1. Help Me!

16.1K 656 17
                                    

Rasanya kini aku memiliki dua wajah. Senyuman ini lebih pantas berubah jadi taring lalu menggigiti mereka. Apa ini? Sepanjang hari aku berpura-pura bahagia. Menebarkan topeng semringah pada setiap titik dalam gedung yang kupijaki sekarang. Berpose dan saling merangkul di depan puluhan blitz layaknya pengantin serasi. Oh, ini benar-benar bukan seorang Carissa! Bisa terlihat bagaimana laki-laki di sampingku tampak bahagia. Tentu saja dia bahagia. Seluruh aset kakeknya resmi dia miliki sejak menikahiku pagi tadi.

Semenjak tiga bulan lalu -sebelum pernikahan- Kakek Jornald begitu memperhatikan kenyamanan yang aku dapatkan di rumahnya. Dia lembut bagai sutra, tapi entah mengapa bisa memiliki cucu seperti benang kusut. Benar-benar tidak cocok.

Lalu, dua pertanyaan menyerang otak. Jika almarhum orang tuaku berutang begitu besar, mengapa dia bersikap baik denganku? Dan mengapa harus menikahi cucunya? Jawabannya masih tanda tanya saat ini.

Beberapa jam kemudian pesta berakhir. Finally!

"Lama banget sih naiknya?" Tutur kata laki-laki ini selalu pedas. Mungkin di dalam mulutnya dia selalu mengunyah cabai.

"Astaga! Sabar kenapa? Susah, nih, gaunnya panjang!" sungutku tak mau kalah.

Kakek Jornald yang duduk di samping kemudi hanya tersenyum, pertikaian ini sudah biasa dilihatnya.

"Lelet banget," sindirnya.

"Bantuin!"

"Nggak minat."

Aku mendengkus kesal. Dasar batu! Lihat wanita kesusahan pun tak mau membantu. Gaun besar menjuntai ini membuatku kerepotan! Memerlukan beberapa menit sampai aku berhasil duduk dengan nyaman, u mobil pun melaju. Melesat menuju istana yang resmi kini aku tinggali. Seorang putri cantik jelita akan hidup bersama pangeran garang di dalamnya.

"Kalian pasti lelah," ucap Kakek, "abis ini kalian bisa menikmati malam bersama."

"Kakek!" Bola mata Eithar seperti akan keluar.

"Pasti, Kek. Kami akan menikmati malam ini." Aku menatap laki-laki di sebelahku, lalu menjulurkan lidah, dan tertawa mengejeknya.

"Nggak mau!" sanggahnya dengan wajah memerah.

"Kenapa, Sayang? Kita kan udah nikah."

Aku menikmati perbincangan ini. Eithar menjadi salah tingkah. Lucu. Terlalu sering dia mengerjaiku, kini waktunya membalas dendam. Sudut bibirku tertarik, rasanya menyenangkan!

"Nggak waras!" ejeknya dengan nada tertahan. Lalu menyibukkan diri dengan ponsel.

"Kek, lihat cucu Kakek. Dia jahat." Eithar menatapku tajam. Dan aku memasang wajah paling imut.

"Tukang ngadu!"

Kakek dan Pak Sobri -sopir kami- hanya tersenyum melihat dua anak manusia bertikai. Satu baik hati, satunya lagi tidak punya hati. Jelas aku si putri yang selalu ditindas oleh pangeran garang. Sesekali memang harus dibalas.

Kami akhirnya sampai di rumah. Eithar dan Kakek masih mengobrol di ruang tamu. Aku segera menuju kamar dan menguncinya, bermaksud agar si laki-laki dingin itu tidak bisa masuk. Malam ini biar kulepas penat seorang diri, menempati kamar ini sendirian tanpa diganggu.

Semerbak wangi mawar memenuhi ruang. Ranjang yang bertabur kelopak itu seakan sudah menanti si empunya. Dia memanggil-manggil untuk melepaskan penatku di sana. Kuempaskan tubuh yang masih terbalut gaun, memandangi langit kamar yang tampak tersenyum. Pandangan mengedar pada dekorasi kamar yang istimewa. Pernikahan ini tak pernah terkhayal, tapi kini aku harus siap mengarunginya. Kuhela napas berat.

Terlukis wajah Ayah dan Ibu di benak, dan aku bertanya,
"Apa ini yang kalian inginkan? Kalian bahagia? Udah nggak ada lagi utang kalian di dunia ini."

Mysterious Hubby(SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang