Ada satu hal yang baru Jaehyun ketahui tentangmu. Kamu akan pergi ke toko Bibi Mary pada hari Sabtu, minggu ke dua dan selalu memesan muffin cokelat dalam jumlah yang sama di waktu yang selalu sama pula. Pukul 2 siang.
"Ini sudah kali ke empat aku bertemu denganmu Nona manis. Dan kamu selalu memesan muffin cokelat dari sekian banyak roti dan kue di toko ini." Jaehyun memulai percakapan saat dirinya tengah sibuk menyusun pesananmu dalam kotak.
Yang diajak bicara hanya mendengus pelan. Netramu menatap Jaehyun lekat-lekat. Tersirat rasa kesal di sana.
"Bisa tidak sih kamu tidak mencampuri urusanku? Urus saja pekerjaanmu dan jangan penasaran akan apapun! Menyebalkan," kamu menggerutu dengan nada suaranya yang mengecil di akhir kalimat.
Sontak saja pemuda Jung itu tertawa geli. Manis sekali, pikirnya.
"Kamu itu terlalu menggemaskan, (Y/n). Oh! Juga terlalu dingin. Apa perlu kupeluk agar kamu mencair dan hangat?" Jaehyun menatapmu lembut seraya menyunggingkan senyum terbaiknya.
"Dalam mimpimu, Jung! Bisakah kamu berikan pesananku sekarang? Kamu membuang 7 menit berhargaku!" Kamu mengerang pelan saat Jaehyun terus saja memperlambat pergerakannya dan membuatmu harus berurusan lebih lama dengannya.
Malas sekali. Kamu hanya ingin mendapat pesananmu, membayar, lalu pergi.
"Oh iya, aku melihatmu di sekitar area persemayaman abu. Apa kamu mengunjungi seseorang?" tanya Jaehyun, kali ini tersirat nada keingin tahuan dalam suaranya.
Kamu tercekat. Tubuhmu menegang selama beberapa saat sebelum mencoba menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Seberapa banyak yang kamu lihat?"
Jaehyun mengendikkan bahunya acuh. "Hanya melihatmu berlarian dan diomeli seorang Nenek. Beliau Nenekmu?"
Di luar dugaan Jaehyun, kamu mengangguk dengan sorot mata yang meredup. Entah apa yang ada dalam pikiranmu, yang pasti Jaehyun merasa sedikit menyesal karena sudah bertanya macam-macam.
"Aku han—"
"Dia satu-satunya orang yang aku punya. Jangan tanya tentang apapun lagi, anggap saja kamu tidak pernah melihatku di sana," potongmu dingin. Cukup. Kamu tidak ingin Jaehyun bertanya lebih jauh lagi.
Jaehyun mengangguk, menutup kotak pesanan mu dan menghitung total pesanan seperti biasa.
"Tapi manis—"
"Astaga, bisa tidak sih jangan panggil aku manis?! Aku bukan susu cokelat! Berhenti memanggilku manis, Jung!"
Seketika Jaehyun terserang virus gemas. Ingin sekali rasanya mencubit pipimu, atau mengecupnya—eh? Apa tadi?
"Well, kamu memang manis, (Y/n), menggemaskan pula," elak Jaehyun tanpa rasa bersalah.
Kamu nyaris melempar tas kecil milikmu ke wajah Jaehyun jika tidak ingat bahwa perilakumu itu akan kamu sesali nanti.
"Ada satu hal yang membuatku terus bertanya tentangmu. Apa kamu selalu se-dingin ini? Maksudku sikapmu pada orang lain benar-benar dingin, termasuk padaku."
Kamu terdiam beberapa saat sebelum menatap Jaehyun tepat pada bola mata pemuda Jung itu. Tatapan yang tidak bisa Jaehyun artikan sama sekali.
Terlalu banyak teka-teki di sana.
"Bagaimana denganmu? Kamu selalu terlihat hangat. Itu memang benar sikapmu atau kamuflase?"
Jaehyun tertawa pelan.
"Apa yang kamu lihat belum tentu itu kebenarannya, manis. Dan lagi, jangan menilai orang lain hanya dari sampul luarnya."
Kamu tersenyum sinis. "Lantas kamu tidak bisa menilai orang hanya dari sampulnya, Jaehyun. Apa yang kamu lihat belum tentu itu kebenarannya. Bukan begitu?"
Pemuda Jung itu mengangguk. Senyumnya masih belum luntur dan tetap terlukis dengan baik di wajahnya.
"Kalau begitu, biarkan aku membuka sampul depanmu dan mempelajarimu lebih dalam. Kamu bilang jangan menilai hanya dari luar kan? Jadi, biarkan aku berada di dekatmu agar aku tahu bagaimana dirimu sebenarnya, Nona Musim Gugur yang manis."
-Spring and Autumn-
Season Series - Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
[Season Series] | Spring and Autumn - Jaehyun Version
FanfictionTwo different seasons, two different stories, one love. Season Series Spring and Autumn Version, Mei 2018