450 Mdpl

14 1 0
                                    

Mungkin aku, kamu, dan seluruh manusia dalam hidup ini akan mengatakan "Menunggu adalah Pekerjaan Paling Membosankan". Benar tidak ? May be.

Sama seperti saat ini, Ilham tengah menunggu Pita didepan kelas X Bahasa 2 (kelas pita sekarang). Ilham tengah berdiri menyandarkan dirinya pada penyangga depan kelas dengan melipat kedua tangannya di dada, Sambil mengamati pita lewat kaca kelas. Disana terlihat Pita tengah sibuk serius mencermati guru yang tengah mengajar. Entah mengapa ada seberkas senyum dalam wajah Ilham.

" Ayo kak cepat, katanya mau kemana ? Lelet ih" pita langsung menarik tangan ilham setelah dia keluar kelas.

"Hey.. Santai nona, aku dari tadi tengah menunggumu.." masih tidak bergeming dari sandarannya.

"Hehe.. " Pita nyengir.

"Mari " Ilham melepas cekalan tangan pita dan menggantinya dengan menggenggam tangan pita.

***

"Hey, are you ok ?" Ilham menepuk bahu pita.

Pita termenung menatap ke atas bukit.

"Pita.. Are you ok ?" Ilham mengulang.

"Kak Ilham ini dimana ? Kita mau kemana ?"

"Kita akan ke atas sana " Ilham menunjuk ke atas bukit itu.

"Ng-ngapain ?" Jujur sejujurnya pita sangat takut, dia takut kalo ilham akan melakukan hal aneh padanya.

"Hahaha... Kamu takut ?"

Pita hanya diam, menatap nanar ilham.

"Hey, kamu takut ? Tenang, aku gak bakalan ngapa-ngapain kamu" Ilham mencubit hidung pesek pita dengan menjepitnya diantara telunjuk dan jari tengah.

"Argh.. Kakak bukan pedofil atau psikopat kan " pita menepis tangan ilham.

Ilhampun sedikit membungkukkan badanya dan menatap pita.

"Kau tahu ? Bagiku wanita adalah mahkota yang harus dijaga dan bukan sembarangan untuk dipegang sebelum sah memilikinya. Aku bukan tipe perusak wanita. Aku hanya akan menunjukkan sesuatu di atas sana, dan aku yakin kau akan menyukainya pita.."

Pita mengangguk paham, kemudian tersenyum.

"Iya kak, aku percaya sama kak ilham. Maaf"

"Udah ah ayuk, ntar kita kehilangan"

"Kehilangan apa ?"

"Nanti kau akan tau". Ilham menggenggam tangan pita dan menuntunnya naik ke atas bukit.

***

Mereka sampai diatas bukit sekitar pukul lima sore, dimana langit mulai berwarna jingga karena mentari mulai tenggelam diufuk sana. Kalo dilihat dari atas bukit itu, mentari seperti menenggelamkan tubuhnya di ujung kota, dengan gedung-gedung tinggi yang tersebar di kota sana.

Pita speechless. Menatap sekeliling kemudian fokus pada titik mentari akan tenggelam.

" Kau menyukainya ?"

"Sangat" pita masih menatap lurus tanpa kedip ke arah mentari.

Ilham menoleh dan menatap pita yang sedang terpana. Lalu dia tersenyum, ada kehangatan yang mengalir di dada ilham.

"Mari duduk" ajak ilham.

"Bukit ini tingginya sekitar 450 mdpl. Tidak terlalu tinggi memang, setengah jam mungkin yang dibutuhkan untuk sampai di sini. Tapi keindahannya tak kalah indah dengan puncak-puncak gunung. Aku sering kesini, sekedar untuk menyaksikan keindahan mentari dan kota di bawah sana ataupun menenangkan pikiran." Ilham menatap lurus ke arah mentari.

"Iya, ini indah kak ". Ilham menoleh dan tersenyum pada pita.

Lalu ilham membailkkan badan pita agar berhadapan dengannya.

" kau boleh ke sini kapanpun kamu mau "

" kalo sendirian takut, maunya sama kak ilham " ilham tersenyum.

"Iya, tapi barangkali kau ingin ke sini sendiri kamu gak usah takut, karna jarang sekali yang kesini"

"Kenapa ?" pita memicingkan mata.

"Entahlah"

Lalu ilhampun menangkup wajah pita dan pita tidak menolak itu. Keduanya saling menatap, ada kehangatan dan kedamaian yang mengalir dalam diri kedua insan tersebut.

"Terimakasih pita.. Kau selalu membuatku tenang ".

" selalu ? Maksudnya ?"

"Hehe, bukan apa-apa. Lupakan, kau mau sesuatu ?" ilham mengambil sesuatu di balik saku jaketnya.

"Hm ?"

"Nih.." ilham menyodorkan coklat ratusilver.

"Awawww... Yuhuu coklat, makasih kak ilham. Tau aja aku suka coklat muehehehe".

" kan katanya santai belum lengkap tanpa ratu silper hahahahaa"

"Ratu silper ? Oh aku tahu ! Hahahhh aya aya wae "

***
19.38

"Makasih kak, mau masuk dulu apa mau langsung pulang ?" tawar pita ketika dia sudah sampai didepan pintu rumah diantar oleh ilham.

Uhuk uhuk. Si riko nongol dari dalam rumah dengan tangan kiri dibelakang ala penasihat istana. Alahh preeet !

"Wah, pacar baru rupanya.. Pantes jam segini baru pulang. Udah diapain aja kak ?"

Pita cuma bisa melotot ke riko sambil ngoceh dalem ati kek disinetron-sinetron gituuh ("anjuuuyyyy , ngapa ni tuyul nongol sambil ngoceh kagak jelas sih ?! Bikin malu aja !")

"Eh ini adek kamu pita ?"

"Hehe, iya maaf adek aku emang suka gitu kalo ngomong ngelantur. Hehe" pita kikuk

"Nggak papa, lucu adek kamu tuh. Hei nama kamu siapa dek ?"

"Riko, si dedek emeshnya kak pita yang suka ngupil disembarang tempat dan cebok pake tangan kanan "  sontak pita langsung jitak kepala riko.

"Eh dedek gue yang gemesh kek kotil dugong, kalo ngomong suka pitnah ya sekarang... Jangan didengerin kak, itu pitnah" pita merajuk dengan melipat tangan di dada.

"Hahahaaa kenalin kakak ilham " ilham bersalaman dengan riko.

"Ya udah, aku pulang dulu ya, pit rik. Assalamualaikum" ilhampun pamit pulang.

"Walaikumsalam" balas riko dan pita bebarengan.

"Gimana ? Cihuy gak rik ?" pita menaikkan turunkan alisnya. Menanyakan pendapat riko tentang ilham. Tentu setelah ilham sudah tak nampak lagi lubang kupingnya.

"Gans sih, cuma..."

"Elah tuyul ! Nggak usah nggantung juga kali ! Cuma apa ?"

"Cuma... Cuma Kamu... Tet tet tet te nonet nonet🎤🎤" riko malah nyanyi lagu nya Abang ewok Rhoma.

"Elah tai laler ! Serah lu dah.. Penting tuh gitar gue benerin sono "

"Kagak mau. Wleeee" riko malah menjulurkan lidahnya dan langsung nguyur ke kamar.

"TUYUUUUUUUUUUULLLLLLL"

****

Gimana dengan jalan ceritanya ? Gue harap kalian menikmatinya.

Absurd LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang