Detik demi detik berlalu seperti seharusnya, selama berberapa detik cowok itu hanya terdiam, jadi apa ini?
Dia tersenyum, kemudian meregangkan tubuhnya sebentar, "kalau itu yang kamu pikirin artinya kita sama. Dan yang aku simpulkan adalah, ada seseorang yang masuk melalui jendela."
Arzan berujar dengan nada lembut, senyum anehnya menghilang tanpa jejak. Dia aneh, benar-benar aneh.
"Karena seperti yang kamu bilang, posisi piano membelakangi jendela, yang artinya menghadap pintu, kalau orang itu masuk melalui pintu, Ka Aros pasti menyadari hal itu dengan cepat."
Adara terdiam cukup lama dengan hal itu, berpikir dengan pikirannya yang sebenarnya sedang bercabang-cabang.
"By the way, gua mau nanya satu hal. Lo bener-bener gak bisa jawab pertanyaan dipapan beberapa hari lalu?" sejujurnya Adara masih penasaran, Arzan memiliki tampang orang pintar sebenarnya, tapi beberapa hari lalu dia dengan santainya mengatakan bahwa dia tidak bisa menjawab soal manapun yang ditulis dipapan.
"Tidak bisa, aku tidak mengerti satu angkapun yang ditulis disana."
Adara menipiskan bibirnya, rasanya sangat sulit untuk mempercayai hal itu. Pemikiran cowok itu luas menurut Adara, ditambah lagi dia memikirkan beberapa jawaban dari dua kasus berbeda tanpa menunjukan wajah kesulitan sama sekali.
"Masih ada lanjutannya,"ujar Arzan, cowok itu menelan tombol play pada handpone touch screennya,
"Jadi karena kurang cahaya, saya menutup jendela. Setelah itu saya duduk kembali, Pak. Ketika saya baru mulai memainkan nada awal mendadak ada yang menutup mata saya, awalnya saya pikir sahabat saya, karena cuma dia yang tahu saya ada diruang musik, tapi kemudian saya merasa itu bukan dia, kepala saya dihantam keatas tuts piano, baru kemudian kelantai. Setelah itu saya didorong menuju jendela, dan setelah itu semuanya terjadi. Saya sudah berteriak untuk meminta pertolongan, sayangnya tidak ada yang datang"
Setelah pengakuan itu suara terbanting terdengar keras.
"Sepertinya ada yang menyenggol meja dan handphoneku terjatuh." Arzan memandang handphonenya, membolak balikan benda pipih itu seolah sedang mengecek.
"Itu aneh, padahal ruangan musik sementara berada disebelah ruang guru karena ruang aslinya sedang direnovasi, kenapa bisa gak kedengaran ya?" Adara berujar mengabaikan ucapan Arzan mengenai handphonenya. Itu tidak penting baginya.
"Bukanya sudah jelas, kamu bilang, kata Delila ada kamus yang menekan tuts piano. Menurutku hal itu agar suara Kak Aros tidak terdengar." Arzan menatapku lurus, tampak santai
"Mengingat keberadaan kamus yang aneh, sepertinya hal ini direncanakan, sepertinya orang itu datang membawa kamus."
Adara menaikan alisnya, "keberadaan kamus yang aneh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Laten We Spelen
Mystery / ThrillerLaten we spelen Terror tersebar diseluruh sekolah, semua pikir itu mungkin hanya halusinasi para siswa atau mungkin hantu. Bukan sekali dua kali, kemunculan seseorang yang meneror itu hampir setiap hari. Sampai tulisan itu muncul, "Laten we spelen...