Tepat pukul 12.00 Farhan sampai dirumah menuju kamarnya mencari sosok perempuan yang selama ini sudah membuat hatinya luluh. Hanya saja ia belum mau mengakui bahwa kebencian kepada Fatimah sudah menjadi cinta yang tulus bukan karena harta warisan.
Cklek...
Fatimah kaget melihat Farhan dan langsung menutup buku diarynya yang masih ia genggam."Aku sudah siapkan makan siang dibawah, kamu turun duluan nanti aku nyusul." Kata Fatimah berdiri dari tempat duduknya.
"Oke." Menutup pintu dan pergi keruang makan.
Tuutt...
"Assalamu'alaikum ummi." Salam Aliyah girang."Wa'alaikumussalam warahmatullah anak cantik. Aliyah mau ketemu sama ummi nggak ditaman nanti ?" Tawar Fatimah yang sebenarnya ada niat lain.
"Mau dong. Jam berapa ummi Fatimah ?"
"In syaa Allah habis shalat dzuhur. Bisa kan sayang ?"
"In syaa Allah ummi."
"Ya sudah ummi Fatimah tutup teleponnya yah. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam warahmatullah ummi cantik."
Setelah menelpon Aliyah hati Fatimah menjadi lega.
Ya Allah semenjak ketemu Aliyah entah kenapa aku merasa seperti seorang ibu. Meskipun hanya bertemu diluar. Gumamnya dalam hati sembari tersenyum.
Menyadari suaminya makan sendiri Fatimah bergegas kemeja makan."Astaghfirullah Farhan !" Kaget melihat pria itu makan seperti orang kesetanan.
"Kok lama ? Ngapain sih ?" Sambil melahap makanan.
"Habis menelpon Aliyah, nanti aku mau ketemu." Duduk disamping Farhan.
"Emang dia siapa sih ? Kalian sering telfonan habis itu ketemuan." Protes Farhan yang belum selesai mengunyah makanan.
"Ih. Makan dulu, jorok deh. Tuh nasinya pada keluar."
"Iya sayang."
"Hah...." Fatimah yang baru saja ingin makan langsung menoleh. Yang ditolehi malah asyik dengan makanannya.
***
"Abi setelah shalat dzuhur nanti antar Aliyah ketemu umi Fatimah yah." Melanjutkan makannya.
"Tapi abi mau kekantor kalau udah makan siang."
"Afnan." Panggil kakek Aliyah melotot. Nenek dan cucupun menoleh kesumber suara.
"Oke, nanti abi antar."
Setelah makan siang mereka istirahat sambil menonton televisi sebentar menunggu adzan dikumandangkan.
Disela- sela pembicaraan ayahnya ia menyinggung pasal Afnan kapan menikah. Karena Aliyah sangat butuh sosok ibu. Sebenarnya istrinya sudah banyak menuntut Afnan untuk kembali menikah tapi dia tetap pada satu prinsip. Satu kali menikah seumur hidup karena jatuh cinta hanya sekali. Kalaupun Yasmin sudah meninggal dia akan ikhlas dan menunggu untuk dipertemukan disurga-Nya.
Bukan Afnan tidak peduli dengan Aliyah, justru sebaliknya. Ia tidak bisa menyakiti hati perempuan yang dinikahinya kelak karena dia masih sangat susah membuka hatinya kembali.
Sesampainya ditaman Aliyah dan abinya tidak melihat seorang perempuan yang biasanya duduk dikursi putih itu sama sekali.
"Loh, ummi Fatimah mana ? Kok belum datang ?" Tanya Afnan.
"Iya yah. Biasanya ummi Fatimah duluan yang datang, mungkin masih dijalan abi. Ayo abi tunggu diluar aja."
Sembari menunggu, Afnan bertanya tentang sosok Fatimah menurut Aliyah. "Ummi Fatimah cantik, lembut, penyayang dan baik hati abi. Ada yang Aliyah sangat suka dibagian wajah ummi."
"Apa ?"
"Tahi lalat kecil dipinggir bibirnya. Hampir nggak kelihatan sih abi tapi kalau senyum, masyaa Allah. Aliyah suka banget."
"Abi jadi penasaran."
"Abi cerita dong bagaimana umminya Aliyah."
"Sama seperti ummi Fatimah kamu nak. Cuma ummi nggak punya tahi lalat. Dia cantik kayak Aliyah. Hidungnya kecil dan imut."
"Tapi mancung kan abi ?"
"Iya dong." Tersenyum melihat Aliyah yang begitu bahagia.
Agak lama mereka menunggu kehadiran Fatimah yang tak kunjung datang bahkan Afnan sudah membujuk anaknya untuk pulang tapi Aliyah tetap bersih keras menunggu ummi Fatimahnya.
Dikediaman Farhan terlihat sosok wanita yang sudah bulat dengan tekadnya akan pergi meninggalkan keluarganya demi dirinya dan anak yang dikandungannya.
Ya Allah maafkan hamba, ini terpaksa Ya Allah. Hamba tidak sanggup pisah dengan anak hamba sendiri.
Aku akan menjauhi mereka semua termasuk Aliyah setelah pamit nanti. Hiks...hiks...
Gumam Fatimah dalam hati.
Melihat suaminya tertidur pulas ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menemui Aliyah dan kabur. Sebelum Farhan datang, dia sudah menyiapkan semuanya. Kebetulan keadaan rumah tengah sepi, sangat mendukung.Drrtt... drrtt..
"Assalamu'alaikum anak cantik." Salam Fatimah."Wa'alaikumussalam warahmatullah ummi. Ummi dimana ?" Tanya Aliyah panik.
"Ummi masih dijalan sayang. Bentar lagi sampai."
"Nah kan udah sampai." Tambahnya melihat gadis kecil yang duduk dikursi bersama seorang pria."Dimana ummi ?"
"Dibelakang Aliyah." Jawabnya tersenyum dari seberang jalan.
"Dibelakang...." Aliyah dan abinya secara tidak sengaja kompak menoleh.
"Ummiii ...." Teriak Aliyah melambaikan tangan.
Yang dilambaikan pun membalasnya. Kemudian melihat sosok pria yang tidak asing disamping Aliyah. Sedangkan Afnan, dadanya berdegup kencang, lidahnya keluh, mulutnya hanya bisa ternganga dan tubuhnya kaku melihat wanita diseberang jalan sana.
Ia bingung kejadian ini adalah mimpi ataukah kenyataan. Tak lama setelah itu air mata Afnan jatuh setetes demi setetes. Cukup lama dipandangi wanita yang mirip dengan istrinya itu. Hanya saja wanita disana sedang mengandung.Maafkan author jika terdapat banyak typo dichapter ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN DAN TAKDIR
Non-FictionFatimah, wanita cantik yang dilamar oleh pria tak dikenal kemudian menikah. Tapi pernikahan mereka tak sebahagia yang diharapkan karena ada maksud dibaliknya. Dan muncullah seorang gadis kecil nan imut dikehidupan Fatimah. Bahkan ia memanggilnya Umi...