Chapter 1

24 0 0
                                    

Nama wanita itu... Fatimah.
Semenjak ayah dan ibunya meninggal karena tabrakan, ia hanya hidup seorang diri. Fatimah benar-benar merasa kehilangan. Ibadahnya semakin bertambah semenjak ditinggal oleh kedua orangtuanya.
Karena dia ingin menjadi anak yang sholehah supaya ayah dan ibunya masuk kedalam surga dan mendapat ridho-Nya.

Selang beberapa bulan setelah kepergian orangtuanya, rumah Fatimah kedatangan tamu tak dikenal.

Tok..tok...tok...
"Assalamu'alaikum."
Fatimah yang berada didapur lantas menoleh kesumber suara sambil berfikir pagi-pagi begini ada tamu ? Astaghfirullah aku malah nggak jawab salam, gumam Fatimah
"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Balasnya.
Ia pun bergegas membuka pintu utama dan mendapati tamunya sekitar lima orang.
Mereka takjub melihat kecantikan Fatimah, ternyata wanita ini yang akan menjadi menantu keluarga Pak Wijaya Kusuma.

"Silahkan masuk." Ajak Fatimah dan menyuruh mereka duduk.
"Sebentar saya buatkan minum."
Aku belum pernah melihat mereka, ada urusan apa ? Pikirnya yang mulai deg-degan.

"Silahkan diminum tehnya."
Kemudian ia duduk membiarkan mereka menyeruput tehnya.
Ada satu lelaki yang selalu menatapnya, Fatimah semakin menunduk dan beristighfar.
Ya Allah orang ini kok liat aku terus, kan risih astaghfirullah. Kemudian menoleh kepria yang tampak lebih tua.

"Langsung saja, nama saya Wijaya Kusuma. Dan mereka semua adalah keluarga saya. Maksud kedatangan kami kesini nak Fatimah, mau melamar kamu untuk anak saya Farhan." Lantas menoleh kepria yang dimaksud.
Fatimah kaget bukan main, saat ini mulutnya ternganga dan langsung ia tutup menggunakan tangannya. Sedangkan tiga orang perempuan yang tak lain adalah ibu dan saudari-saudari Farhan melihat Fatimah dengan ekspresi tidak suka.
"Maaf pak, saya tidak bermaksud lancang. Tapi sebelumnya kita tidak pernah bertemu kan pak ? Bagaimana bisa anda langsung melamar saya untuk anak bapak ?"
Fatimah sangat penasaran dan menatap lekat wajah Pak Wijaya.
"Sebenarnya ini wasiat dari almarhum saya. Jadi apakah nak Fatimah mau menerima lamaran ini ?"
"Apa boleh pak kalau saya menjawabnya besok saja. Jujur saya masih bingung dengan kejadian ini." Tawarnya.
"Tentu boleh." Jawab pak Wijaya sambil tersenyum.



Masih penulis amatir. Mohon pemaklumannya yah😊😊. Kalo ada koreksi silahkan.😊😊
Jangan lupa divote yah ☺☺😊😊😊

PERJUANGAN DAN TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang