"Bang, si Enab lusa ulang tahun lho!" Salma mengejutkan Ali yang baru saja pulang mengajar.
"Benarkah? Ama gak lagi ngerjain Abang, kan?"
"Ih, Abang! Tau kaya gini, mending tadi gak usah Ama kasih tau!" Jawab Salma ketus.
"Eh, Ama! Maafin Abang ya! Kan biasanya Ama suka ngerjain Abang!"
"Yakali, Bang! Ama emang suka ngerjain Abang, tapi kan Ama gak suka bohong!"
"Hehehe, iya-iya! Abang percaya sama Adik kesayangan!"
"Sekarang, beritahu Abang! Apa yang biasa Zainab lakukan saat berulang tahun?"
"Rahasia!" Salma berlari, kemudian membalikkan badan dan menarik matanya dengan ekspresi mengejek.
Sungguh siapapun yang melihat kasih sayang kakak-beradik itu pasti akan sangat merasa iri.
Ali berusaha keras membujuk adiknya agar mau memberitahu apa yang dilakukan Zainab saat sedang berulang tahun. Setelah usaha keras tersebut, akhirnya Salma pun berhasil dibujuk. Salma mau memberi tahu beberapa informasi tentang Zainab.
Saat hari ulang tahun Zainab tiba, seperti biasa Salma menemani sahabatnya itu ke panti asuhan. Yah, beberapa tahun terakhir setelah tumbuh menjadi seorang gadis dewasa, Zainab sering mengunjungi panti asuhan untuk berbagi sedikit rizki. Terutama saat ulang tahun seperti ini, Zainab akan mengosongkan jadwalnya agar bisa berada lebih lama di panti asuhan.
Dan seperti biasa, Salma sudah menyiapkan sebuah pesta kejutan untuk Zainab. Sebuah pesta sederhana, yang merupakan serangkaian pembacaan kitab Maulid Diba'. Disertai dengan pembagian puluhan kotak makan dan juga bingkisan untuk anak-anak di panti asuhan tersebut.
Namun, yang berbeda setiap tahunnya adalah hadiah dari Salma. Salma biasanya memberikan hadiah-hadiah yang sungguh tidak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang. Pernah suatu ketika, Salma memberikan hadiah sekotak surat ucapan selamat ulang tahun untuk Zainab, yang ditulis sendiri oleh anak-anak di panti asuhan tersebut.
Salma juga pernah memberikan hadiah sebuah kaligrafi Arab bertuliskan nama Zainab, yang ia buat bersama anak-anak di panti asuhan tersebut. Dan kali ini, Salma tidak memberi hadiah apapun untuk Zainab, selain pesta kejutan seperti biasanya. Zainab merasa aneh terhadap sahabatnya itu.
Karena merasa pesta ulang tahunnya sudah berakhir, dan Salma juga tidak menunjukkan tanda-tanda untuk memberinya hadiah seperti biasa, Zainab pun memutuskan untuk pergi ke taman belakang panti asuhan. Sungguh betapa indahnya tempat tersebut. Rerumputan hijau dengan aroma khasnya menghiasi sepanjang taman, pohon-pohon nan rindang dan teduh pun membuat hati terasa damai.
Langkah-langkah kaki Zainab mulai menapaki taman belakang. Salma berjalan di sampingnya sambil beberapa kali menengok ke atas, seperti sedang melihat sesuatu.
Zainab pun merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu, "Ama! Kamu kenapa? Apa yang kamu lihat di atas sana?"
"Eh, e..enggak, kok! Gak ada apa-apa, kita berhenti dulu di sini! Ama capek, Enab!" Salma berusaha mengalihkan pandangan Zainab agar tidak menghadap ke atas.
Salma memegang bahu Zainab untuk berusaha menghentikan langkahnya. Sementara Zainab masih merasa terpaku melihat tingkah aneh sahabatnya itu, Salma mulai mengambil langkah sedikit menjauh dari Zainab.
Zainab kemudian mulai tersadar karena, ada beberapa daun yang menyentuh tangannya. Seketika itu turun daun-daun kecil berwarna hijau muda agak kekuningan. Zainab terbelalak, disusul senyuman yang mulai menghiasi wajahnya. "Masyaallah, daun-daun berguguran di hari ulang tahunku!"
Ia kemudian mengadahkan tangannya untuk menyambut dedaunan itu. Ia juga bergetar memutar untuk menikmati suasana sore hari yang begitu indah di hari ulangtahunnya. Terpancar rasa bahagia yang teramat sangat di wajahnya.
Beberapa menit kemudian, Zainab tersadar, "bukankah di sini pohon mangga! Tapi, kenapa daun-daun yang gugur seperti daun Asam Jawa?"
Zainab kemudian menatap Salma tajam, "pasti ini pekerjaanmu, kan, Ama!"
"Eh..eh..bukan aku!"
Zainab kemudian menghadap ke atas, berusaha mencari tahu ada apa di atas pohon. Dan benarlah, ia melihat beberapa anak panti asuhan sedang menaburkan dedaunan Asam Jawa ke bawah.
"Masyaallah! Adik-adik, ayo turun! Bahaya di atas sana!" Kata Zainab.
Setelah anak-anak panti asuhan tersebut turun, Zainab mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka dan juga Salma yang telah memberikan hadiah yang sangat indah di hari ulang tahunnya. Anak-anak panti asuhan kemudian kembali ke dalam panti asuhan.
"Eh, Enab! Tapi, ide dan hadiah ini bukan aku lho yang bikin!" Kata Salma.
"Terus, siapa yang bikin?"
"Itu!" Salma menunjuk seseorang yang sedang berada dibalik pohon di kejauhan.
Pipi Zainab kemudian mendadak memerah. Benarlah ternyata yang memberikan hadiah kejutan itu adalah Ali. Ali bersembunyi dibalik salah satu pohon yang paling ujung dari deretan pepohonan yang ada di taman belakang panti asuhan.
Meskipun Zainab dan Salma terlihat sangat kecil dan hampir tak terlihat dari kejauhan, tapi Ali sudah merasa sangat puas bisa melihat kebahagiaan Zainab di hari ulang tahunnya.
*****
Beberapa hari kemudian, seperti biasa setelah majelis taklim selesai, Ali berusaha berbicara dengan Zainab dibalik syatir. Dan kali ini, terjadi sebuah pembicaraan yang amat sangat serius.
"Zainab! Setelah tiga bulan menjalani taaruf, saya merasa mantap untuk menuju pada langkah selanjutnya! Bismillahirrahmanirrahim, Insyaallah tiga hari lagi, saya akan datang ke rumah Zainab kembali untuk mengkhitbah Zainab!" Kata Ali dengan sangat gugup.
Zainab pun terdiam. Hal tersebut membuat Ali semakin bertambah gugup dan bertanya-tanya. Apakah Zainab tidak menyukai perkatannya? Atau Zainab ingin menolaknya?
"Maaf, jika apa yang saya katakan ini membuat Zainab terkejut! Tapi, jika Zainab tidak berkenan dengan saya, Zainab bisa mengatakannya! Insyaallah saya bisa mengerti!" Tambah Ali.
Zainab masih terdiam, kemudian Salma mengambil alih, "kediamannya adalah tanda keridhaannya, Bang!"
Zainab masih tidak mengatakan apapun, itu berarti Zainab menyetujui rencana Ali yang akan mengkhitbahnya. Hingga, Ali pun mengucapkan salam, barulah Zainab menjawab salamnya. Saat itu bunga-bunga kebahagiaan mulai bermekaran di hati Zainab. Ia berpikir bahwa setelah proses khitbah tersebut, maka sebentar lagi ia akan menikah dengan Ali.
Setelah pulang ke rumah, Zainab mulai memikirkan beberapa hal tentang acara khitbahnya nanti akan seperti apa. Zainab pun mulai berusaha menyiapkan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zainab (BLM Writing Marathon)
RomanceSetelah kepergian Ali melanjutkan studi ke Mesir, selain merasa hancur karena rencana pertunangannya yang terpaksa dibatalkan, Zainab harus menghadapi sebuah ironi kehidupan tentang sebuah perjodohan dengan laki-laki yang samasekali tidak ia cintai...