Tujuh

3K 682 5
                                    

"Hei Manis, aku penasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei Manis, aku penasaran. Kemana sebenarnya kamu mengantar semua kue ini?"

Kamu yang tengah membuka dompet mendongak, menubrukan netramu dengan milik Jaehyun. Ada sebuah rasa ingin tahu yang besar di sana.

"Kenapa? Kamu ingin ikut?"

Astaga. Demi kerang ajaib! Jaehyun ingin melompat setinggi mungkin saat kamu bertanya demikian padanya. Ini kesempatan yang langka! Sangat amat langka!

"Bolehkah?" tanya Jaehyun.

Kamu mengangguk. "Um." Tanganmu terulur untuk menyerahkan uang dengan jumlah yang diminta Jaehyun.

"Ah tapi pekerjaanku—"

"Pergilah."

Jaehyun dan dirimu sontak menoleh, menemukan Bibi Mary dengan nampan berisi kue blueberry di atasnya baru saja melenggang dari dapur.

"Pergilah dan temani gadis-ku," ujar Bibi Mary membuat Jaehyun menatapnya ragu.

"Apa boleh? Maksudku—Bibi baik-baik saja jika kutinggal?"

Gelak tawa Bibi Mary membuat Jaehyun menaikkan sebelah alisnya.

"Aku tidak setua dan selemah itu, anak muda. Jadi pergilah, aku akan menjaga toko. Dan bayaranmu tidak akan kupotong sepeserpun," katanya lagi lalu tersenyum lembut.

Jaehyun terkekeh, lantas menganggukan kepala seraya melepas apron dan meraih mantelnya. Kamu hanya menatapnya dalam diam, enggan memberi komentar.

Lelaki itu mengambil alih kotak kue yang berada di genggaman mu cepat. "Biar aku yang bawa."

"Terserah," balasmu. "Aku pergi Bibi Mary, terima kasih."

Wanita paruh baya yang sudah mulai menyusun kue itu pun tersenyum dan melambaikan tangannya. "Hati-hati! Jaehyun, jaga (Y/n) untukku."

"Tentu, Bi. Aku pergi!"

-Spring and Autumn-

"Kamu yakin ini tempatnya?"

Kamu mengangguk. "Iya. Kenapa? Kamu tidak ingin masuk?"

"Eh? Kamu ini bicara apa? Tentu saja tidak. Ayo masuk." Jaehyun menggenggam tangan mu—yang begitu mungil bagi Jaehyun—saat melangkah melewati gerbang yang terbuka.

Kamu menatap genggaman tangan kalian lalu punggung Jaehyun bergantian. Hangat sekali. Pipi dan dadamu menghangat.

"Sampai kapan kamu akan diam, Manis?"

Suara rendah milik Jaehyun membuatmu mengerjapkan kelopak mata beberapa kali sebelum berdeham gugup. Tanpa melepas tautan tangan, kamu mengetuk pintu di depanmu dengan satu tanganmu yang bebas.

Jaehyun nampaknya menyadari hal itu. Dia mengalihkan pandangannya pada tautan tangan kalian dan tersenyum kecil. Diam-diam dia bersyukur karena kamu tidak memberontak.

"Siapa—oh! Kak (Y/n)! Ibu, Kak (Y/n) datang lagi bersama—um," anak perempuan yang tadi berteriak itu memutar tubuhnya dan menatap Jaehyun yang berada di sebelahmu. "Bersama kekasihnya!"

Sontak saja pipimu kian memerah, sedangkan Jaehyun asyik terkekeh geli. "Dia menyebutku kekasihmu, bukankah terdengar menggemaskan?"

"Diam!" seru mu galak.

Kamu melangkah masuk, menarik Jaehyun ikut serta ke dalam. Hingga netra Jaehyun menatap sosok seorang wanita paruh baya dengan tatapan teduhnya menyambut kalian dengan hangat.

"Oh, masuklah sayang. Biar Ibu buatkan cokelat hangat. Dan siapa lelaki tampan ini?"

Kamu tersenyum. "Dia—"

"Kekasih (Y/n). Namaku Jaehyun, Bi. Jung Jaehyun," sela Jaehyun membuat kamu membulatkan mata. Apa-apaan itu?

"Jaehyun!"

"Kenapa manis?"

Ya Tuhan. Ingin sekali kamu memukul Jaehyun dengan tongkat bisbol.

Wanita paruh baya di hadapan kalian tersenyum. "Aku Lilyana. Jangan panggil Bibi, panggil Ibu. Hm?"

Jaehyun terdiam beberapa saat. Tangannya semakin menggenggam erat tanganmu, membuatmu menoleh padanya.

"Jaehyun? Kamu baik-baik saja?" tanya mu.

Seketika Jaehyun mengerjap dan bernapas dengan normal. "Ah, ya. Aku baik, terima kasih sudah bertanya. Dan Bibi Lilyana, apa aku boleh memanggilmu begitu? M-Memanggilmu Ibu?"

"Tentu saja," sahut Lilyana lembut. "Kamu sudah kuanggap menjadi anakku saat menginjakkan kaki di sini."

Jaehyun merasa hatinya menghangat. Saat Lilyana mengajak kalian berdua duduk di sofa ruang tengah selagi dirinya membuat cokelat hangat, Jaehyun menahan tanganmu.

"Ada apa lagi?" tanya mu malas.

Yang ditanya tersenyum. "Terima kasih, Manis. Aku berhutang sesuatu padamu."

Dahimu mengernyit dalam, tidak mengerti apa yang diucapkan Jaehyun. Tapi yang pasti, nada bicaranya membuatmu menaruh sedikit kepercayaan pada lelaki bermarga Jung yang masih menggenggam tanganmu erat. Kamu sendiri tidak mengerti kenapa.

-Spring and Autumn-

Season Series - Mei 2018

Season Series - Mei 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Season Series] | Spring and Autumn - Jaehyun VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang