Chapter 3 "Ruang Musik"

42 10 2
                                    

"Jangan salahkan aku
Jika nanti kita akan duduk bersama"

Matahari masih enggan menunjukkan diri. Tapi aku harus segera bergerak dan mempersiapkan diri. Aku harus tiba disekolah sebelum siswa lain tiba disekolah duluan.

Aku hanya bisa memakan roti dengan selai cokelat dan segelas susu. Aku tidak bernafsu makan. Pikiranku sedang berkecamuk. Dimana papa dan mama sekarang?  Pikiran itu tidak bisa hilang.

Sudah pukul 06.15, aku harus segera berangkat. Kuambil ransel dan tas pakaianku. Hatiku terasa remuk dan mataku berkaca kaca. Tapi aku tidak boleh menangis. Aku yakin Papa bisa menyelesaikan semuanya.

Pak Jarwo dan Bibi sudah tidak ada dirumah sejak kemarin aku sampai dirumah. Aku memutuskan untuk berjalan kaki supaya mendapatkan angkutan.

~~~~~~~~~~

Syukur sekali sekolah masih sangat sepi. Ini masih pukul 06.45. Siapa yang mau sampai disekolah sepagi ini. Hanya orang gilalah yang akan melakukannya.

Selama berjalan dikoridor sekolah, aku menimbang-nimbang dimana tasku akan kusembunyikan. Dan keputusanku tertuju pada ruang musik. Ruangan ini sudah jarang sekali dipakai. Ruang musik ini sudah digantikan ruang musik yang baru di gedung utama sekolah.

Walaupun sekolah sepi, aku harus memperhatikan sekelilingku. Aku menoleh kekanan dan kekiri, hasilnya nihil. Aman, pikirku. Kulangkahkan kakiku kedalam ruangan.

Ruang musik ini tidak terlalu buruk. Walaupun gelap, tidak terlalu ada debu disini. Aku yakin tidak akan ada kecoak atau laba-laba yang menyerang tasku.

Kuletakkan tasku dibawah sebuah meja yang terlihat bersih. Kuperhatikan sekitar dan ini cukup menarik. Aku belum pernah masuk kesini sebelumnya. Aku berjalan perlahan-lahan sambil memegangi alat musik yang sudah tidak digunakan lagi. 

Ini aneh. Dipojok ruangan, sayup-sayup aku melihat sebuah piano besar dengan sebuah kursi panjang. Aku berjalan kesana, menyentuh ujung piano tersebut. Sedikit berdebu, batinku.

"Woaaaa!!!" Aku terkejut melihat sepasang kaki dengan sepatu kets hitam. Aku gemetaran.

"Gila, ini ruangan bersih tapi kok ada mayat, sih," teriakku sambil mengintip dari celah-celah jariku yang entah sejak kapan sudah menempel diseluruh wajahku.

Aku harus pergi dari tempat ini. Mayat ini membuatku gila.  Tapi, setelah kupikir kembali, bagaimana jika mayat ini membusuk dan menimbulkan bau busuk.  Aku harus segera memberitahunya pada orang lain.  Bagaimana jika nanti arwah mayat ini gentayangan.

Aku memberanikan diri untuk melihatnya lebih dekat. Mayat ini seorang lelaki, pikirku, bagaimana bisa dia tergeletak rapi disini? Apa ini pembunuhan?

Kuberanikan diriku untuk mendekatkan tanganku kekepalanya. Mataku tetap kututup. Ini pengalaman pertamaku melihat mayat secara langsung. Eh, kaki mayat.  Kuterka-terka dimana wajahnya. Kujulurkan jari telunjukku. Saat kurasa sudah tepat dipelipisnya, kudorongkan jariku kesana sambil menjauhkan badanku sebisa mungkin.

Saat sudah kuulang hampir lima kali, tiba-tiba sebuah tangan menggenggam pergelangan tanganku.  Deg... Deg.... Deg...  Mayat ini hidup.

~~~~~~~~~~~

Kira kira mayat itu siapa ya?? >_<
Tetap ikuti ceritanya guyssss
Maaf jika ada typo :))
~Yemilea


[1] INOUBLIABLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang