Delapan

3K 685 17
                                    

Percaya atau tidak, kini Jaehyun boleh berbangga hati karena mampu menakhlukkan hatimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percaya atau tidak, kini Jaehyun boleh berbangga hati karena mampu menakhlukkan hatimu. Bukan. Bukan membuatmu jatuh cinta, membayangkannya saja Jaehyun tidak berani.

Setelah pulang dari Panti Asuhan kemarin, Jaehyun dan dirimu semakin dekat layaknya teman sebaya. Tapi tentu saja kamu tidak serta merta mengubah sifat dinginmu menjadi ramah.

Gadis yang manis menurut Jaehyun ini tetap seperti biasa. Berbicara dengan nada ketus dan dingin.

"Hei Manis, sepanjang kita berteman aku tidak tahu nama lengkapmu," ujar Jaehyun membuka percakapan.

Kamu berdecih malas seraya membalik halaman buku yang tengah kamu baca. "Memang kamu temanku, apa?"

"Eyy, galak sekali, sih? Aku kan cuma ingin tahu nama lengkapmu saja."

Jaehyun menyandarkan pipinya di atas meja. Lelaki itu kini tengah menemanimu membaca di Perpustakaan Kota.

Jaehyun mendapat libur hari ini, dan kebetulan sekali dia bertemu denganmu di persimpangan jalan saat dirinya akan pergi ke toko buah.

"(Y/n) Roseana, puas?"

"Aku Jung Jaehyun," balas Jaehyun kemudian tertawa pelan sedangkan kamu mendesah jengah.

"Jung," panggilmu sebelum menutup buku dengan kesal. "Bisa tidak sih kamu diam? Aku sedang membaca dan tidak bisa berkonsentrasi karena kamu selalu mengajakku bicara!"

Jaehyun menempelkan jari telunjuknya di bibir mu. Membuat gadis manisnya terdiam dengan wajah yang merah merona.

"Kamu terlalu berisik, Manis."

"Maka dari itu jangan—"

"Tidak sadar ya kamu ini terlihat menggemaskan saat marah?"

"Huh?"

Kamu mengernyitkan dahi bingung. Membuat si Pemuda Jung menggigit bibir bawahnya gemas, ingin sekali tangannya mencubit pipi gembil gadis di sampingnya ini.

"Aku ingin bertanya sesuatu," Jaehyun mengubah topik secara tiba-tiba. "Apa yang kamu lakukan di tempat persemayaman abu, (Y/n)?"

Jantung mu berdegup cepat saat Jaehyun memanggil namamu tanpa embel-embel 'manis'. Bukan nama lengkap memang, tapi panggilan Jaehyun padamu barusan benar-benar terdengar sangat manis.

"Mengunjungi seseorang yang sudah merenggut duniaku."

Giliran Jaehyun yang mengernyit. "Maksudmu?"

Saat melihat kamu yang menatap rak buku di hadapannya, Jaehyun merasa dia sudah salah langkah. Tidak seharusnya dia bertanya soal ini, hal ini menyangkut privasi, bukan?

"Jika kamu tidak ingin mengatakannya maka—"

"Aku mengunjungi orang yang sudah membunuh Ibuku, Jung," jawabmu pelan. Entah kenapa, kamu ingin bercerita pada Jaehyun tentang ini.

"(Y/n)..."

Kami menghela napas pelan kemudian mengulas sebuah senyum tipis. "Ibu dibunuh di depan mataku saat aku berusia tujuh tahun. Aku tidak bisa berteriak maupun menangis karena sangat terkejut. Setelah pemakaman, aku tinggal bersama Nenek di rumahnya yang berada tidak jauh dari Panti Asuhan. Saat itu aku tidak tahu harus berbuat apa, maka aku hanya diam di rumah. Namun seminggu kemudian, beberapa anak yang sebaya denganku—anak-anak yang tinggal di Panti—mengajakku bermain. Dan begitulah, aku jadi dekat dengan mereka. Kembali bersekolah seperti biasa juga bermain."

Jaehyun memperhatikan ekspresimu. Terdapat gurat kesedihan di sana, namun ada pancaran kebahagiaan yang begitu hangat di matamu. Jujur saja, Jaehyun ingin sekali merengkuh gadis mungil-nya ini.

"Mereka tidak punya orang tua, sama sepertiku. Tapi kami punya Ibu Lilyana dan Nenek yang selalu menyayangi kami. Percayalah, aku tidak pernah menangis. Bahkan saat Ibu dimakamkan, aku hanya diam menatap peti matinya. Ibu bilang aku tidak boleh menjadi gadis cengeng."

"Ayahmu...kemana?" tanya Jaehyun lagi.

Kamu menatap mata Jaehyun dengan lembut. Bibirnya—untuk pertama kali—tersenyum tulus pada Jaehyun.

"Ayah yang membunuh Ibu, Jung. Setelah itu membunuh dirinya sendiri."

Cukup. Jaehyun langsung menarikmu ke dalam pelukannya. Membiarkan kamu menenggelamkan wajahmu di dada Jaehyun. Tangannya naik untuk mengusap kepalamu dengan lembut. Jaehyun bersedia memberikan tempat paling nyaman untukmu menangis dan mengadu.

"Menangis, (Y/n). Aku akan memelukmu sampai kamu merasa lebih baik."

Dan untuk yang pertama kalinya juga, kamu menumpahkan segala kesedihanmu di dalam pelukan si Pemuda Jung. Membiarkan seluruh ragamu direngkuh erat, membiarkan air matamu mengalir melewati pipi dan membasahi pakaian yang dikenakan Jaehyun.

"Jung, aku—"

"Jangan bicara, aku tau itu sangat menyakitkan."

Kamu menyamankan diri dalam pelukan Jaehyun. Dan kamu nampaknya tidak sadar, bahwasanya bibir Pemuda Jung itu menempel dengan lembut di kening mu selama beberapa detik.

-Spring and Autumn-

Season Series - Mei 2018

Season Series - Mei 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Season Series] | Spring and Autumn - Jaehyun VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang