambil berdiri dari tempat dia mendudukkan dirinya tadi.
"Maaf, siapa anda? Darimana anda tahu nama dan alamat saya?" tanyaku curiga.
"Saya salah seorang karyawan Pak arya, orangtua nona. Saya ditugaskan memberi surat ini kepada nona. Pak arya masih belum dapat dihubungi. Surat ini saya dapat dari email tidak dikenal. Saya sudah memastikan email itu adalah email Pak Arya," jelasnya panjang lebar, "Baiklah, kalau begitu, saya permisi, selamat sore, nona"
Pria itu melangkah dan meninggalkanku sendirian di depan kontarakan. Ia kembali kemobilnya, mengendarainya, meninggalkan lingkungan kumuh ini.
Kuputuskan untuk duduk didepan rumah. Disini ada sebuah kursi panjang dari rotan. Kududukkan diriku dan kubuka surat yang tadi diberikan kepadaku. Aneh, surat ini diketik dan tanpa kata Papa dibawahnya. Namun segera kutepis pikiran anehku karena pria tadi sudah menjelaskan surat ini dari email.
"Beryl, Papa hanya bisa mengabarimu sesekali. Saat ini, Papa harus menutup diri dari dunia luar. Banyak orang mengejar Papa diluar sana.
Jaga dirimu dengan baik dan jangan coba-coba untuk buat masalah. Jangan coba-coba mencari Papa dan Mama. Usahalah untuk mendapatkan pekerjaan sampingan. Jangan bergantung pada uang itu saja. Sekian"
Tanpa kusadari, air mata jatuh dipipiku. Surat ini singkat, namun cukup untuk membuat hatiku tersayat. Dan, apa-apaan ini? Bekerja? Selama itukah Papa akan pergi? Hanya satu hal yang kupikirkan saat ini. Aku takut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Menurut kalian, Papa Beryl kenapa ya??? Tebak tebakan hayoo..
Maaf begitu lama tidak publish teman teman, banyak sekali tuntutan zaman, heheheh.
Semoga kalian tetap mengikuti ceritanya.
Jangan jadi silent readers donkk T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] INOUBLIABLE
Roman pour AdolescentsMencintaimu adalah bahagia dan sedih; Bahagia karena memilikimu dalam kalbu; Sedih karena kita harus berpisah. Perpisahan yang kupilih, adalah sebuah perpisahan yang menyakitkan. Kebahagiaan segera lenyap dari hidupku. Dan aku, menolak untuk melupak...