"Berhentilah untuk menghujat dan menghina seseorang. Lebih baik kau berdiri di sampingnya dan membantunya menyelesaikan masalah."Seperti biasa, mrs rempong selalu berpenampilan layaknya banci daerah.
Gue udah bosan melihat gayanya itu. Tapi apa boleh buat, mungkin dia nyaman seperti itu.
Gue pikir rasa malunya mungkin sudah lelah bersemayam lama-lama di dalam tubuhnya sehingga ia minggat dari tubuhnya mrs rempong dan membuat mrs rempong tidak mempunyai rasa malunya lagi.
Hah bosan rasanya bila harus menunggu bel berbunyi.
Dan benar setelah gue berpikir seperti itu bel berbunyi.
Gue temuin sesosok makhluk yang menghampiri gue. Itu bener-bener membuat bulu kuduk gue merinding.
Yang pasti itu bukan makhluk halus yang sering gentayangan. Bahkan ini lebih menakutkan dari pada makhluk alus.
Siapa lagi kalau bukan Sintia and the geng nya itu.
Kalau orang-orang biasanya menyebut mereka dengan Geng Kapak Indonesia atau di singkat dengan GKI.
Gue ngelihat mereka berjalan menuju arah gue.
Jujur gue udah lemas dan malas bila harus meladeni mereka. Apa lagi kalau gue harus mengeluarkan jurus angsa terbang gue.
"Hey Alfa Andara Tita. Seorang cewek tomboy di kelas ini. Lo tau kan kami ini geng terbaik di sekolah ini?" Ujar Sintia si ketua geng kapak pada gue.
Gue lalu membalikkan kedua bola mata gue menatap malas ke arah mereka.
"Sekarang lo mau apaan? Lo mintak gue sumpal pakai sendal jepit super gue lagi ha? Gue udah bosan dengan ocehan kalian. Cepetan ngomong!" Ujar gue tanpa basa-basi lagi.
"Wow wow wow, santai dong gue mau ngomong sama lo. Oke oke gue to the point aja biar nggak lama." Ujar Sintia lagi dengan bacotannya yang membuat gue tambah jijay.
"Ya udah cepetan gue laper!"
"Oke, oke jadi gini, gue mau nyampein ke lo mending lo jauh-jauh deh dari Vero. Lo tau kan? Seorang gadis tomboy nggak cocok banget sama seorang the most wanted di sekolah ini?" Ungkap Sintia si ketua Geng.
"Betul! Harusnya lo tu ngaca, masak iya cewek kayak gini di jadiin pacar? Yang ada kiamat dunia." Tambah Rani yang ikut-ikutan nimbrung.
Ooo gue ngerti. Sintia pasti ngelihat Vero anterin gue ke UKS dan ngasih perhatian ke gue.
"Heh denger ya cabe rawit, lagian gue dan Vero itu nggak ada apa-apa. Lagian gue nggak menaruh barang juga kok buat Vero. Maksud gue, gue nggak naruh hati juga kok buat Vero. Lagian kalau pun Vero nggak suka sama gue , emangnya lo yakin Vero suka sama lo? Lo nya aja kali yang ngaca, dan lo nya aja kali yang kecentilan. Dasar cabe! "
Sumpah kali ini kata-kata gue bener-bener pedas kayak cabe rawit.
"Lo bilang gue cabe? Lo yang lebih cabe, ganjen semua orang juga udah tau ya kalau lo itu modus minta di anterin ke UKS sama Vero." Bantah Sintia dengan nada esmosi.
"kalian kok malah diem aja udah hajar aja nih anak. Gue udah kesel abis sama kata-katanya. Telinga gue rasanya mau meledak denger kata-katanya." Umpat Sintia di sela-sela amarahnya.
Fani yang sedari tadi diam ikut membuka mulutnya.
"Heh Sintia and the geng! Lo itu bener-bener nggak punya rasa malu ya sama aja kayak mrs rempong. Nggak pernah bosannya bikin ribut mulu. Bilang aja lo itu iri kan Vero itu ngasih perhatian buat Alfa?" Timpal Fani yang berdiri di samping gue.
Tiba-tiba Vero dateng dan melerai kami berdua.
"Hey girls, are you okey? What are the conflict? Mengapa kalian tampak ribut? Tanya Vero yang heran dengan kami.
Gue lalu menjawab tanpa perlu aba-aba.
"Heh Vero, kalau cabe ini cewek lo, mendingan lo ajarin deh kelakuannya. Sifatnya nggak ada bedanya sama si banci idiot. Oooh ya Tuhan mengapa semua orang di sekolah ini sudah mulai tidak waras?"
Vero bingung dan berusaha mencerna kata-kata gue.
"Cewek? Maksud lo pacar? Gue nggak pernah pacaran apa lagi nembak Sintia." Ujar Vero pada gue.
Gue udah mulai nggak tahan dengan keadaan itu. Gue lalu menarik tangan Fani ke kantin dan meninggalkan geng kapak di dalam kelas.
Setelah beberapa langkah gue pergi geng kapak lalu mencaci, mengumpat dan menghina gue.
Awalnya Fani pengen balik arah dan ngejitak pala tu orang satu per satu.
Tapi gue nahan Fani dan menariknya berjalan layaknya seekor kambing.
Setau gue, geng kapak itu berisi empat orang anggota.
Si Sintia ketua geng, Rani teman Sintia yang doyan makan, serta Dea yang selalu ikut-ikutan, ditambah Sasya sang pelawan kesiangan.
-00-
Di kantin, gue nggak sengaja nabrak Ana.
Ana sahabat gue dari kelas dua smp. Dia bener-bener sangat perhatian pada gue.
Namun sejak berbeda kelas, gue dan Fani tersisihkan dari sosok Ana.
Brukkk!!! "Aww sakit.. " Ana meringis kesakitan.
"Eh sorry, sorry Na, gue nggak sengaja. Sini gue bantu berdiri." Ujar gue karena nggak sengaja nabrak Ana.
Ana masih memegangi dan mengelus-elus pantatnya yang baru saja mencium lantai.
"Lagian lo sih, jalan kayak dikejar sama tukang kredit aja. Sakit tau pantat gue yang tepos." Ujar Ana setelah bangkit dari lantai.
"Iya nih, si Alfa habis berantem. Maka dari itu lo liat aja tampangnya kayak nenek lampir." Timpal Fani tiba-tiba.
Ana masih berpikir sambil memegang pantatnya.
"Berantem? Lo berantem sama siapa Fa?" Tanya Ana heran.
"Siapa lagi kalau bukan sama geng kapak yang isinya cebe-cebean. Pedes pakai bingits." Ujar Fani dengan gaya mrs.rempong.
"Ooo, mereka lagi rupanya. Apa mereka nggak bosan ya keluar masuk ruang bk? Apa mau nambah lagi kali?" Jawab Ana.
"Tau ah gue nggak pikirin. Btw sorry ya Na udah nabrak lo." Ujar gue lagi.
"Iya, iya nggak apa kok. Eh btw kita makan yuk, hari ini gue traktir. Kan udah lama banget kita nggak ngumpul." Tawar Ana pada gue dan Fani.
"Eh, nggak usah. Lagian gue udah nabrak lo juga. Nggak apa biar kita makannya barengan tapi bayarnya sendiri aja, hehe." Tolak gue pada Ana.
Fani tidak terima akan hal itu, dia lalu protes pada gue.
"Yelah Fa, sesekali napa. Kapan lagi kita bisa ditraktir. Kemaren juga kita harus bayar sendiri gara-gara si Nabila nggak bawa uang. Udah deh nggak usah malu-malu babi juga kali Fa." Timpal Fani.
"Malu-malu kucing kali Fan." Balas Ana.
"Nah iya itu maksud gue. Ujar Fani memutar balikkan fakta.
Ana lalu terkekeh dengan jawaban Fani.
"Yaudah deh gue nurut apa kata kalian aja."
Gue hanya bisa mengalah karena gue udah laper pakai banget.
"Yeeee asyikkk di traktir Ana!!!" Teriak Fani pelan.
Akhirnya gue, Fani dan Hana makan bareng di kantin dan Ana yang bayar semuanya.
Be patient for all the insults given, someday they will also feel it too. Sometimes we are under, sometimes we are above. Everything depends on our nature
-To be continued /TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Rempong
TerrorSemenjak kedatangan guru yang super duper aneh itu, kelas gue yang tadinya aman-aman saja menjadi gila nggak karuan. Ditambah juga dengan sahabat gue Fani Marcela Putri yang memang aneh tingkahnya kayak alien. Pikiran dan jiwa gue yang mulai melay...