Bagaimana aku bisa mencintainya? Benar kan?
Awalnya, aku pernah melihatnya saat pendaftaran mahasiswa baru di universitas Seoul. Dari map yang ia bawa dan keberadaannya di kursi tunggu sekarang, mengisyaratkan bahwa ia akan mendaftar di kampus ini. Aku tahu jika ia sempat mencuri pandang kearahku beberap kali. Tapi, aku tidak peduli. Lagipula, bukan hanya dirinya yang melirikku terus-terusan, banyak wanita lain yang melirikku juga. Aku menganggap ini sebagai hal yang biasa saja.
Ternyata, aku dan dia satu klub-- photografi. Lagi-lagi, aku tidak menghiraukan keberadaannya. Mau dia ada ataupun tidak ada, itu bukanlah urusanku, benar kan? Dia hanya kuanggap sebagai angin lalu, selalu kuabaikan dan tidak pernah kusapa. Kami memang seangkatan, tapi tak ada peraturan untuk saling mengenal untuk mahasiswa yang seangkatan kan? Lagipula, aku tak peduli dengan keberadaannya.
Di tahun kedua kuliahku, aku menyukai seorang senior, namanya Soo Young. Dia cantik, bak putri raja. Bibirnya tebal dan merah, rambutnya hitam legam dan juga wajah cantiknya berhasil menyita perhatianku. Aku menyukainya, karenanya waktu itu aku gencar sekali mendekatinya. Padahal aku dikenal sebagai seseorang yang tak terlalu terbuka dengan perempuan.
Aku memberikan segalanya pada Soo Young, mulai dari perhatianku sampai dengan uangku, kuberikan semuanya. Itu karena aku mencintainya dan berharap hubungan kami berjalan dengan lancar. Bahkan aku sudah berpikiran untuk menjadikannya sebagai pasangan hidupku kelak.
Hubunganku sempat ditentang oleh ibuku lantaran ia tak suka dengan Soo Young. Alasannya karena Soo Young adalah mahasiswa abadi yang bahkan sampai sekarang tidak lulus-lulus kuliah. Tapi karena saking cintanya aku dengan Soo Young, diriku tak menggubris perkataan ibuku dan tetap bertahan dengan Soo Young.
Lalu, sebuah kejutan terjadi. Aku dijodohkan dengan orangtuaku. Dan yang lebih mencengangkan, aku di jodohkan dengan dia-- wanita yang satu klub denganku. Dia cantik, tapi sayangnya aku tidak tertarik dengannya. Saat itu, aku benar-benar kesal karena perjodohan ini.
Kukira dia orang yang jahat dan selalu ingin memaksakan kehendak, terbukti karena saat pertemuan keluarga dia terlihat tenang dan selalu tersenyum. Tapi sekarang, saat ia menawarkan sebuah bantuan padaku, aku jadi tahu bahwa dirinya adalah sosok yang pengalah. Kami selalu pergi bersama di hari minggu, aku yang kencan dengan Soo Young dan dia yang menikmati kesendiriannya. Saat itu.. aku memikirkan perasaannya.
Tak kusangka, selama ini ia mengambil fotoku secara diam-diam. Saat aku menggendongnya menuju kamar tidurnya, tak sengaja aku melihat fotoku yang tergeletak di meja belajarnya. Saat itu aku merasa tak suka karena ia sudah menyukaiku-- Namjoon juga pernah berkata bahwa wanita ini menyukaiku. Bukan karena apa, hanya saja tak pantas mengambil foto diam-diam saat aku sudah punya kekasih.
Polaroid miliknya yang kuhancurkan.. membuatku jadi merasa bersalah. Dan disaat aku tengah berjalan bersama dengan Soo Young, aku melihat dia dan seorang pria tengah duduk bersama. Pria itu menyentuhnya, mereka bahkan terlihat dekat. Aku hendak bersikap biasa saja, tapi.. tapi kenapa saat itu aku merasa ada yang aneh dengan hatiku?
Hal yang paling kutakutkan terjadi. Soo Young selingkuh dengan pria lain. Membuatku marah besar, menghapuskan segala kepercayaanku padanya, lalu memutusinya. Aku sudah memberikan semuanya untuk Soo Young, namun nyatanya wanita itu hanya memanfaatkanku. Seharusnya aku mendengar perkataan ibuku bahwa Soo Young tak pantas untukku. Dan dia benar-benar tak pantas mendapatkan cintaku.
Ada perasaan aneh saat dia menjauhiku. Dia berusaha untuk menghindariku sebisa mungkin, dan sumpah, aku merasa kehilangan. Angin yang selalu berhembus dan kuabaikan, ternyata bisa membuatku rindu akan belaiannya. Namjoon bilang, aku sudah jatuh cinta padanya. Secepat itukah? Padahal aku baru saja putus dengan Soo Young. Lalu, Namjoon meyakinkan jika sebenarnya aku tidak menyukai Soo Young dengan tulus. Aku hanya berpacaran karena rasa suka, Namjoon bilang cinta dan suka itu berbeda. Pantas saja, saat aku memutusinya.. tidak ada rasa sakit sama sekali. Malahan, disaat gadis angin itu menjauh.. dadaku terasa sakit dan sedikit kosong.
Aku terkejut saat tiba-tiba saja dia bilang mau mengakhiri perjodohan ini. Dia menangis dan berkata bahwa dirinya lelah. Aku tak tega saat melihatnya menangis, aku ingin merengkuhnya, membawanya kedalam dekaman hangatku yang menenangkan. Aku salah? Atau aku terlambat? Hingga akhirnya aku berhasil menahan kepergiannya, menciumnya dan berkata bahwa aku sungguh mencintainya. Tak peduli jika aku melakukan semua itu di depan kedua orangtua kami.
Dan sekarang, dia menjadi milikku seutuhnya. Memulai semuanya dari awal, meyakinkannya bahwa aku mencintainya. Berkata jujur bahwa jantungku tak sehat jika selalu berada di dekatnya. Kami berdua berjanji untuk menghabiskan musim semi berdua, dilapisi dengan kehangatan cinta dan lembutnya kasih sayang.
Musim semiku.. berakhir dengan indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring in Seoul [ KTH Series ]
Short Story[ COMPLETED ] ✔ Aku Kamu dan.. Musim semi di Seoul