2. Tinggi

4.1K 304 4
                                    

.

.

.

.

.

Malam itu seorang pemuda dengan buku ensiklopedia di tangan kiri dan sebuah pena di genggaman tangan kanannya spontan mendongakkan kepalanya, pandangannya terhalang oleh beberapa tanaman hias yang memang sengaja ia gantung pada jendela kamarnya.

Kedua obsidian legamnya menelisik ke arah gerbang apartemen yang menjulang tinggi.

Dari sudut pandangannya itu ia menemukan sesosok perempuan baru saja memasuki gerbang dengan berjalan kaki.


Jika ia tidak salah lihat, perempuan itu memasuki kawasan apartemennya seperti sedang mengendap-endap. Atau kah gadis itu sedang berjalan tertatih-tatih? Sempoyongan? Ia tidak tahu.


Pemuda itu menghela nafasnya cukup dalam. Sudah sering kali dirinya memergoki tetangga seberang unit apartemennya itu pulang terlalu larut malam seperti ini, bahkan kini sudah hampir memasuki fajar.


Pukul tiga dini hari, terlampau sering tetangganya itu ia temukan dalam kondisi yang begitu mengenaskan. Jika sudah pulang pada jam-jam seperti ini, ada saja masalah yang akan terjadi kepadanya. Ia sudah terlalu hafal dengan gerak-gerik kebiasaan tetangganya itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya sedikit mengkhawatirkan perempuan itu.


“Bin.”


Pemuda itu menyenderkan punggungnya pada ambang pintu, menatap tetangganya yang baru saja tiba itu hendak membuka slot kunci pintu di seberangnya. Memperhatikan dengan seksama, sebenarnya ia memang sedang menunggu.


“Mabuk lagi ya?” Tanyanya dengan pelan, namun tatapan pemuda itu berubah menjadi tatapan sinis.


“Dapet duit berapa malem ini hm? Sama om-om? Berondong? Oh, Seumuran?” Rentetan pertanyaan dengan nada yang mengintimidasi Ia lontarkan. Bukan lagi di tujukan untuk menyinggung sang gadis, tetapi memang sedang menghakimi tetangganya itu yang saat ini sedang mengenakan pakaian yang terlalu minim.


Gadis itu Kwon Eunbin masih diam berdiri tetap pada posisinya, membelakangi si pemuda yang lebih tinggi darinya itu. Tidak perduli akan cacian yang mau tak mau tertangkap oleh indera pendengarannya yang dilontarkan oleh pemuda itu.


Cukup kebal Eunbin mendengar kalimat-kalimat yang sebenarnya tidak pantas ia dengar secara langsung seperti ini.


Sudah cukup muak Eunbin mendengarnya sendiri dari mulut seorang yang pernah mengatakan bahwa akan selalu melindungi dirinya.


“Udah diapain aja? Berapa cowok??!” Nada bicara pemuda itu semakin meninggi.


Selalu, selalu saja seperti ini.


Dengan kesal Eunbin membalikkan tubuhnya, menatap tajam pemuda itu sebelum hendak melayangkan tamparannya.


Namun belum sempat terangkat, lengannya sudah tertahan oleh genggaman erat sang pemuda membuatnya harus meronta untuk melepaskannya.


Pemuda itu pun sama, menatapnya dengan dingin. Hanya karena dirinya tidak tahu apa yang sudah gadis itu lakukan hingga harus pulang selarut malam seperti ini, ia sampai hati berulang kali bertindak bodoh seperti ini.

APARTEMENT - 00'LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang